Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Momentum Peringatan Maulid, Mari Kita Perbaiki Akhlak dan Teguhkan Persatuan Bangsa

20 November 2018   13:29 Diperbarui: 20 November 2018   13:42 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah sebagai ummat muslim Indonesia patut bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa. Hari ini, tepatnya tanggal 12 Rabiul Awal 1440 Hijriyah/20 Nopember 2018 tiba kembali saat memperingati hari lahir Muhammad Saw. Perayaan hari lahir beliau kini dilakukan oleh sebagian besar ummat Islam Indonesia diberbagai penjuru tanah air.

Memperingati hari tersebut sering diistilahkan dengan maulid atau lengkapnya maulid Nabi Muhammad. Namun istilah ini bisa berbeda setiap daerah, mengingat bahasa dan cara memperingatinya pun tidak sama.

Seperti halnya di Aceh, daerah yang mayoritas penganut Islam. Untuk perayaan maulid sendiri juga tidak sama antara satu daerah dengaj daerah lainnya. Katakan daerah pidie dengan Aceh Besar. Namun perbedaan itu hanya bersifat teknis saja bukan secara prinsip.

Pada umumnya masyarakat Aceh mengisi hari perayaan maulid dengan berbagi makanan atau lebih dikenal dengan kenduri, dakwah islamiyah, dan kegiatan sosial. Kenduri tersebut disiapkan oleh setiap kepala keluarga lalu pada sore harinya diantar ke surau atau ke masjid untuk disajikan kepada warga dengan makan bersama-sama.

Selanjutnya pada malam hari dilakukan kegiatan dakwah Islamiyah untuk menambah meriahnya peringatan maulid. Seluruh warga dan pemuda secara bersama-sama bergotong royong menyiapkan segala persiapan yang dibutuhkan. Semua pekerjaan dilakukan secara suka rela oleh para warga. Biasanya untuk mengorganisasikan seluruh kegiatan dibentuk satu kepanitiaan.

Pada malam itu diundang seorang penceramah atau orang yang memahami ilmu agama untuk memberikan tausiyah secara massal kepada para pengunjung. Dakwah islamiyah tersebut diadakan dihalaman terbuka, baik di depan masjid jika ada halaman luas, maupun dilapangan kosong.

Para penceramah atau teungku yang diundang menyampaikan dakwahnya dengan menceritakan sejarah Rasulullah Saw atau ilmu agama lainnya. Isi dakwahnya biasanya lebih banyak tentang ketauladanan Nabi Muhammad dalam memperjuangkan agama Islam dan kehidupan beliau di masa awal Islam diturunkan dan berkembang.

Masyarakat yang hadir bersama keluarganya duduk bersila dilapangan terbuka mendengarkan ceramah Teungku dengan baik. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sejarah Nabi Muhammad yang disampaikan, bahkan diantara para hadirin ada yang merasa terharu mana kala penceramah hal-hal yang menyedihkan tentang Rasulullah Saw.

Keteladanan yang paling utama dari seorang Nabi Muhammad Saw yang dapat dijadikan contoh adalah mengenai akhlaknya. Muhammad sejak kecil dikenal sebagai seorang yang dapat dipercaya, bahkan orang Arab memberikan gelar "Al-Amin" kepadanya. Arti dari Al-Amin adalah dapat dipercaya.

Muhammad memiliki sifat-sifat jujur dan amanah dalam dirinya. Meskipun ia terlahir dalam keadaan yatim, namun karena dididik dengan baik oleh kakeknya, maka ia menjadi seorang pemuda yang tidak pernah berbohong, ia selalu berkata jujur. Sehingga Muhammad sangat disukai oleh masyarakat Arab karena kejujurannya.

Hendaknya kita saat ini terutama ummat Islam perlu memiliki sifat jujur sebagaimana dimiliki oleh Rasullullah. Katanya pengikut nabi namun akhlaknya tidak seperti nabi. Ini tidak sejalan dengan ajaran Islam, bahkan jika memiliki sifat sebaliknya, maka orang tersebut dapat dikatakan munafik.

Dalam konteks pilpres 2019 semestinya ummat muslim Indonesia memiliki semangat jujur sebagai bagian dari akhlak rasulullah dalam melakukan kegiatan politiknya. Tidak boleh curang dan menyebarkan fitnah demi untuk mencapai tujuan-tujuan politik sesaat. Karena prilaku tidak jujur bukan hanya mengingkari sifat Muhammad juga merugikan bangsa ini.

Justru dengan momentum maulid Nabi Muhammad Saw 1440 Hijriyah, kita kembali ke khitah sebagai ummat yang jujur, dapat dipercaya dan memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara ini. Jadilah sebagai bagian dari solusi bukan bagian dari masalah.

Sebagaimana Muhammad mempersatukan bangsa Arab yang tercerai berai, ummat Islam Indonesia juga harus melakukan hal yang sama. Bangsa Indonesia tidak boleh pecah, namun harus kuat dalam barisan persatuan. Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi tali pengikat kita semua sebagai bangsa.

Tinggalkan kepentingan pribadi dan kelompok masing-masing yang tidak sesuai dengan semangat persatuan. Jadikan Indonesia sebagai rumah besar bersama, mari kita saling menjaga dan merawat setiap sudut rumah kita bersama. Kita bersihkan dari rayap yang mencoba merusak setiap sendi tiang penyangga.

Itulah makna memperingati maulid yang seharusnya. Bukan hanya sekedar makan-makan dan serimonial belaka. Subtansi dari perayaan hari besar ini adalah meneladani sifat Rasullullah Saw. Semoga bangsa kita tetap jaya dan tegak berdiri diantara bangsa-bangsa didunia.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun