Mohon tunggu...
Yeni Kurniatin
Yeni Kurniatin Mohon Tunggu... Administrasi - if love is chemistry so i must be a science freaks

Ordinary creature made from flesh and blood with demon and angel inside. Contact: bioeti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FR] Pembunuh Presiden

16 Juli 2015   23:47 Diperbarui: 16 Juli 2015   23:47 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mula-mula perempuan itu mengenyahkan tangan Bu Ustadz yang memegang bahunya setelah Bu Ustadz mengucapkan salam dan memperkenalkan diri. Dia malah berteriak.

“Kamu kenapa?” tanya Bu Ustadz.

“Saya membunuh Presiden.” Jawab dia sambil menutup mukanya dengan mukena kumal.
“Presiden yang mana? Presiden kita sehat. Kita do’akan sama-sama semoga beliau sehat dan memimpin negeri ini menuju kemakmuran.”

“Saya membunuh Presiden,” ulangnya lagi.

“Mungkin bisa kamu ceritakan. Presiden yang kamu bunuh…” pinta Bu Ustadz dengan lembut.

Awalnya dia terdiam dan memalingkan muka tidak mau melihat Bu Ustadz. Lama-lama akhirnya dia bercerita.

“Saya bermimpi berada di negeri yang tandus. Semua berwarna coklat dan orange. Tumbuhan kering, rumput kering, rumah reyot, langit, awan. Semua berwarna coklat. Tidak ada air, tidak ada pohon, tidak ada binatang. Ada seorang pengemis. Lelaki yang berjalan tertatih-tatih. Saya tanya kenapa negeri ini berwarna coklat dan orange? Lelaki itu menjawab, negeri ini dulunya negeri yang subur. Sekarang menjadi tandus dan semua penduduknya miskin.” Perempuan itu menghela nafasnya.

 “Lalu saya tanya kembali, mengapa negeri ini menjadi tandus dan miskin? Lelaki itu menjawab, karena kamu telah membunuh presidennya. Kamu mengaborsi calon presiden negeri ini. Sekarang negeri ini tandus karena tidak ada pemimpin!!! Laki-laki itu memaki-maki saya. Dan saya, saya, saya….” Perempuan itu dengan terbata-bata.

“Saya membunuh Presiden. Anak yang saya bunuh adalah calon presiden.”

Lalu dia menangis lagi. “Umur saya baru enam belas tahun. Saya masih sekolah dan saya terlalu bodoh menuruti apa kata pacar saya. Saya hamil, saya tidak tahu harus berbuat apa??!! Masa depan saya masih panjang, saya tidak ingin ….” Dia tidak bisa melanjutkan ceritanya karena menangis lagi.

Sekarang Ceu Isah mengerti presiden mana yang dibunuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun