Mohon tunggu...
Yeni Kurniatin
Yeni Kurniatin Mohon Tunggu... Administrasi - if love is chemistry so i must be a science freaks

Ordinary creature made from flesh and blood with demon and angel inside. Contact: bioeti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Balada Angkoters di Bandung

3 November 2014   22:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:46 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah pengguna angkot alias angkoters di Bandung. Jika ada orang yang bertanya mengapa saya paling hobi naik kendaraan umum (selain angkot seperti bus damri) saya akan menjawab karena saya malas. Bagi saya terlalu cape harus mengendalikan sebuah kendaraan. Berkendraan di Bandung sangat menguras emosi. Harus kuat iman pula.

Banyaknya yang beralih pada kendaran pribadi membuat penurunan pendapatan buat sopir angkot (katanya sih, gak tau juga ya... aslinya).

[caption id="attachment_351447" align="aligncenter" width="420" caption="Suasana Angkot pada Hari Sabtu Jam 12.30 WIB"][/caption]

Jumlah penumpang yang sedikit, tidak berdesak-desakan membuat saya kadang-kadang bisa sambil membaca buku.

1415002940662049925
1415002940662049925

Itu gambarnya muter, saat itu kami hanya bertiga. Sopirnya juga baik, tidak ugal-ugalan dan juga tidak terlalu pelan, jadi bisa sambil baca buku Gelombang - Dee Lestari.

1415003281637332822
1415003281637332822

Bus Damri di Bandung lumayan sudah harus segera diregenerasi, selain tempat duduknya yang gak nyaman (dikiranya kita liliput sampai ada pemotongan kursi buat kursi 3), juga kalau asap knalpotnya bikin Bandung langsung mendung. Hitam pekat.

Tentunya ada beberapa perbedaan yang saya rasakan naik angkot/angkutan umum sekitar tahun 1990-an dengan sekarang. Paling signifikan adalah masalah keamanan. Dulu saya masih bisa tertidur di dalamnya dan tidak terjadi apa-apa (dengan jarak yang lumayan cukup jauh). Sekarang hal itu tidak bisa dilakukan, untuk jarak dekat sekalipun saya tidak berani walaupun jaraknya masih dalam satu kecamatan. Terlalu ngeri.

Kejahatan bergerombol itu paling banyak ditemukan (pernah sekali menemukan dan langsung memutuskan turun begitu mereka masuk). Sering juga anak-anak jalananan yang tiba-tiba masuk. Mengamen dengan lagu-lagu menyindir pemerintahan yang mereka sendiri tidak mengerti. Lalu menggerutu jika tidak dikasih. Sebetulnya mereka enak menurut saya, mereka tidak merasakan penderitaan kami, kaum pekerja dibawah boss yang lebih sadis. Itu lah kehidupan sebenarnya :( (ah, jadi curhat yaa...).

Ini beberapa kebiasaan yang bisa saya bagikan selama jadi Angkoters (riset yang terjadi akibat menjadi angkoters sejati) :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun