Pagi ini hal pertama yang saya lakukan adalah menghidupkan benda persegi panjang seukuran genggaman tangan saya yang dilengkapi dengan fitur sidik jari. Kemudian pandangan saya tertuju pada satu aplikasi berwarna dasar pink dengan gradasi warna kuning dan ungu di sekitarnya.
Setelah membuka aplikasi tersebut, di sana terpampang wajah seorang adik kelas yang sudah lama tidak bertemu sapa dengan saya, mengingat adanya situasi pandemi COVID-19 saat ini.
Wajahnya tampak lebih dewasa, dan di sekitar foto yang diunggah terdapat tulisan “An Ambassador for....”. Wah, hebat sekali, pikir saya.
Di usianya yang jauh lebih muda, ia sudah memiliki pencapaian yang cukup keren bagi saya. Namun entah mengapa, tiba-tiba muncul perasaan ceman dalam diri saya.
Dan saya pun termenung, ‘Kok hidup, gini-gini aja ya…’. Saya mengamati diri saya sendiri yang sedang rebahan menatap langit-langit putih kamar. Hembusan nafas kembali keluar seiring dengan beban pikiran yang bertambah. Saya merasa di usia saya yang ke-sekian, saya belum memperoleh pencapaian apa-apa. ‘Aku FoMO banget nih…’, gumam saya sambil menarik selimut.
Nah, pasti kalian pernah mendengar istilah yang satu ini, bukan? Cukup sering dong, pastinya! Saya yakin kebanyakan dari kalian pasti juga sering menggunakan frasa ini. Nampaknya, istilah FoMO ini memang sedang naik daun di kalangan anak muda. Lalu, apa sih sebenarnya FoMO itu? Mari langsung saja kita simak penjelasan berikut ini, yuk!
Fear of Missing Out atau ‘FoMO’, merupakan istilah yang pertama kali muncul pada tahun 2000 dalam sebuah makalah yang ditulis oleh Dan Herman, seorang marketing strategist.
Dalam psikologi, Fear of Missing Out awalnya dikonseptualisasikan sebagai reaksi psikologis negatif yang dialami oleh seseorang ketika mereka curiga bahwa mereka dikucilkan dari kelompok sosialnya, atau merasa bahwa orang lain memiliki pengalaman yang lebih berharga daripada mereka.
FoMO menghadirkan kecemasan sosial pada seseorang. Mereka cenderung khawatir apabila orang lain memiliki hidup yang lebih sempurna daripada mereka atau merasa tidak nyaman ketika melihat seseorang melakukan sesuatu yang lebih baik daripada mereka. Fenomena FoMO juga diasosiasikan dengan kondisi mood yang negatif atau merasa tidak puas dengan keadaan atau hidupnya.
Mengonsumsi dan menerima informasi dari media sosial sudah merupakan bagian dari keseharian kawula muda. Dibantu dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat di era digital sekarang, kesempatan kita untuk mengakses dan menyerap ribuan informasi kapan saja dan dimana saja semakin besar. Media sosial kini menjadi sumber utama kita memperoleh informasi.
Namun, bersamaan dengan peran dan manfaat media sosial yang begitu besar dalam kehidupan kita, nyatanya tidak sedikit pula dampak yang kurang menguntungkan dari media sosial bagi para penggunanya. Salah satu dampak tersebut adalah fenomena Fear of Missing Out ini.