Salah satu karakter yang amat disukai oleh seorang suami adalah ketika istri memiliki cukup perhatian terhadap perasaan suami. Ini timbal balik dengan keharusan suami untuk mengerti dan memahami perasaan wanita.
Kalau banyak wanita yang tersiksa akibat tidak tahu perasaannya, maka jangan abaikan, bahwa suami juga dapat merasakan hal yang serupa. Bahkan dalam beberapa hal bisa lebih dari itu. Mengingat kepenatan pikiran, tubuh yang lelah dan peluh yang mengambang usai bekerja keras, suami membutuhkan istirahat dan perhatian lebih.
Belum lagia suami yang sering menjadikan waktu-waktu di rumah justru untuk bekerja, menelaah buku, belajar, menyiapkan makalah, menulis artikel, editor naskah, atau melakukan penelitian ilmiah. Saat itu, ia butuh diperhatikan, perasaannya butuh dijaga, kalau tidak ingin segala pekerjaannya runyam berantakan.
Sebagian istri kurang memperhatikan kondisi dan perasaan suami. Ia bisa saja membuat bisikan di telinga suami dengan berita-berita buruk dan segudang tuntutan. Belum lagi mulutnya yang suka mengomel atau sibuk bersitegang dengan anak-anaknya. Padahal suami baru saja pulang ke rumah dalam kondisi letih dan lelah yang tak terbayangkan.
Boleh jadi suami sedang murung dan marah, tapi si istri tak mau ambil peduli. Suami sedang bersih-bersih, istri malah asik tertawa terkekeh kekeh bersama teman-temannya, atau bercuap-cuap lewat telpon.
Atau sebaliknya, suami sedang menunjukkan kegembiraan dan keceriaan, si istri malah sewot. Sudah sewot, merengut pula. Sudah merengut, curiga lagi. Sudah curiga, pasang aksi juga, ngomel-ngomel pula aihhh.
Kadang kala suami sedang duduk santai ingin segera bekerja atau melakukan pekerjaan yang membutuhkan pikiran tenang. Pikiran juga sedang mood. Tapi tiba-tiba istri datang dengan sejumlah pengaduan. Kadang dibumbui dengan kata-kata yang menyentil sini atau sana minta pembelaan dari suami atau berbagai hal lain yang tentu akan menyita waktu dan menganggu konsentrasi yang baru saja tumbuh.
Hal ini terkesan sepele. Tapi bila bila terus-terusan menjadi kebiasaan istri, maka tidak mustahil sosoknya di mata suami akan semakin bikin sebel dan tidak menyenangkan.
Memperhatikan suami butuh pembiasaan. Dan penyakit paling berbahaya adalah rasa bosan. Kalau istri sudah mulai bosan memperhatikan suami, tak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi. Bagaimana pula bila sang suamipun akhirnya bosan terhadapnya.
Ketika istri menyakiti suaminya atau menampakkan sesuatu yang dibencinya hal ini pun dapat menyebabkan suami bosan terhadapnya. Lalu sikap ini pula akan semakin melekat pada dirinya. Mungkin saja seolah ia mendapatkan peluang untuk menceraikannya dan menggantinya dengan wanita lain.
Perlu diketahui bahwa kebosanan kadang terjadi bagi orang yang berbuat baik. Apalagi terhadap sesuatu yang dibenci. Begitu kata sebuah nasehat.
Seiring perubahan zaman yang kian menggerus sikap dan etika. Ternyata telah ikut mempengaruhi perilaku istri terhadap suami. Kebanyakan istri kini tidak lagi menempatkan suami sebagai sosok yang sangat ditaati dan hormati. Bahkan sebaliknya, suami hanyalah pelengkap kebutuhan saja.
Nilai-nilai religi kian terkikis habis nyaris tanpa sisa terkait perhatian istri terhadap suami. Bahkan ia rela menghabiskan waktunya dengan kesibukan-kesibukan yang mengabaikan hak-hak suami. Tidak ada lagi ketulusan dalam perhatian, yang ada adalah semuanya karena pamrih.
Padahal tanpa ketulusan bakti istri hanya akan menjadi pamer kebajikan atau hanya sekedar kampanye simpatik penuh pencitraan. Jika begini, maka nilainya akan sangat rendah dan tidak mengubah apa-apa dalam kehidupan rumah tangga.
Sementara rumah tangga juga butuh terus berubah semakin baik dari hari ke hari. Istri butuh semakin di sayang oleh suami, dan suami juga butuh semakin cinta dan sayang dari istri. Masing-masing butuh mencintai, menyayangi, dan mengasihi pasangannya.
Perlu diingat bahwa rumah tangga tanpa cinta dan kasih sayang tak ubahnya bagaikan bangunan kapuk yang tinggal menunggu keruntuhan saja. Karena itu hindari sikap yang dapat semakin mempercepat keruntuhan itu terjadi.
Apalagi perempuan, makhluk Allah yang sangat rapuh. Ia sangat sensitif dan mudah pecah. Karena itu sebelum semuanya hancur berkeping keping dan berantakan, perasaan istri juga perlu dijaga bukan hanya oleh suami tapi juga dari dirinya sendiri. Jangan mudah menciptakan suasana hati suami yang membuat ia melupakanmu dalam ingatannya. Bila sudah seperti itu maka istri akan terkena dampak paling besar.
Terakhir sebagai pengingat. Ada sebuah doa yang dipanjatkan oleh bidadari surga yang sedang menantikan suami mereka di dunia dan doa tersebut diperuntukan bagi para istri yang menyakiti hati para suaminya yang taat beribadah kepada Allah. Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jika seorang istri menyakiti suaminya di dunia, maka calon istrinya di akhirat dari kalangan bidadari akan berkata: "Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah mencelakakanmu sebab ia hanya sementara berkumpul denganmu. Sebentar lagi ia akan berpisah dan akan kembali kepada kami." (HR. Tirmidzi no. 1174 dan Ibnu Majah no. 2014).
Begitu doa sang bidadari surga. Masihkah engkau mau menyakiti suami? (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H