Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sosok Inspirasi "Bunda", Wali Kota Visi Kota Madani

2 Maret 2019   19:51 Diperbarui: 2 Maret 2019   19:54 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illiza Sa'aduddin Djamal saat berdiskusi dengan penulis dan kawan-kawan soal visi pembangunan Aceh kedepan (dokpri)

Siapa yang tidak kenal dengan sosok perempuan cantik yang selalu berbusana Islami ini? Illiza Sa'aduddin Djamal, Wali Kota Banda Aceh periode 2014-2017. Perempuan penuh inspirasi ini sukses memimpin Kota Banda Aceh dengan memajukan semua sektor.

Pada masa ia menjabat sejumlah pembangunan fasilitas publik berhasil dibangun. Sebut saja misalnya, sukses membangun seluruh saluran sekunder dan tersier pembuang air untuk mengatasi banjir dan luapan air di dalam kota, pembangunan fly over simpang Surabaya, pembangunan gedung Madani Centre di Lampineung, dan infrastruktur vital lainnya yang menunjang kemajuan Kota dan warga Banda Aceh.

Illiza begitu akrab dipanggil, ia tergolong perempuan cerdas dan jago berpolitik. Terbukti saat Illiza sukses mendampingi Mawardi Nurdin (kini sudah almarhum) sebagai Wakil Wali Kota Banda Aceh, ia masih berusia 34 tahun. Usia yang masih tergolong muda untuk posisi pejabat pemerintahan setingkat Wakil Wali Kota. Namun Illiza Sa'aduddin Djamal terlihat sangat mumpuni dan pandai mengelola pemerintahan ketika itu.

Sebagai seorang figur Illiza selalu menjadi perhatian banyak orang. Bahkan warga Kota Banda Aceh memanggilnya dengan panggilan 'Bunda', sebuah panggilan yang sangat mendalam dalam sebuah hubungan sosial. Panggilan bunda bukan hanya terbatas pada kalangan remaja, anak-anak, dan sesama perempuan saja. Bahkan bapak-bapak pun tidak segan-segan memanggilanya bunda.

Panggilan istimewa tersebut menggambarkan bagaimana Illiza Sa'aduddin Djamal di mata rakyatnya. Bahkan sampai sekarang pun warga kota Banda Aceh lebih mudah mengingat beliau sebagai 'bunda' ketimbang nama aslinya. Begitulah kedekatan Illiza Sa'aduddin Djamal dengan masyarakat.

Dan saya sendiri sangat mengagumi Illiza, bukan hanya karena beliau sangat penyayang dan penuh kelembutan, namun juga karena ketegasannya dalam memimpin. Illiza ditengarai oleh orang-orang yang tidak mengenal beliau secara dekat sering dituding kalau kebijakan-kebijakan pemerintahannya sangat keras apalagi dalam soal penegakan syariat Islam.

Sehingga tidak heran jika sosok Wali Kota yang sering mendapatkan berbagai penghargaan (award) ini "dimusuhi" oleh orang-orang yang tidak suka padanya. Dan sering ia digambarkan sebagai Wali Kota yang tidak toleran terhadap kelompok-kelompok lain. Padahal sesungguhnya tidaklah demikian adanya. Illiza Sa'aduddin Djamal justru ingin mengayomi seluruh warga kota dari berbagai kerusakan moral, pelecehan, dan kehancuran sosial karena infiltrasi budaya asing serta gaya hidup modern.

Ambil saja satu contoh, mengapa Illiza Sa'aduddin Djamal sangat konsisten dengan penegakan syariat Islam di Kota Banda Aceh? --Syariat Islam yang dimaksud tidak terbatas pada penegakan hukum saja namun meliputi seluruh aspek kehidupan warga kota.-- Karena sebagai pemimpin ia telah disumpah untuk melayani, mengayomi, dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh sebab itu maka Illiza harus menjalankan tanggung jawab besar itu.

Sekali waktu ketika saya dan kawan-kawan diberikan kesempatan bertemu Illiza, dia bercerita panjang lebar tentang pengalamannya saat memimpin warga Kota Banda Aceh. Illiza mengaku sering mendapat ancaman dari kelompok-kelompok yang tidak suka akan tegaknya Syariat Islam di Kota Banda Aceh,  bahkan ancaman akan dibunuh pun sudah sering ia terima.

Lalu Illiza mengisahkan bagaimana tantangan berat yang ia hadapi ketika memimpin tim dalam melakukan pemberantasan narkoba. Jelas! melawan mafia minuman keras bukanlah perkara mudah apalagi jaringan mereka sudah meluas dan sudah ada sejak lama. Namun berkat dukungan seluruh warga kota, Illiza berhasil menangkap pelaku dan sejumlah barang bukti untuk dihadapkan ke pengadilan.

Semangatnya untuk melakukan perbuatan nahi mungkar (mencegah kejahatan) karena didorong oleh rasa tanggung jawabnya terhadap jabatan yang ia dipegang. Menurut Illiza Sa'aduddin Djamal pertanggungjwaban seorang pemimpin tidak akan selesai sampai ke pengadilan Allah Swt di hari perhitungan kelak. Dimana pada hari itu tidak ada seorang pun yang lolos dari pengadilan Allah yang Maha Adil kecuali ia berbuat kebenaran.

Itulah filosofi yang ia pegang kuat-kuat dalam menjalankan roda pemerintahan Kota Banda Aceh kala itu. Dan ia bersyukur, karena selama ia menjabat tingkat kejahatan sosial dan kriminal cenderung menurun dari tahun ke tahun. Dengan menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, maka warga kota Banda Aceh dapat menikmati kenyamanan.

Illiza Sa'aduddin Djamal dimata saya tergolong salah seorang perempuan tangguh dan inspiratif yang diberikan Tuhan untuk masyarakat Aceh. Bagaimana tidak? Ia tidak gentar menghadapi apapun sepanjang melakukan hal yang benar. Tekadnya hanya satu bagaimana menciptakan masyarakat Kota Banda Aceh dapat menikmati hak-hak mereka dengan baik.

Bahkan untuk mewujudkan visinya itu Illiza Sa'aduddin Djamal sudah siap mewakafkan nyawanya sekalipun bagi kemaslahatan ummat. Illiza memandang bahwa hidup ini hanyalah pengabdian kepada Allah Swt, bukan yang lain. Barangkali hanya caranya saja yang mungkin berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain.

Oleh karena itu konsep pembangunan yang ia tawarkan bagi kemajuan Kota Banda Aceh bukan hanya membangun secara fisik saja seperti pembangunan jalan raya, membangun pelabuhan, gedung-gedung besar, jembatan, dan berbagai infrastruktur lain yang bersifat wujud. Tetapi pembangunan non fisik juga jauh lebih penting.

Pembangunan non fisik yang ia maksud adalah soal pendidikan, moralitas, akhlak, karakter, dan nilai-nilai sosial yang mengajarkan toleransi dan hormat pada sesama meskipun beda aqidah atau keyakinan. Hal itu penting sekali sebagai modal sosial bagi pembangunan secara keseluruhan untuk menciptakan kota yang bersih, indah, nyaman, dan kota Islami.

Melalui strategi pembangunan seperti itu maka akan tercipta keseimbangan. "Percuma jika kita hanya fokus pada pembangunan fisik dan mengabaikan pembangunan non fisik. Sebab infrastruktur hanya sebagai alat sedangkan sumber daya manusia merupakan kunci. Jadi idealnya memang harus berjalan kedua-duanya." Ulas Illiza.

Tak terasa sudah hampir dua jam kami berbicara dan ngobrol. Ada banyak success story yang ia sampaikan bagi inspirasi anak-anak muda. Pesan utama yang ia katakan bahwa dalam memimpin, hal yang paling penting dijaga adalah soal kepercayaan (trust) semua pihak. Dan itu tidak lahir dengan sendirinya, kita membutuhkan leadership yang bagus, komitmen, dan amamah untuk menghasilkan kepercayaan tersebut.

Pada akhir pertemuan Illiza mengatakan agar kita selalu berikhtiar dengan sungguh-sungguh pada apapun yang kita kerjakan. Karena tugas kita adalah berupaya, sedangkan hasil kita serahkan pada Maha Pemberi hasil itu sendiri yaitu Allah Swt. So, sekarang bagaimana pendapat kamu? Namun bagi saya nasehat beliau sangatlah tepat. Terima kasih bunda sudah membangun kota dengan ikhlas. (*)

Ilustrasi Foto

Berkunjung menyambung silaturrahim
Berkunjung menyambung silaturrahim
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sumber foto: Illiza Sa'aduddin Djamal
Sumber foto: Illiza Sa'aduddin Djamal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun