Mohon tunggu...
Hewan Peliharaan (ACS)
Hewan Peliharaan (ACS) Mohon Tunggu... Full Time Blogger - ojol

Tukang ojek online dan penulis recehan https://hewandankita.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Beda Kapasitas, Mahfud Jelaskan Soal Jokowi, Ba'asyir dan Yusril

25 Januari 2019   21:29 Diperbarui: 25 Januari 2019   21:31 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Tribunnews.com)

Perbincangan soal Abu Bakar Ba'asyir yang batal bebas bersyarat karena terkendala syarat formal yang diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995, masih menarik perhatian masyarakat. 

Diskusi kecil sesama warga yang sudah saling kenal untuk menemani suasana malam bersantai, memang menjadi percakapan untuk saling berbagi pengetahuan.

Dilansir dari Viva.co.id (25/01/2019). Mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD yang sudah lama mendalami ilmu ketatanegaraan memberi tanggapannya, menurutnya Presiden Jokowi tidak bersalah atas batalnya pembebasan narapidana terorisme, Abu Bakar Ba'asyir.

Mahfud MD menjelaskan mengenai sikap Jokowi sebagai presiden yang tidak pernah dengan tegas menyebutkan telah membebaskan tanpa syarat Ba'asyir.

Sebelumnya, saat kunjungan kerja Jokowi di Kabupaten Garut, Jawa Barat, sejumlah wartawan menanyakan tentang konferensi pers yang dilakukan Yusril Ihza Mahendra. Saat itu, Yusril berkunjung ke Lapas Gunung Sindur untuk menemui Ba'asyir.

Tetapi, dia mengingatkan, Jokowi tak menyatakan sudah memutuskan, melainkan masih mempertimbangkan opsi-opsi hukum untuk Ba'asyir atas dasar kemanusiaan. Kalaupun ada diksi "ya", yang diucapkan Jokowi, sebenarnya itu bermaksud bertanya balik kepada wartawan, bukan bermakna membenarkan.

"Kan, biasa Pak Jokowi mengucapkan 'ya', saat ditanya wartawan. Itu sebenarnya, "ya" (dengan tanda tanya). Pak Jokowi saya kira, sedang mempertimbangkan, belum memutuskan," katanya dalam telewicara dengan dengan tvOne pada Kamis pagi, 24 Januari 2019.

Dalam pendapat yang disampaikan Mahfud MD juga menerangkan, ada yang keliru dari kebijakan Jokowi memercayakan persoalan itu kepada Yusril Ihza Mahendra. Yusril, katanya, memang ahli hukum tata negara dan mantan menteri kehakiman, juga penasihat Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf. Tetapi, dia mengingatkan, Yusril tak memiliki kapasitas dan legalitas apapun dalam urusan hukum Ba'asyir, apalagi kalau berkaitan dengan kebijakan negara.

Dalam penjelasan yang disampaikannya, Yusril dalam peristiwa ini adalah penasihat Jokowi dalam kapasitas calon presiden. Sehingga tidak sama dengan penasihat Presiden.

Menurut Mahfud, seharusnya untuk urusan seperti ini yang tergolong penting dalam rencana pembebasan Ba'asyir, pernyataan langsung bisa dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM atau minimal dilakukan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakat. Sehingga menurutnya, tidak elok jika tiba-tiba yang mengumumkan hal tersebut adalah Yusril dengan mengatasnamakan Presiden.

*

Di Indonesia sendiri, tidak sedikit orang sudah makan asam garam di bidang yang ditekuni masing-masing. Mulai dari pakar-pakaran, ahli-ahlian atau dengan julukan pengamat dan sebutan lainnya. 

Ada satu tradisi yang mungkin juga kita lakukan tanpa disadari, ketika pada suatu ketika menerima suatu masukan atau informasi. Salah satu contoh yang pernah saya alami, ketika anak pertama terjatuh dari sepeda. 

Kami membawanya ke dokter spesialis di kawasan Jakarta Utara. Singkat cerita, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, dokter mengatakan anak saya mengalami patah tulang. Untuk pengobatannya, dokter memberikan solusi untuk memotong tulang di bagian yang patah, supaya bisa tersambung dengan benar.

Ngilu sebagai orang tua membayangkan tindakan medis yang akan dilakukan pada tangan anak. Meski dalam tindakan tersebut, kita tahu dalam kondisi di bius, sehingga tidak merasakan apapun.

Hal yang perlu menjadi pengalaman kita sebagai orang tua, barangkali sikap tenang dan jangan grasa grusu sangat penting di ambil dalam situasi panik apapun. Singkat cerita, kami pun belum menyetujui cara seperti itu dan hanya meminta untuk diberikan obat-obatan untuk proses penyembuhan. Tindakan dokter saat itu adalah membalut tangan anak dengan gipsum, supaya tidak bergerak sehingga membuat kondisi semakin parah.

Sepulangnya dari lokasi pertama, saya kembali mendatangi rumah sakit lainnya, yakni tujuannya untuk mencari pendapat kedua atau seterusnya dari ahli. Sehingga dari masukan yang didapatkan, barangkali bisa ada alternatif lainnya.

Beruntungnya pada kunjungan tersebut, dokter tidak memberikan saran yang sama seperti yang pertama. Saya dan pasangan amat bersyukur sekaligus menceritakan solusi yang menyeramkan yang diberikan pada kunjungan pertama.

Memang benar bahwa di sekeliling kita banyak orang yang sudah ahli dalam bidang masing-masing, yang disayangkan itu, jika kita terlalu grasa grusu karena alasan tertentu seperti takut dan lainnya. Sering membuat pikiran menjadi buntu. 

Dari pakar, ahli ataupun pengamat, jika memang kita membutuhkan masukan dari mereka. Rasanya tidak salah untuk bertanya, sehingga semakin banyak masukan, tentu solusi yang akan kita terima juga semakin lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun