Perekonomian Indonesia bahkan negara-negara terdampak mulai terjadi penurunan yang sangat tajam. Tingkat produksi dan ekspor barang dan jasa turun drastis.
Nilai tukar mata uang asing terutama US Dolar kian membubung. Mata uang rupiah hingga Rp17.000/USD. Ini sudah menjurus kepada krisis atau ancaman resesi ekonomi sudah menanti.
Dari bursa efek juga dilaporkan harga saham anjlok sebagaimana dilaporkan nilai IHSG terdepresi ke level merah. Artinya banyak investor sudah mulai melepas saham yang mereka pegang dengan melakukan aksi jual.
Imbas dari gangguan ekonomi ini akan menimbulkan produksi, konsumsi masyarakat, dan daya beli. Ekonomi tidak dapat bergerak secara normal. Selanjutnya akan terjadi pemutusan hubungan kerja. Inilah puncak ketidakstabilan perekonomian akan terjadi.
Dalam aspek psikologis masyarakat, sekarang ini masyarakat tengah dilanda oleh rasa takut dan kekuatiran yang sangat mendalam. Indikasi ini dapat dilihat pada perilaku masyarakat yang mulai phobia secara berlebihan.
Apalagi masyarakat miskin yang sehari-hari memikirkan biaya hidupnya. Tentu semakin menambah tekanan pikiran. Dalam kondisi normal saja mereka kesulitan biaya makan apalagi saat kondisi dipaksa lockdown dan tidak boleh keluar rumah.
Situasi yang memaksa tersebut dan sangat tidak diharapkan maka dapat dibayangkan bagaimana gejolak batin dan pikiran keluarga miskin. Adapun mereka mendapatkan dana dari PKH program Kemensos RI tidaklah cukup bila tidak ditopang oleh pendapatan lain.
Jujur saja, bila kita lihat fakta dilapangan masih ada warga yang berpendidikan tidak tinggi dan tergolong miskin, mereka tidak memahami apa sesungguhnya yang saat ini sedang terjadi. Katanya corona, itupun mereka tidak mengerti.
Bahkan hingga mereka dilarang keluar rumah oleh pemerintah, lalu mereka pun bertanya-tanya, ada apa kok tidak boleh pergi kemana-mana walaupun untuk bekerja diluar rumah. Dan mereka berteriak, lantas kami makan apa pak?
Yang lebih ironis lagi mereka yang bekerja di pasar-pasar sebagai buruh harian dikejar-kejar oleh aparat dan Satpol PP dengan pentungan bahkan ada beberapa dipukuli oleh aparat. Kemudian mereka pun tak mengerti.
Begitu pula masyarakat yang tergolong kelas menengah atas, yang biasanya selalu membuat pesta-pesta di restoran, cafe, dan vila mereka kini semua itu terpaksa harus dihentikan sampai waktu yang belum kita tahu, juga mempengaruhi perilaku sosial mereka.