Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Peringati HUT Kemerdekaan Hanya Seremonial Belaka

18 Agustus 2021   11:37 Diperbarui: 18 Agustus 2021   11:49 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Presiden Joko Widodo/Kompas)

Beragam model dan cara unik rakyat Indonesia memperingati HUT ke-76 Kemerdekaan RI, tepatnya pada 17 Agustus 2021 kemarin. Sebagian orang ada yang terasa sangat haru, gembira, bahkan ada pula yang pura-pura sedih dan tak peduli.

Mereka yang terharu karena pikirannya nelangsa saat mengenang kembali perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan darah dan nyawanya untuk Indonesia.

Tidak sanggup mereka bayangkan seandainya hingga sekarang ini rakyat Indonesia masih dibawah penjajahan kolonialis Belanda, Sekutu, dan Jepang termasuk juga Portugis yang ingin menikmati kekayaan negeri ini.

Kesedihan mereka semakin memuncak manakala bait-bait lagu kebangsaan menggema seantero tanah air pada waktu yang bersamaan. Seakan ikut larut dalam kisah Bung Karno dan Hatta membaca teks proklamasi kemerdekaan Indonesia 76 tahun lalu.

Air mata haru tak terbendung, embun-embun air mata membasahi wajah-wajah lusuh yang mencoba menghargai jasa orang-orang terdahulu yang rela berkorban demi generasi bangsa, anak cucu mereka saat ini.

Dalam butiran air mata yang terjatuh dari sudut bola matanya seakan ada pesan ingin disampaikan. Namun mereka tidak tahu kepada siapakah berita itu hendak dipersembahkan.

Gejolak di dalam batin kian bergemuruh, 76 tahun usia Indonesia tetapi negeri ini masih saja dibalut selimut kemiskinan dan kebodohan, pengangguran, dan korupsi yang merajalela.

Ada perasaan terluka yang menganga saat melihat wajah negeri ini yang dipenuhi dengan gubuk-gubuk reok, pengemis jalanan, dan nyanyian memelas rakyat kecil yang tidak berdaya.

Padahal negeri ini adalah sebongkah tanah surga yang diberkati dengan begitu banyak pundi-pundi, tidak hanya di laut, darat, bahkan di dalam perut bumi tersimpan kekayaan yang melimpah.

Ironisnya penduduk negeri hidup dalam kelaparan dan keterbelakangan, sulit mencari pekerjaan, dan kemiskinan yang menyakitkan. Ada apa dengan negara ini? Seketika mulai muncul pertanyaan-pertanyaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun