Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Manuver Politik Menuju 2024

8 Juni 2019   22:48 Diperbarui: 9 Juni 2019   05:27 2076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Publik menilai sosok AHY "kloning" SBY. Penilaian itu mencuat ketika tiba-tiba manuver AHY berkunjung ke istana dan bertemu Jokowi hampir dua kali. Padahal Prabowo-Sandi sedang berjuang menuntut keadilan atas penyelenggaraan pemilu yang diduga penuh kecurangan.

Langkah AHY tersebut tentu saja dipandang tidak beretika mana kala teman seperjuangan justru sedang berjuang di MK. Sedang AHY malah tebar pesona ke istana. Kata netizen AHY sama saja dengan SBY yang sebelumnya telah memberikan ucapan selamat bagi pasangan Jokowi-Ma'ruf, padahal kubu Prabowo-Sandi masih mempermasalahkan klaim kemenangan kubu Jokowi-Ma'ruf.

Iskandar Yusuf bahkan menulis dalam artikelnya "Berpolitik itu kita harus wajib belajar sekaligus memahami "etika berpolitik". Seorang "diktator besar" sekelas Adolf Hitler pun menerapkan "etika berpolitik" ketubuh partai Nazi-nya, yaitu, "etika moral" dan "etika kesetiaan". Bila anggota partai atau koalisinya melanggar kedua etika tersebut, Hitler dengan cerutu menyala dibibir, menembak kepala Si Pengkhianat tersebut."

AHY dan SBY dinilai telah melanggar kedua hal tersebut, melanggar etika berpolitik sekaligus etika moral dan etika kesetiaan. Karenanya AHY dipandang oleh publik tidak ada bedanya dengan karakter berpolitik ayahnya SBY.

Meskipun pemilu 2024 masih belum jelas kepastiannya. Namun para politisi dan partai politik sudah mulai merancang untuk meraih keuntungan besar pada pesta demokrasi akan datang.

Sementara di tahun 2024 banyak tokoh-tokoh politik yang masih aktif saat ini akan memasuki masa pensiun karena dimakan usia. Mereka terpaksa istirahat karena sudah uzur.

Di antara tokoh itu termasuklah SBY, Megawati, Yusuf Kalla, Prabowo Subianto, Surya Paloh, Wiranto dan sejumlah politisi lainnya. Mereka tidak dapat lagi berperan lebih besar lagi dalam politik Indonesia karena faktor usia.

Lantas untuk menjaga trah masing-masing, SBY dan Megawati berusaha agar penerus mereka dapat semakin eksis dan dikenal oleh publik agar popularitas mereka semakin meluas. Sehingga akan mudah terpilih nantinya.

Tidak diragukan lagi jika Megawati sedang mempersiapkan Puan Maharani, maka SBY juga melahirkan putra mahkotanya, siapa lagi kalau bukan AHY. Akan tetapi nilai jual mereka berdua diperkirakan tidak terlalu menarik. Apalagi AHY yang kini mulai membuat kepercayaan publik semakin menurun.

Keluarnya SBY dan Megawati dari dunia perpolitikan karena sudah uzur akan berpengaruh kepada partai masing-masing. Puan Maharani tidak memiliki trah langsung Soekarno sehingga loyalis Bung Karno belum tentu masih bertahan di PDIP. Begitu pula AHY, dengan jejak politik zig zag seperti sekarang ini akan sulit mendapatkan dukungan bagi dirinya dan Partai Demokrat.

Akibatnya proses regenerasi di tubuh Partai Demokrat dan PDIP akan mengalami kegagalan meraih suara terbanyak di tahun 2024. Bagaimana pun, jalan politik yang dipertontonkan hari ini menjadi rapor bagi publik untuk menentukan pilihan pada pemilu 2024. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun