Terlihat perbedaannya bukan? Lalu apa implikasinya?
Barangkali beberapa orang pernah dalam komunikasi verbal mereka mengatakan mendorong. Namun dalam tindakannya ternyata menekan. Ini berarti mereka masih belum paham arti dan makna kedua kata tersebut di atas.
Atau barangkali penempatannya saja yang kurang tepat sehingga menghasilkan tindakan yang keliru.
Tulisan ini bermaksud mengingat para pemimpin yang ingin selalu mengedepankan strategi persuasif, selayaknya menggunakan sikap mendorong dan bukannya menekan.
Sikap memimpin dengan mendorong akan lebih disukai oleh para bawahan. Mereka merasa ada yang mem-back up dari belakang ketika bekerja.
Dengan dorongan itu pula para bawahan akan timbul semangat dari dalam dirinya untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Bahkan sesuatu yang selama ini mereka pikir mustahil dilakukan.
Efek positif dari perilaku mendorong bagi orang lain adalah menimbulkan rasa percaya diri. Sebab mendorong adalah bentuk sikap yang menghargai orang lain.
Saya bisa merasakan bagaimana senangnya orang-orang disekeliling bila ia mendapatkan dorongan dari orang yang diharapkan dapat membantu.
Paling tidak mereka semakin termotivasi untuk berbuat jadi lebih baik, lebih sempurna cara melakukannya. Hingga mereka menemukan kreativitas baru dalam bekerja atau pun belajar.
Metode mendorong mengandung prinsip sama-sama untuk maju. Biasanya orang sebut maju bersama, success together. Begitulah kata para pelatih human resources management.
Berbeda halnya dengan sikap menekan. Setiap orang mempersepsikan kata ini dengan perasaan tidak memuaskan.