Dari berbagai sumber yang berhasil saya himpun, banyak pendapat publik yang menyimpulkan dan menggaris-bawahi kalau penampilan dua paslon memang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Argumentasi mereka didasari pada fakta bahwa debat tadi malam tidak memuaskan publik.
Ketidakpuasan tersebut terutama publik mengkaitkannya dengan kemampuan paslon dalam menjawab setiap soal debat dengan kecerdasan akademis. Terlihat ada paslon yang selalu melihat contekan saat memberikan jawaban dari moderator atau paslon sebelahnya. Gaya ini tidak memberikan keyakinan maksimal bagi publik untuk mereka nyatakan bagus. Justru sebaliknya, mereka berpendapat itu bukan model presiden berkelas.
Ditambah lagi dengan kemampuan mengelola emosional yang terlihat lemah. Paslon sering menanggapi semua hal dengan tensi emosi yang tidak nyaman dilihat oleh publik, baik yang di studio maupun yang menonton di rumah. Paslon seperti menyalurkan rasa marahnya ketika menanggapi atau saat menjawab.
Sehingga tidak salah jika masyarakat dan netizen mengatakan debat Capres-Cawapres 2019 garing, kering, dan tidak berisi. Saya sendiri hampir setuju dengan pendapat masyarakat. Sampai-sampai debat ini dianggap hanya sebagai formalitas saja dan bukan sesuatu yang sangat subtansial.
Berbagai premis yang ada memang seperti puzzle, yang nanti akan menjadi satu kesatuan yang utuh untuk melihat kedua paslon yang ada. Ironinya dari sekarang pun publik sudah yakin untuk mengatakan bahwa Indonesia sedang mengalami krisis politisi dengan kualitas level nasional apalagi tingkat dunia.
Pandangan sebagian masyarakat seperti itu tentu sah-sah saja atau boleh-boleh saja sabagai sebuah perspektif. Tidak ada yang salah, namun sudut pandang demikian juga bukan tanpa dasar.Â
Sehingga para politisi tidak boleh meremehkan pendapat publik meskipun mereka tidak pernah menjadi pengurus partai politik atau menjadi pengamat politik. Justru sebagai rakyat, mereka telah merasakan sendiri buah dari kebijakan para politisi baik mereka sebagai legislatif maupun eksekutif.
Dari pengalaman hidup itulah lalu membawa mereka (rakyat) mampu melihat sosok presiden masa depan yang benar-benar menjadi kebutuhan bangsa ini. Sayangnya kedua paslon yang ada saat ini, tidak begitu sempurna dimata publik. Terlepas dari persoalan terpaksa memilih karena tidak ada pilihan lain.
Sesungguhnya rakyat menginginkan calon presiden yang memiliki visi besar untuk bangsa ini, berpihak pada rakyat kecil, jujur, dan amanah dalam arti memenuhi janjinya, dan tidak plin plan dalam membuat kebijakan. Sedangkan dari sisi intelektualitas, sosok calon presiden yang diinginkan adalah orang yang cerdas, kapasitasnya sejajar dengan para pemimpin dunia.
Begitulah analisis sederhana saya dari jawaban seseorang yang saya jumpai disebuah warung kopi pinggir kota dengan pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan. Namun toh akhirnya saya pun tidak dapat menjawab pertanyaannya.Â
Biarlah publik sendiri yang mencari jawaban atas apa yang mereka ingin ketahui. Lagi pula saat ini begitu banyak referensi yang dapat mereka gunakan dalam membuat keputusan pilihan pada pileg dan pilpres mendatang.