Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Refleksi 14 Tahun Tsunami Aceh dan Indonesia Mulai Akrab dengan Tsunami

24 Desember 2018   08:41 Diperbarui: 24 Desember 2018   14:41 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Sebenarnya saya tidak ingin menulis dan bercerita lagi tentang gempa besar (8,9) SR yang kemudian diikuti dengan gelombang besar air laut menghantam daratan yang pernah melanda Aceh pada Hari Minggu (26/12/2018) silam. 

Akibat air bah besar yang menyapu seluruh sudut Kota Banda Aceh, Sabang, Aceh Jaya, Pidie, dan Aceh Besar, membuat sebagian Aceh lumpuh total dan mayat-mayat bergelimpangan.

Bila mengingat masa-masa itu, tak sanggup rasanya jiwa ini menguraikan kembali peristiwa yang pernah saya alami 14 tahun silam. Meskipun bilangan waktunya sudah lama berlalu, namun serasa baru saja kemarin terjadi. Begitu dekatnya kenangan tsunami dengan diri saya. Mungkin apa yang saya alami juga dirasakan oleh warga Aceh lainnya. 

Bukan bermaksud ingin melupakan peristiwa dahsyat Minggu pagi itu, karena bagaimana pun sangat sulit untuk dihilangkan dari ingatan. Akan tetapi dengan tidak mengulang-ulang cerita tsunami membuat saya lebih mudah mengendalikan rasa trauma yang ada. Terutama kesedihan karena kehilangan orang-orang sekitar kita. Hilang bersama gelombang laut tsunami. 

Kala itu saya berpikir, ketika beberapa hari berlalu setelah saya berhasil diselamatkan, semoga tidak ada lagi tsunami yang melanda daerah lain di Indonesia seperti halnya Aceh. Cukup kami saja yang sudah rasakan. Jangan ada lagi peristiwa dahsyat ini dialami oleh saudara-saudara kami diluar Aceh. 

Namun, harapan tetaplah sebagai harapan. Setelah beberapa tahun tsunami Aceh terjadi kemudian kejadian yang sama menerjang Sumatera Barat. Pulau mentawai, dan Kabupaten Agam, Jambi, Pidie Jaya, Papua, Situbondo. Seterusnya seolah-olah seperti bergiliran, tsunami terus terjadi dan melanda daerah-daerah lain di Indonesia.

Beberapa bulan silam gempa dan tsunami terjadi di Palu, Sigi dan Donggala yang menelan lebih dari 2.000 jiwa meninggal dunia fan ratusan lainnya kehilangan tempat tingga. Dan kerugian meteril seperti rumah penduduk, rumah ibadah, fasilitas umum, dan gedung-gedung bangunan yang ditaksir mengalami kerugian triliunan rupiah. 

Belum lagi air mata kesedihan dan duka bencana tsunami Palu, Sigi dan Donggala berlalu. Sabtu kemarin tepat malam Minggu 23/12/2018) tsunami kembali menyapu daratan Banten dan Lampung Selatan. Hingga Senin (24/12) malam, korban tewas berjumlah 222 orang, sementara 843 orang luka-luka dan 28 orang masih hilang.

Selain itu, tsunami juga meluluh-lantakkan bangunan serta rumah warga. Setidaknya 556 rumah rusak, sembilan hotel rusak berat, serta 60 warung hancur. 

Menurut para pakar, tsunami yang terjadi di Selat Sunda tersebut tergolong dalam peristiwa alam yang langka. Karena sebelumnya tidak diawali dengan gempa terlebih dahulu sebagaimana biasa. Namun tiba-tiba air bah itu telah didepan mata. 

Keanehan tsunami yang muncul tiba-tiba di Selat Sunda ini masih menjadi misteri bagi masyarakat. Sampai hari ini masih menyisakan berbagai pertanyaan apa penyebab sebenarnya. 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Republik Indonesia menduga ada dua peristiwa yang memungkinkan menjadi pemicu gelombang tsunami di sekitar Selat Sunda tersebut, yakni aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda yang memasuki bulan purnama atau sering disebut air pasang penuh. Namun benarkah ini penyebabnya? Sementara ini masih dalam penelitian dan penyelidikan para pihak. 

Barangkali fenomena alam seperti halnya tsunami dapat dijelaskan sebab akibatnya secara ilmiah. Sehingga bencana alam ini hanya dipandang sebagai hal yang sifatnya alamiah saja. 

Sebagaimana para ahli menjelaskan tentang gempa bumi. Kata mereka gempa adalah adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng Bumi). 

Begitu pula penjelasan tentang tsunami, perpindahan badan air yang disebakan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut.

Tanpa bermaksud mengecilkan teori ilmiah yang ada, bahkan sangat berguna untuk kita memahami setiap peristiwa. Namun menurut saya ada teori lain yang juga mesti kita baca. Misalnya kita perlu bertanya, mengapa bencana dan musibah terus saja melanda negeri ini? Adakah kaitannya dengan perilaku laku manusia? Dan lain sebagainya. 

Dalam perspektif agama, berbagai kejadian dimuka bumi merupakan sudah menjadi ketetapan Allah Swt. Seperti halnya gempa bumi telah Allah sebutkan dalam Alquran yang terdapat dalam beberapa ayat. Dikisahkan bagaimana gempa tersebut ditimpakan kepada manusia sebagai peringatan, ujian, atau bahkan azab. 

Misalnya gempa yang diturunkan sebagai azab "Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka." (QS. Al Ankabuut:37).

Ketika tsunami dan gempa bumi kita pahami sebagai azab, maka tentu saja ada masalah yang dilakukan oleh manusia terkait dengan pertentangan mereka dengan Allah sebagai Tuhan Yang Esa. Termasuk melakukan berbagai maksiat dibumi yang Dia hamparkan namun dikotori oleh perbuatan kotor manusia. Lalu Dia menurunkan azabNya. 

Maka bagi ummat manusia perlu menyadari kesalahannya serta introspeksi diri. Jika dalam Islam disebut muhasabah. Dengan begitu kita bisa kembali memperbaiki diri, taubat dan menjaga bumi ini dari berbagai kerusakan. Baik kerusakan alam, lingkungan, dan lainnya. 

Nah itulah yang kemudian dilakukan oleh masyarakat Aceh. Semenjak tsunami 2004 lalu, rakyat Aceh melakukan perbaikan-perbaikan dalam hubungannya dengan Allah dan dalam hubungan dengan manusia. Bertaubat atas kesalahan yang diperbuat. Masyarakat Aceh telah mengambil banyak pelajaran dari gempa bumi dan tsunami yang terjadi 14 tahun lalu. 

Mungkin sebagai hamba Tuhan, kita masih perlu banyak membaca berbagai ayat tentang tanda-tanda kebesaran Allah, mempelajari teori Nya dalam kitab suci yang telah diturunkan. Tidak cukup berbagai peristiwa itu hanya didekati dengan sains dunia saja. Perlu melibatkan Tuhan dalam setiap kejadian dan perkara. Agar hidup kita dan cara pandang menjadi lebih seimbang. 

Hari-hari ini Indonesia semakin akrab dengan tsunami, dan berbagai bencana alam. Begitu pula negara-negara lain di belahan dunia. Ada yang negara yang selalu diterjang badai, topan, gempa dan sebagainya. Meskipun demikian masyarakat Indonesia patut bersyukur walau cobaan dan ujian terus terjadi. Bersyukur karena Indonesia masih tetap damai, aman dan negara ini masih dapat berdiri tegak.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun