Bahkan tertulis pula dalam Injil sebagai dijelaskan oleh Al-Faqih Nashr Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandi dalam kitabnya berjudul Tanbihul Ghafilin (peringatan bagi orang-orang yang lupa) dikatakan:
"Wahai anak Adam, ingatlah kepadaku ketika kamu marah maka Aku akan ingat kepadamu ketika Aku marah. Dan merasalah puas dengan pertolonganKu kepadamu itu lebih baik daripada pertolonganmu kepada dirimu sendiri".
Jadi dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa menahan amarah adalah satu perbuatan sangat terpuji. Sedangkan menuruti kemarahan adalah perbuatan mengikuti langkah-langkah syaitan. Sebab syaitan itu diciptakan dari api, maka kemarahan yang ada pada diri manusia adalah bagian dari syaitan. Itulah mengapa orang yang marah disebut kesetanan.
Apalagi pada bulan puasa seperti ini, umat muslim dan orang-orang beriman diuji dengan berbagai kesulitan. Tidak lain dan tidsk bukan melainkan Allah ingin melihat yang mana saja hambaNya yang lulus ujian tersebut dan bagi mereka akan mendapatkan predikat taqwa atau muttaqin.
Bahkan Al-Hasan mengatakan bila kita dicaci oleh orang-orang yang bodoh, maka kita diajurkan menanggapinya dengan penuh kesabaran dan santun. Etika itu mengajarkan kita untuk tidak marah kepada mereka apalagi membalas kemarahan dengan kemarahan.
Ada sebuah kisah yang sangat menarik untuk kita perhatikan, semoga kisah ini dapat memberikan inspirasi bagi kita dalam menjaga sikap dan perilaku kita untuk menghadapi tipu daya syaitan dalam menggoda manusia.
Dikisahkan, pada kalangan Bani Israil ada seseorang yang ahli ibadah akan disesatkan oleh syaitan namun syaitan tidak mampu.
"Pada suatu hari, orang itu keluar untuk suatu kepentingan, lalu syaitan mengikutinya dengan harapan bisa memperoleh kesempatan untuk menggodanya.
Syaitan lantas mulai berusaha untuk menggodanya melalui syahwat dan marah, namun ia tetap tidak berhasil.
Lalu syaitan tersebut menggodanya melalui rasa takut dimana ia membuat bayang-bayang seolah-olah orang itu akan dijatuhi batu besar dari gunung, namun orang itu berzikir kepada Allah, sehingga ia selamat.
Syaitan itu lalu menyerupai Harimau dan binatang buas namun ia tetap tabah dengaj berzikir kepada Allah sehingga ia selamat.