Jadi petahana memang memiliki beban yang tidak sama dalam debat. Karena selain sebagai calon, ia juga pelaksana pemerintahan saat ini. Kalaulah misalnya pada debat pertama mengambil tema tentang Hukum, HAM, dan Terorisme.Â
Maka petahana perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan seputar apa yang telah dilakukan pada bidang hukum, HAM, dan Terorisme di Indonesia. Lalu panelis dapat menggali dan membandingkan dengan visi, misi, dan janji kampanye periode lalu.
Jadi domain debat terhadap calon yang berstatus petahana memiliki tanggung jawab moral untuk menjelaskan hal itu secara terang benderang kepada masyarakat. Dan saya rasa petahana tidak perlu takut atau khawatir. Jelaskan saja yang telah dikerjakan, toh yang menilai adalah publik. Sepanjang memiliki prestasi kerja yang bagus, justru semakin meyakinkan para pemilih.
Dengan demikian debat petahana-capres akan berlangsung menarik. Petahana bisa mengkempanyekan keberhasilannya dalam sesi debat tersebut. Nah, oleh calon (capre-cawapres) mereka dapat melihat apa yang sudah atau belum dikerjakan oleh petahana, bahkan mereka dapat pula mengkritisi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang tentu harus subtantif terhadap kinerja petahana selama ini.Â
Di situlah poin bagi calon presiden dan wakil presiden penantang untuk mengajukan ide dan gagasannya atas kelemahan petahana.
Sebaliknya petahana juga dapat mengajukan berbagai pertanyaan terhadap visi dan misi penantangnya. Apakah cukup realistis atau hanya sekedar tulisan indah dikertas saja.Â
Petahana dapat memastikan model pembangunan apa yang ditawarkan oleh pasangan capres-cawapres. Itulah yang saya maksud subtansi atau unsur utama kedua dari pertanyaan yang diajukan, jika bagi penantang maka hanya perlu didalami soal visi dan misi saja.
Saya rasa konsep debat Capres-Cawapres yang akan segera berlangsung di bulan Januari 2019 nantinya perlu mempertimbangkan model debat petahana-capres juga. Dengan pandangan yang telah disebutkan di atas tadi.Â
Kalau model ini bisa diterapkan, saya meyakini debat pilpres kali ini akan sangat menarik karena formulasi debatnya unik, khas dan mengakomodir harapan publik. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H