Untuk mencapai visi tersebut atau upaya menggeser ke IR 4.0, maka erat kaitannya dengan investasi. Kebutuhan investasi sangat penting untuk melakukan tranformasi dari bisnis konvensional menuju optimasi. Digitalisasi bisnis membutuhkan investasi besar.
Karena itu pemerintah Indonesia telah menyusun road map, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia telah menetapkan 5 industri yang dipersiapkan untuk masuk IR 4.0 yaitu; (1) industri makanan dan minuman, (2) industri tekstil, (3) industri transportasi, (4) industri kimia/farmasi, (5) industri telekomunikasi.
Industri makanan dan minuman harus diarahkan pada ketahanan pangan. Dengan meningkatkan kualitas dan kualitas produksi dan memperbanyak e-commerce dalam platform bisnis digital. Namun yang harus dilakukan oleh start up Indonesia adalah bagaimana sistim bisnis e-commerce door to door dalam negeri bukan door to door dengan luar negeri.
Karena jika e-commerce door to door dengan luar negeri justru uang kita berpindah ke luar negeri, dan itu bisa berpengaruh kepada neraca transaksi berjalan. Bisa saja mengalami defisit seperti yang terjadi hari ini. Oleh karena itu jika door to door dengan luar negeri, maka perbanyak pembelinya agar makro ekonomi kita menjadi lebih sehat dan surplus.
Yang kedua kubu industri sandang, kedua hal ini (pangan dan sandang) harus direbut oleh Indonesia untuk menghidupkan 260 juta penduduk Indonesia. Dan Indonesia sendiri sudah mencanangkan ketahanan pangan dan sandang sebagai prioritas pembangunan industri era 4.0.
Karena itu pemerintahan Jokowi-Jk sudah menetapkan arah pembangunan Indonesia setelah tahun 2018 selesai dengan seluruh infrastruktur, maka pembangunan 2019 akan dilanjutkan dengan pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Akan tetapi ada hal yang sudah mendesak untuk segera dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah bagaimana mempercepat pergeseran industri kita dari 3.0 ke 4.0, sementara disisi lain kebutuhan internet sebagai faktor penting industri 4.0 masih belum optimal. Bahkan Indonesia masih mengandalkan IoT (internet of thing) generasi 4G, padahal negara-negara lain sudah menggunakan 5G. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H