Permasalahan gizi masih menjadi permasalahan serius yang berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Salah satu masalah gizi yang memiliki prevalensi tinggi di Indonesia adalah stunting.Â
Data yang dipaparkan oleh UNICEF (2023) diketahui bahwa prevalensi stunting di dunia pada tahun 2022 mencapai angka 20% atau setara dengan 148,1 juta. Â Berdasarkan data Kemenkes RI (2018) dalam Warta Kesmas, disampaikan bahwa prevalensi stunting di Indonesia mencapai 37,2% atau sekitar 8 juta anak Indonesia mengalami pertumbuhan tidak maksimal. Data tersebut meliputi prevalensi stunting di Provinsi Jawa Timur menunjukkan angka 6,9% dan 1,5% untuk Kota Surabaya.Â
Saat ini, Kelurahan Romokalisari menjadi salah satu kelurahan dari 27 kelurahan di Surabaya dengan zero stunting aktif tahun 2023. Hal tersebut didukung dengan adanya pemberian penghargaan dari Walikota Surabaya, Eri Cahyadi. Kelurahan Romokalisari menjadi urutan kedua dalam upaya percepatan penurunan Stunting di Kota Surabaya. Untuk itu, Kegiatan Kampus Emas 2.0 menjadi sebuah bentuk intervensi dalam mempertahankan zero stunting di Kelurahan Romokalisari, Kecamatan Benowo.
Program Kampung Emas 2.0 merupakan suatu kegiatan Belajar Bersama Komunitas (BBK) yang melibatkan mahasiswa S1 untuk turun langsung dalam dinamika masyarakat dengan upaya melakukan pemberdayaan kepada masyarakat menuju setiap kelurahan, dalam rangka usaha menurunkan prevalensi stunting di kota Surabaya.Â
Program ini merupakan hasil kerjasama dari Universitas Airlangga yang tergabung dalam Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Stunting Jawa Timur, dengan Pemerintah Kota Surabaya. Salah satu kelurahan yang didampingi adalah kelurahan Romokalisari, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya, dimana sasaran yang dituju adalah calon pengantin, ibu hamil dan ibu balita.Â
Ketiga sasaran tersebut termasuk dalam salah satu siklus kehidupan yang dapat berkontribusi nyata terhadap kejadian stunting pada balita. Upaya dalam kegiatan Kampung Emas 2.0 untuk merealisasikan target tersebut yaitu pertama dengan melakukan identifikasi kepada responden yang memiliki faktor risiko dan melakukan analisis situasi dan kondisi melalui wawancara, SQFFQ, dan 2x24H Food Recall.Â
Tahap kedua, melakukan tiga jenis kegiatan utama yaitu LADUNI (Layanan Terpadu Pranikah), FORMULA PANGAN BERIMAN (Formulasi Pangan lokal Seimbang, Beragam, berbasis hewani), dan SBCC-BESTIEZ (Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi).
Tak hanya makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak yang wajib dikonsumsi oleh ibu hamil dan calon pengantin, namun zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam dosis sedikit, sangat penting untuk diperhatikan. Berkaitan dengan hal ini, program LADUNI memiliki peran dalam mempersiapkan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk ibu hamil dan calon pengantin, dimana kami para mahasiswa memberikan edukasi melalui media kreatif dan turut mendorong kepatuhan ibu hamil dan calon pengantin dalam mengonsumsi suplemen MMN (Multiple Micronutrients) yang terdapat pada produk LADUNI. Produk suplemen LADUNI mengandung beragam zat gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil dan calon pengantin seperti zat besi, asam folat, vitamin A (retinol), vitamin D, vitamin E, vitamin C, vitamin B1, vitamin B2, vitamin, B12, zinc, yodium dan lain sebagainya.
FORMULA PANGAN BERIMAN (Formulasi Pangan lokal Seimbang, Beragam, berbasis hewani) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membuat pengembangan atau inovasi menu yang memiliki bahan utama berupa protein hewani lokal, mudah ditemukan, memiliki harga terjangkau dan tentunya bergizi. Kegiatan tersebut kami mulai dengan melakukan survei pasar di sekitar kelurahan Romokalisari untuk memilih bahan utama yang cukup diminati oleh masyarakat kelurahan Romokalisari. Setelah meninjau dan melakukan analisis, kami temukan ikan mujair menjadi salah satu bahan yang tepat untuk dijadikan bahan utama dari produk inovasi kami.Â
Produk inovasi kami memiliki nama yaitu Potato Fish Ball, dimana produk ini merupakan produk selingan makanan atau snack yang memanfaatkan perpaduan dari bahan kentang, wortel dan fillet daging ikan mujair, serta bahan-bahan pendukung lainnya. Potato Fish Ball dalam setiap takaran sajinya (3 buah atau 75 g) memiliki kandungan zat gizi yaitu energi sebanyak 129.1 kkal, protein 5.6 g, lemak 7 g, karbohidrat, 11.5 g, zat besi 0.8 mg, vitamin A 332.27 mcg, serta kandungan zat gizi mikro lainnya. Proses pembuatan produk tersebut beserta resep yang digunakan kami tampilkan melalui video edukasi dalam kegiatan SBCC-BESTIEZ.
Kegiatan SBCC-BESTIEZ atau Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi dalam upaya penurunan prevalensi stunting, para mahasiswa menyelenggarakan kegiatan edukasi menggunakan media kreatif mengenai permasalahan-permasalahan yang relevan terjadi pada responden yang didampingi seperti, apa itu Laduni dan 1000 HPK, bagaimana konsep Isi Piringku, pola konsumsi B2SA, cara mencegah Anemia dan KEK, serta bagaimana cara memanajemen stres dengan baik.
Selain itu, dalam kegiatan tersebut turut pula dilakukan penayangan video inovasi menu dalam program Formula Pangan Beriman. Kegiatan ini disambut dengan antusias yang baik oleh para peserta undangan, mereka memberikan tanggapan serta aktif bertanya setelah para mahasiswa menyampaikan materi. Harapan dari kegiatan ini, para responden yang didampingi dapat memiliki tingkat pengetahuan yang baik, mengubah sikap dan perilakunya, serta dapat memberikan informasi dan motivasi positif kepada ibu hamil dan calon pengantin lainnya.
Selain tiga program utama tersebut, terdapat beberapa program lain yang juga dilaksanakan dengan tujuan mempertahankan zero stunting. Program lain meliputi analisis situasi terkait masalah KB pasca persalinan, masalah gizi, pengetahuan dan praktik konsumsi pangan, konsumsi suplemen gizi, pola asuh, serta melakukan dokumentasi PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak) pada salah satu responden balita.
Berbagai program tersebut sangat memberikan pengalaman kepada mahasiswa karena dapat melihat kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Sebagai bentuk Belajar Bersama Komunitas, mahasiswa juga berkontribusi ikut belajar dari masyarakat, mulai dari KSH (Kader Surabaya Hebat), para ibu hamil, para calon pengantin, para ibu balita, ahli gizi puskesmas, dan bidan kelurahan. Harapan terselenggaranya berbagai program tersebut beriringan dengan program utama dapat mempertahankan zero stunting di Kelurahan Romokalisari.
Referensi:
Kemenkes RI. (2018). Warta Kesmas: Cegah Stunting Itu Penting. https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Warta -Kesmas- Edisi-02-2018_1136.pdf
UNICEF. (2023). Child Malnutrition. https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutritionÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H