Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Freeport, Utang Negara, dan Masa Depan Kesejahteraan Bangsa di Tangan Presiden Baru

29 Desember 2018   10:51 Diperbarui: 29 Desember 2018   17:11 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita mengacu kepada pernyataan capres yang saat ini sedang bertarung menuju Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024, hanya kubu Prabowo-Sandi yang tegas menolak penambahan utang negara bahkan Prabowo Subianto mengkritik keras utang Indonesia yang semakin menggunung.

Posisi oposisi sangat jelas dalam kebijakan utang rezim Jokowi-Jk. Yaitu menolak penambahan utang yang terus menerus dengan alasan dapat membahayakan Indonesia di masa datang. Pemikiran kubu Prabowo-Sandi tentu bukan tanpa dasar atau hanya untuk bahan kampanye. Namun mereka telah melakukan kajian dari berbagai aspek.

Jika kita melihat dari pandangan ekonom klasik. Utang dapat berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan masyarakat. Teori ini mendasari pada pemikiran bahwa APBN hanya terbebani dengan cicilan utang dan beban bunga. Sehingga mengurangi anggaran pembangunan dan pembiayaan publik.

Dalam jangka panjang, utang akan mengurangi tingkat kemakmuran, apalagi jika pertumbuhan ekonomi negara di masa datang cenderung menurun. Maka kompleksitas ekonomi baik makro maupun mikro menyebabkan keuangan negara semakin defisit dan kekurangan stimulus fiskal.

Inilah beberapa hal yang serius dipikirkan oleh masyarakat Indonesia saat ini. Untuk itulah Presiden Indonesia periode mendatang perlu menyiapkan sebuah strategi jangka menengah dan jangka panjang dalam mengatasi beban utang yang saat ini mencapai level kuning.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun