Berangkat dari keresahan berbagai situasi dan kondisi bangsa saat ini. Ditengah begitu banyak masalah serta kejahatan, baik kejahatan yang dilakukan oleh pribadi/individu, kejahatan sosial atau pun kejahatan kolektif, sampai kejahatan politik.
Laporan terakhir jumlah petugas KPPS yang meninggal dunia sudah mencapai 469 orang berdasarkan data yang dirilis oleh detiknews hari ini (Jumat, 10/05/2019). Jumlah tersebut bukanlah sedikit, itu angka yang sangat luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Demikian dikatakan oleh Drs. Tgk Baharuddin. AR. M.Si ketika memberikan tausiyah di Masjid Babul Maghfirah Gampong Tanjung Selamat, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar tadi malam (Jumat, 10/05/2019) disela pelaksanaan shalat tarawih dan witir.
Baharuddin menambahkan keresahan masyarakat saat ini melihat kejahatan politik yang dilakukan dengan berbagai cara oleh orang-orang yang mengaku dirinya bertuhan. Padahal jika mereka benar-benar memiliki tuhan, maka kecurangan-kecurangan yang dilakukan secara terbuka dan sengaja tidak mungkin berani dilakukan.
Oleh karena itu menurut Tgk Baharuddin patut dipertanyakan pengakuan mereka bahwa memiliki tuhan.
Keprihatinan lainnya yang juga sangat meresahkan kita semua saat ini adalah maraknya kejahatan narkoba, sabu-sabu beredar di mana-mana. Bahkan masalah narkoba ini sudah tidak lagi mengenal ruang dan waktu. Barang haram tersebut telah menelan korban dari berbagai level.
Yang lebih sadis dan tragis lagi sekarang bila kita nonton televisi atau pun membaca berita-berita, kasus pembunuhan manusia sudah melewati batas, bagaimana teganya tubuh manusia dipotong (mutilasi) kemudian dibuang begitu saja. Kejahatan seperti ini sudah melampaui sifat binatang.
Atas keresahan-keresahan tersebut kemudian hadirlah bulan ramadan. Mungkin inilah solusi atau jalan keluar bagi manusia untuk kembali menemukan fitrahnya yang asli sebagai manusia. Itulah sebetulnya diturunkan bulan ramadhan oleh Allah Swt yaitu mengembalikan manusia kepada fitrah asalnya.
Apakah fitrah asli manusia? Lalu Tgk Baharuddin pun menjelaskan apa yang ia maksud. Menurut dirinya minimal ada dua fitrah aslinya manusia. Pertama; manusia itu adalah hamba. Hamba artinya makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Sehingga dengan fitrah ini, maka manusia harus menyadari bahwa dirinya bukanlah tuhan.
Dalam sejarah perjalanan manusia, pernah ada hamba yang mengaku dirinya sebagai tuhan seperti halnya Fir'aun pada zaman Nabi Musa As. Bahkan dia memaksa seluruh rakyat di bawah kerajaannya itu untuk mengakui dirinya sebagai tuhan paling yang tinggi. Nah jika hal ini dilakukan oleh manusia (hamba) manapun maka berarti dia sudah berhadapan dengan Allah Swt.
Maka apa yang terjadi? Ketika itu Allah memerintahkan Nabi Musa dan saudaranya Harun untuk mendatangi Fir'aun dan menyampaikan bahwa dirinya telah melewati batas sebagai hamba, makhluk ciptaan. Fir'aun bukanlah tuhan. Dan sejarah ini diabadikan dalam Al-Quran.
Manusia sebagai hamba tentu harus menyadari bahwa tujuan penciptaan dirinya adalah semata-mata untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah Swt. Mengakui bahwa Allah sebagai Tuhan Yang Wajib disembah.
Fitrah kedua; manusia adalah hamba yang taat ketika diperintahkan untuk sujud. Sujud bermakna bahwa tidak ada lagi yang lebih tinggi selain Tuhan semesta alam. Tidak mau sujud berarti sombong.
Sifat sombong karena tidak mau sujud pernah dilakukan oleh iblis laknatullah ketika ia diperintah sujud kepada Adam As namun ia enggan bahkan menentang Allah dengan mengatakan dirinya lebih mulia daripada Adam karena perbedaan pada penciptaannya. Kemudian Allah pun murka dan menggolongkan iblis sebagai golongan kafir.
Nah maka hadirnya ramadan adalah untuk mengembalikan manusia kepada fitrah aslinya. Itulah hakikat perintah pelaksanaan puasa dibulan ramadan. Sehingga manusia menemukan dalam dirinya sifat-sifat sebagai hamba Allah yang senantiasa selalu sujud dan beribadah kepada Nya.
Barangkali kita tidak usah terpengaruh dengan hiruk pikuk situasi politik saat ini. Akan lebih baik kita fokus beribadah dan menyerahkan segala persoalan tersebut kepada Allah, biar Dia saja yang menyelesaikan masalah itu. Namun begitu kita harus berikhtiar agar pertolongan Allah segera datang.
Pada akhir tausiyahnya, Tgk Baharuddin kembali mengingatkan bahwa kekuasaan Allah itu tidak ada batasnya. Semua makhluk ciptaanNya tunduk pada perintahNya. Lihatlah bagaimana api yang membakar namun justru menjadi dingin mana kala raja yang jahat melemparkan Ibrahim As dalam api yang membara tersebut dan Ibrahim pun tidak terbakar karenanya.
Nah kemudian apakah orang yang mengaku memiliki tuhan masih berani berbuat berbagai kecurangan? Kejahatan? Dan tidak mau sujud? Jika iya, maka patut dipertanyakan pengakuan tersebut.
Oleh sebab itu jadikanlah bulan ramadan dengan segala kelebihan dan keagungan didalamnya sebagai media pendidikan dan pembelajaran bagi kita. Yang pasti dihadirkan ramadhan adalah untuk mengembalikan kesucian manusia yang tidak memiliki dosa pada asal penciptaannya. Hingga kita bertakbir pada hari kemenangan yaitu saat Idul Fitri.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H