Adakah seseorang yang tidak membutuhkan Tuhan?
Mungkin akan ada jawaban yang sangat bervariasi. Barangkali ada yang menjawab "iya", dan pasti pula ada yang menjawab "tidak".
Menurut Prof. A. Syafii Maarif, Tuhan sama sekali tidak memerlukan manusia atau bahkan tidak memerlukan alam semesta, tetapi manusia dan alam semestalah yang memerlukan Tuhan.
Begitu pun Komarudin Hidayat (2012), menulis dalam sebuah artikelnya, "sepanjang sejarah dan manusia hidup, sepanjang itu pula manusia membutuhkan Tuhan dan agama Nya".
Dalam Alquran juga Allah yang Maha Mengetahui menyebut secara tersurat jika manusia pasti mencari Tuhan nya dan memohon datangnya kebenaran.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 186).
Dengan demikian manusia membutuhkan Tuhan untuk memperoleh kebenaran dalam keimanannya.
Allah dengan nama dan sifat-Nya yang Ar-rahman dan Ar-rahim senantiasa selalu ada dan dekat dengan hamba Nya yang memohon ampunan dan bimbingan.
Dia Tuhan maha pembimbing terbaik yang membawa manusia kepada keselamatan dan kebahagiaan.
Dengan kasih sayang Nya, Dia membuka pintu-pintu hidayah bagi siapa saja yang berusaha menggapainya. Tuhan selalu memberikan ampunan jika manusia ingin berubah menuju kebaikan.
Banyak bukti terdapat dalam Alquran dan itu memperlihatkan bagaimana Allah melimpahkan ampunan yang banyak, salah satunya yaitu ampunan yang diberikan  kepada Nabi Adam yang telah berdosa karena memakan buah yang dilarang.
Dan sebelumnya Nabi Adam As telah bermohon agar diberikan ampunan kepada Rabb nya dan mengakui semua kesalahannya.
Sesungguhnya Tuhan tidak menghukum manusia melainkan karena ia sendiri telah berlaku zalim terhadap dirinya sendiri dengan melakukan dosa-dosa.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syura 42: Ayat 30).
Pada ayat diatas sangat jelas tentang pengampunan dan kemaafan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang terlanjur berbuat kerusakan hingga datangnya musibah bagi diri mereka sendiri.
Dalam konteks hijriyah Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw untuk melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah bagi orang-orang yang mendapatkan petunjuk.
Bagi mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya disebabkan karena hidayah dan bimbingan Allah, maka mereka selamat hingga sampai di tempat yang di tuju.
Namun sebaliknya, banyak juga yang kemudian membalikkan badannya dan tidak mau ikut rombongan kaum Muhajirin. Padahal mereka juga mengaku beriman.
Nah mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan bimbingan Allah. Mereka tergolong kaum yang merugi karena keimanannya telah batal.
Merek pula sedang berjalan ke arah kesesatan yang nyata.
Maka ketika kita mau mengikuti jalan kebenaran dengan ikhlas dan tawadhu, di saat itulah proses bimbingan menjadi manusia yang lebih sedang berlangsung.
Oleh karena momentum Tahun Baru Hijriyah kali ini marilah kita memohon bimbingan dan hidayah Tuhan agar kita mampu melewati pandemi ini.
Wabah Covid-19 yang melanda Indonesia juga musibah yang diawali oleh kerusakan yang dilakukan oleh manusia sendiri.
Meski dengan izin-Nya, pandemi ini bukanlah azab melainkan ujian agar manusia kembali ke jalan cahaya kebaikan dan kebenaran. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H