"Ada apa Ness?" tanya Upi mendengar samar-samar percakapan mereka.
"Itu biasa..." Nessa mendelik pada Putri.
"Oooh..." Ujar Upi, lalu disambut cekikikan tiga teman yang lain. Reni, Arum dan Mariah. Tak lama kemudian Nessa mengikuti. Ikutan cekikikan.
Putri hanya mesem-mesem, lalu dia membenamkan mukanya ke dalam tumpukan bantal untuk menyembunyikan rona merah d wajahnya.
Awalnya Putri merasa Fahmi mahluk rese. Fahmi sering memperhatikan putri dari tempat pak RW. Pernah  dia menawarkan ojek dari rumah Pak RW ke kost-an. Padahal jaraknya cuma beberapa meter.
"Kan biar jadi orang Indonesia sesungguhnya Neng, kemana-mana naik kendaraan. Walau cuman beberapa langkah juga." kilah Fahmi ketika Putri menolaknya karena tawaran Fahmi itu sangat konyol.
"Ah, enggak... orang Indonesia yang aneh. Masa segitu aja naik motor."
"Iiiih, eneng mah kurang blusukan. Biar pake kartu miskin, motor mah harus punya atuh."
"Ah, lieur (Pusing atau aneh)."
Dua hari kemudian Fahmi datang bersama Bi Maryani, menenteng serenteng lunch box warna-warni yang berisi bubur ayam paket lengkap. Bi Maryani adalah utusan yang punya kost. Dia diserahkan tugas untuk membersihkan kost. "Operasi standar tugas pengawalan rutin," ujar Fahmi tanpa harus ditanya mengapa di datang tiba-tiba. Ketika ditanya untuk apa bubur ayam yang dibawanya, Fahmi malah menjawab, "untuk maraban hayam (ngasih makan ayam)."
"Kok ayam makan ayam?" protes Mariah.