Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemeriahan Hari Meugang dalam Menyambut Bulan Puasa di Aceh

4 Mei 2019   10:19 Diperbarui: 4 Mei 2019   17:50 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat yang ingin membeli daging pada hari Meugang di Aceh | acehpressphoto.com

Berbagai persiapan mulai dilakukan oleh umat muslim dalam menyambut bulan suci ramadan sejak empat bulan yang lalu, bahkan sejak setahun yang sebelumnya.

Menyambut datangnya bulan ramadan bagi umat muslim setiap tahun merupakan sebuah nilai yang diajarkan oleh Islam. Apalagi jika disambut dengan hati senang dan gembira, maka pahalalah bagi mereka.

Bahkan Rasullullah SAW memberikan garansi dan kabar gembira bagi siapa saja yang gembira dengan datangnya bulan ramadan maka diharamkan atasnya siksa api neraka.

Tetapi datangnya ramadan bagi umat Islam di Aceh bukan hanya disambut dengan meriah, gembira, dan senang karena sang tamu agung tersebut telah tiba. Namun ada tradisi lain yang selalu dirayakan dengan meriah yang mengiringi masuknya bulan suci ramadan.

Tradisi itu dikenal dengan sebutan "Meugang" atau hari meugang. Tradisi tersebut telah dilakukan sejak zaman dulu, sudah turun temurun.

Meugang adalah istilah dalam bahasa Aceh. Meugang yaitu tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh, Indonesia. Meugang atau Makmeugang adalah tradisi menyembelih kurban berupa kambing atau sapi dan dilaksanakan setahun tiga kali, yakni Ramadan, Idul Adha, dan Idul Fitri (wikipedia).

Biasanya meugang dilakukan dua hari sebelum masuknya bulan puasa, tepatnya pada hari ini dan esok hari. Pada hari itu masyarakat peternak sapi atau kerbau menyembelih ternak mereka lalu menjualnya di pasar. Sebagian peternak ada juga yang tidak memotongnya dan memasarkan daging hewan mereka sendiri. Tapi dijual kepada orang lain.

Di Aceh, pemotongan hewan pada hari meugang bisa berjumlah ribuan ekor. Harga rata-rata daging sapi dijual berkisar 160-180 ribu rupiah per kilogram bahkan di beberapa daerah ada yang sampai 200 ribu per kilogram.

Pasar daging sapi khusus tersebut dapat dimasuki oleh siapa saja. Yang terpenting adalah mereka punya modal untuk membeli hewan lalu memotong dan menjual dagingnya kepada masyarakat.

Hewan yang dipotong pada hari meugang haruslah hewan atau ternak yang sehat. Guna memastikan kesehatan ternak, Dinas Peternakan Aceh atau kabupaten/kota melakukan pemeriksaan atau pengecekan kesehatan sapi atau kerbau sebelum pihaknya mengeluarkan rekomendasi.

Hal itu dilakukan dalam rangka mencegah agar daging hewan yang nanti dikonsumsi oleh masyarakat mengandung penyakit menular yang berbahaya. Sekaligus ini sebagai tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan bahan pangan yang sehat dan bebas penyakit.

Kemeriahan masyarakat Aceh menyambut tradisi meugang selalu menarik untuk diperhatikan. Padahal meugang itu selalu ada setiap tahunnnya atau sudah rutin dan terbiasa. Meskipun begitu tetap saja selalu meriah.

Masyarakat Aceh yang perantauan pun pasti pulang ke kampung untuk merayakan hari meugang bersama keluarga mereka. Saat hari meugang itulah anak-anak muda dan yang pulang dari merantau bertemu dan saling silaturrahim di kampung.

Suasana keakraban dan saling melepaskan rindu sesama teman dan keluarga yang lama tidak bertemu karena di tempat rantau masing-masing tumpah di hari meugang. Mereka berjumpa dan saling mengisahkan pengalaman ditempat kerja atau usaha (bisnis) yang mereka jalani.

Setelah bertemu dengan teman, sahabat, dan keluarga serta saling memaafkan satu sama lain agar saat masuk bulan puasa tidak ada lagi dosa dengan manusia, mereka pun kembali berangkat ke daerah perantauan masing-masing, dan akan berjumpa kembali pada saat lebaran Idul Fitri. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun