Mohon tunggu...
canita aisya kostaman
canita aisya kostaman Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas airlangga

an undergraduate in nanotechnology engineering

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menerima Kenyataan Melalui Perjalanan Emosi

22 Juli 2022   09:09 Diperbarui: 22 Juli 2022   09:16 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan tentu kita memiliki masa rasa kecewa dan kepahitan atas kenyataan yang tidak sesuai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata kenyataan adalah hal yang nyata. Arti lainnya dari kenyataan adalah yang benar-benar ada. Tentu dalam berkegiatan kita memiliki harapan yang besar dan cita-cita yang tinggi. 

Namun, tidak selamanya sesuatu yang kita harapkan akan menjadi kenyataan yang bagus. Bisa saja harapan kita dipatahkan dengan kenyataan yang buruk. 

Bulan Juni 2022 ini menjadi bulan kesedihan dimana banyaknya anak-anak yang sulit menerima kenyataan dikarenakan tertolak masuk perguruan tinggi melalui SBMPTN atau Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri yang diselenggarakan oleh LTMPT.

Terpatahkannya harapan yang tinggi dengan kata semangat dan jangan menyerah yang diberikan LTMPT tidak membuat semua peserta bangkit. 

Perasaan yang bergejolak seperti kekecewaan terhadap diri sendiri, takut mengecewakan orang tua, serta malu dan ketakutan tidak mendapatkan perguruan tinggi untuk melanjutkan pendidikan tentu membuat seseorang depresi. 

Untuk menerima kenyataan pahit seorang psikologis terkenal bernama Dr. Elisabeth Kubler-Ross dalam bukunya yang berjudul On The Death and Dying menyatakan bahwa ada lima tahap untuk menerima kesedihan. 

Lima tahap perjalanan tersebut adalah denial (penolakan), anger (kemarahan), bargaining (tawar-menawar), depression (depresi), dan acceptance (menerima).

Diawali dengan denial atau penolakan terhadap kenyataan pahit yang menimpa kita tentu sangat wajar. Penyangkalan atau penolakan juga membantu kita dalam meredam rasa sakit yang luar biasa karena kehilangan ataupun kekecewaan yang mendalam serta untuk bertahan dari rasa sakit emosional. 

Tentu sangat sulit untuk percaya atau menerima kenyataan bahwa kita kehilangan sesuatu yang tidak kita harapkan terjadi, apalagi dengan usaha selama ini yang kita lakukan demi mendapatkan apa yang kita tuju. 

Kenyataan yang pahit dan berubah sepenuhnya memerlukan kita untuk dapat bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan hari dan kenyataan yang baru. 

Namun, penolakan juga bukan berupaya bahwa kenyataan itu tidak ada. Akan tetapi, kita mencoba menerima kenyataan dengan menyerap dan memahami apa yang sedang terjadi di masa sekarang dan kenyataan yang pahit.

Amarah atau anger dimana mengalami masa-masa meluapkan amarah dan mengatakan hal yang jika kita tidak melakukan ini maka tidak akan terjadi ini. 

Pada tahap ini kita sedang mencoba untuk menyesuaikan diri dengan suatu ketidaknyamanan yang tragis atau ekstrim. Karena emosional yang ekstrim inilah emosi kita dapat meluap-luap atau emosi yang disalurkan terasa meledak-ledak. 

Selain itu, pada tahap ini kita cenderung sangat sensitif dengan pembicaraan orang lain terhadap diri kita. 

Kemarahan juga dapat mengekspresikan emosi dengan perasaan akan takut atas penilaian bahkan penolakan. Namun, amarah seringkali menjadi tahap pertama yang dialami oleh semua orang ketika kita menerima kenyataan yang pahit.

Selanjutnya tawar-menawar atau bargaining dimana ketika kita mengalami kenyataan yang pahit atau kehilangan seringkali kita mengucapkan tawar-menawar, seperti janji dan sebagainya. 

Mengalami kenyataan pahit atau kehilangan dapat menyebabkan kita untuk mempertimbangkan cara apa yang cocok untuk meminimalkan atau meringankan atau bahkan menghindari hal hal tersebut untuk antisipasi. 

Perasaan yang dialami ini dapat disebut dengan putus asa atau tidak berdaya sehingga menyebabkan reaksi tawar-menawar sebagai bentuk protes, perasaan ini juga memiliki kendali akan sesuatu yang bahkan di luar kendali. 

Selain itu, kita juga cenderung menghayalkan atau membuat asumsi bahwa jika segala sesuatu akan terjadi secara berbeda, dimana tidak akan ada di tempat yang menyakitkan secara emosional dalam hidup kita sendiri

Dalam memproses kesedihan ada tahap dimana kita berimajinasi menjadi damai dan dengan perlahan tapi pasti mulai melihat realitas situasi kenyataan. Bahkan tawar-menawar tidak lagi terasa seperti pilihan dan kita dihadapkan dengan kenyataan. Perasaan panik mulai mereda dan kabut emosional mulai hilang, terasa lebih nyata dan tidak bisa dihindari. 

Pada tahap seperti ini kita cenderung tenggelam dalam kesedihan yang menggumpal menjadi kurang bersosialisasi, mengurung diri, dan lebih tertutup dengan seluruh apa yang terjadi pada diri kita. Menghadapi depresi setelah kehilangan atau kenyataan yang pahit dapat sangat mengasingkan. Tahap depresi dapat dibantu dengan konsultasi dengan orang ahli.

Terakhir adalah penerimaan, ketika kita sampai pada tahap ini bukan berarti kita tidak lagi merasakan sakitnya. Akan tetapi, kita tidak lagi melawan kenyataan dari situasi kita, dan tidak berjuang untuk membuatnya menjadi suatu yang berbeda. 

Tentu penyesalan dan kesedihan dapat hadir dalam tahap ini, tetapi taktik bertahan emosional dari penyangkalan, tawar-menawar, dan kemarahan cenderung tidak ada. 

Menerima berarti mengikhlaskan apa yang terjadi dan melanjutkan hidup dengan melewati tahap-tahap yang tidak tentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun