Mohon tunggu...
Caraka Jaya
Caraka Jaya Mohon Tunggu... -

UNiversitas TUgu MUda, Jurusan Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Heran, Jokowi Itu Pencitraan Seumur Hidupnya

21 Oktober 2016   10:57 Diperbarui: 21 Oktober 2016   13:37 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencitraan adalah usaha untuk mengkomunikasikan nama baik di mata masyarakat calon pemilih yang dilakukan oleh orang yang sedang mengikuti pemilihan jabatan publik. Demikian pengertian pencitraan secara ilmu komunikasi masyarakat awam. Tujuan pencitraan agar masyarakat pemilik hak suara nanti menjatuhkan pilihan kepadanya dalam pemilu. 

Pencitraan telah dilakukan di negara-negara penganut demokrasi di luar negeri, sedang di Indonesia pencitraan baru dikenalkan oleh bapak pencitraan Indonesia, bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Di negara demokrasi pemimpin publik dipilih oleh rakyat. Para calon pemimpinnya harus melakukan pencitraan diri agar memenangkan pemilihan. Pencitraan tidak terjadi di negara-negara yang pemerintahannya otoriter.

Agar pencitraan berhasil memerlukan bantuan konsultan pencitraan yang memang memiliki keahlian, data survey masyarakat, dan sumberdaya di bidang pencitraan. Pencitraan dilakukan sampai detil yang sekecil-kecilnya. Contoh sempurna pencitraan ada pada SBY. Sampai hal sekecil cara menjentikkan jari, memiringkan kepala dan memandang para pendengar saat berpidato, semua dilakukan dengan gaya anggun sempurna.

Pencitraan dilakukan oleh para calon Kades, Cabub, Cwalkot, Cagub, Capres, sejak masa SBY dan tidak terkecuali juga dilakukan Jokowi. Jokowi melakukan pencitraan sejak mulai mengikuti tahapan pemilihan Walikota Solo, lalu Pilwalkot Solo periode kedua, hingga menuju Pilkada DKI 2012 dan apalagi Pilpres 2014. Memang begitu adanya tidak perlu dibantah Jokowi melakukan pencitraan.

Pencitraan yang dilakukan oleh mantan presiden SBY adalah teknik pencitraan ver.1. Teknik pencitraan ver.1 menitikberatkan polesan pada tampilan luar seseorang yang dilihat orang lain dalam interaksi sosial. Pencitraan jenis ini seperti teknik bergaul yang diajarkan oleh Dale Carnegie dalam seminar-seminar perbaikan kepribadian dan teknik pergaulan untuk para sales di tahun 1930an.

Pencitraan yang dilakukan oleh Jokowi adalah teknik pencitraan model lanjut, anggaplah ver.2. Titik berat pencitraan ver.2 pada pemaparan inti karakter seseorang, seperti yang disampaikan oleh Stephen R Covey dalam bukunya tentang 7 kebiasaan efektif yang terbit tahun 1989. Mungkin pak Jokowi pernah membaca buku ini saat setelah lulus kuliah dan mulai bekerja di suatu perusahaan.

Pencitraan Jokowi tidak dilakukan dengan bekerjasama dengan media menjelang suatu pemilu. Karena berita media nantinya menjadi konsumsi masyarakat, media hanya perantara antara sumber berita dengan masyarakat. Jokowi memilih langsung terjun ke masyarakat. Pribadinya langsung dikenal masyarakat. Jokowi bekerja dan berinteraksi langsung dengan masyarakat di proyek-proyek yang bersentuhan dengan masyarakat luas dan kelas bawah. 

Pencitraan Jokowi tidak menunggu masa menjelang pemilu, semacam anak sekolah atau mahasiswa yang baru belajar menjelang ujian dengan sistem kebut semalam. Pencitraan Jokowi dilakukan terus menerus sepanjang masa tugasnya sebagai pejabat. Di era sosmed dimana setiap netizen bisa menjadi sumbr berita dan penyebar berita, cerita tentang Jokowi sudah pasti akan ditulis oleh sekian warga yang pernah bersinggungan langsung dengan Jokowi yang sedang menjadi pejabat. Selanjutnya cerita tentang Jokowi menyebar ke dunia sosmed.

Hingga akhirnya setelah namanya semakin tenar dalam berita-berita positif, otomatis menjadi sumber berita yang dicari oleh wartawan media besar. Bila para pejabat biasanya mengeluarkan biaya untuk media agar memberitakan kegiatnnya, maka Jokowi justru yang diuber-uber dan dibuntuti wartawan untuk diberitakan. Proses bola salju, Jokowi semakin diberitakan semakin terkenal dan menjadi media darling. Selanjutnya Jokowi lebih banyak diberitakan lagi, dan menjadi semakin lebih terkenal. Hingga akhirnya tidak ada lagi yang tidak mengenal Jokowi.

Pemilihan tema pencitraan Jokowi pada realitas Jokowi yang apa adanya. Karena masyarakat juga sudah pandai dan paham mana polesan pencitraan di berita media. Kerja nyata, rajin bekerja, efisiensi kerja, kejujuran tidak korupsi dalam pemakaian anggaran, berhubungan langsung dengan masyarakat. Semua ini dilakukan secara terus menerus setiap hari tak mengenal jadwal kampanye. Pejabat semacam Jokowi nyatanya menjadi sesuatu yang unik dan menarik di era reformasi yang pejabatnya maslih malas bekerja dan minta dilayani bukan melayani. Korupsi juga bukannya berkurang tapi malah semakin parah.

Karena suatu kegiatan bila dilakukan terus menerus akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang konsisten dilakukan membentuk karakter. Karakter jujur, rendah hati dan kerja Jokowi disukai rakyat Indonesia hingga mengantarkannya menjadi presiden Indonesia yang ke tujuh. Kegiatan dan kebiasaan pak Jokowi yang menjadi cara pencitraannya itu terus berlangsung setiap hari sepanjang hidupnya hingga kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun