Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Harus Kuliah?

9 November 2018   11:35 Diperbarui: 10 November 2018   03:29 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasti, setiap siswa yang kini duduk di kelas dua belas sekolah menengah umum (SMU) sederajat saat ini sebagian masih kebingungan akan melanjutkan pendidikan kemana paska lulus di SMU nanti. Bahkan bingung antara memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau memilih bekerja.

Posisi dilematis juga sering hinggap pada pikiran para orang tua siswa. Mereka sering tidak tahu apa yang harus mereka lakukan demi mendukung anak-anaknya. Pada satu sisi harus menyediakan keuangan yang cukup untuk biaya kuliah, dan disisi lainnya si anak memilih tempat kuliah yang tidak terjangkau oleh pendapatan orang tua mereka.

Akan tetapi baik keinginan orang tua maupun kemauan anak, mengapa harus kuliah? Pentingkah kuliah di zaman sekarang? Dari hasil pengamatan yang saya lakukan di sebuah sekolah menengah umum di sekitaran Banda Aceh. Animo siswa untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah tergolong meningkat. Dan berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Aceh lulusan SMU yang masuk perguruan tinggi trennya menaik.

Tentu saja ini adalah hal yang sangat bagus dan positif. Dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi berarti kualitas sumber daya manusia menjadi lebih baik. Yang pada akhirnya dapat mengurangi pengangguran. Karena SDM terdidik dapat menjadi calon tenaga kerja.

Dalam amatan singkat saya tersebut saya sempat menanyakan beberapa pertanyaan kepada siswa. Diantara pertanyaan yang saya ajukan yaitu apa tujuan mereka kuliah? Dari pertanyaan itu, saya mempunyai asumsi sendiri terhadap jawaban mereka. Inilah yang saya mau uji, apakah benar dugaan saya.

Berikut alasan mereka kuliah?

Mudah cari kerja terutama PNS

Dari sekian banyak sampel yang berhasil saya dapatkan jawabannya dan yang paling banyak menjawab mengapa siswa-siswi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yaitu harapannya supaya mudah dapat kerja. Pada umumnya siswa-siswi tersebut sangat ingin menjadi karyawan dan sebagai pegawai negeri sipil (PNS).

Memang apa yang diharapkan oleh mereka dalam menempuh perkuliahan dan sesudah tamat bukanlah sesuatu yang salah. Setiap siswa pasti memiliki impian dalam hidupnya. Ntah menjadi seorang yang sukses dibidang apa saja, tentu sebuah cita-cita yang ingin mereka perjuangkan.

Namun yang menjadi perhatian saya adalah mengapa siswa-siswa tersebut motivasi kuliah karena ingin menjadi karyawan? Apakah tujuan pendidikan tinggi memang didesain untuk menciptakan pekerja sebanyak-banyaknya bagi perusahaan? Saya rasa bukanlah tujuan pemerintah menciptakan pendidikan tinggi demi menghasilkan tenaga kerja bagi korporasi dan industri.

Secara filosofis tujuan dan fungsi pendidikan secara umum adalah upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan seseorang untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya. Yang dengan proses pendidikan tersebut menjadikan seseorang sebagai manusia paripurna.

Dengan begitu pendidikan diarahkan pada aspek pengembangan potensi-potensi dasar manusia atau peserta didik. Aspek-aspek tersebut meliputi kognitif, motorik, dan aspek psikologis dan attitude. Pada ujungnya yang diharapkan adalah sumber daya manusia semakin cerdas, baik kecerdasan otaknya, kecerdasan emosional, kecerdasan spritual, dan sosial. Dan mestinya outcome kuliah adalah seperti itu.

Cari jurusan yang ada gelarnya

Tidak sedikit pula ternyata siswa yang masih duduk di SMU dan mahasiswa yang baru kuliah ingin mendapatkan gelar di depan nama mereka menjadi motivasi kuliah. Menurut mereka kalau ada gelar tertentu, apalagi gelarnya keren, membuat lebih percaya diri dalam masyarakat.

Bagi kelompok ini, gelar merupakan sebuah status atau simbol kedudukan kelas sosial. Meskipun tidak memiliki kapasitas atau pun skill tinggi, namun jika ada gelar pada nama mereka, hal itu akan membuat semakin dihargai oleh masyarakat.

Atas pertimbangan tersebutlah kemudian siswa memilih jurusan-jurusan yang memiliki nama besar, top dan keren menurut pandangan umum. Misalnya fakultas teknik, ekonomi, hukum, kedokteran, dan sebagainya. Semakin bagus persepsi masyarakat terhadap sebuah kampus dan jurusan yang ada, semakin sangat diminati oleh calon mahasiswa.

Asal tidak menganggur

Pemikiran sederhana yang juga dimiliki oleh siswa atau calon mahasiswa adalah yang penting tidak menganggur atau belum mau jadi pengangguran. Masuk kuliah ke perguruan tinggi adalah salah satu jalan untuk menghindari jadi pengangguran sejak dini. Memang tidak enak dicap pengangguran oleh masyarakat.

Siswa ataupun calon mahasiswa tipikal ini cenderung hanya menghabiskan waktu saja di kampus. Motivasi belajar pun tidak begitu tinggi. Yang penting bagi mereka adalah setiap pagi sudah keluar rumah dengan pakaian yang rapi.

Para siswa mengaku, jika tidak kuliah dan cari kerja pun susah, maka akan menjadi masalah didalam keluarga. Mereka akan dianggap sebagai beban orang tua atau hanya akan membuat orang tua mereka kesusahan saja. Namun dengan pergi kuliah, seolah-olah mereka sedang berjuang merubah nasib dan meraih mimpi.

Sehingga cap buruk sebagai anak yang gagal akan hilang dari pandangan orang tua mereka. Begitu pengakuan siswa-siswi dalam memandang, mengapa harus kuliah? Singkat kata siswa yang termasuk dalam kelompok ini bukanlah calon mahasiswa yang serius mengikuti kuliah. Tetapi hanya sebagai bentuk pelarian saja.

Ikut teman-teman

Lain lagi sejumlah siswa yang mengatakan bahwa kuliah hanyalah kegiatan menghabiskan waktu tanpa manfaat. Ibaratnya kuliah adalah main-main belaka. Argumentasi ini muncul dari pikiran siswa yang melihat fenomena banyaknya sarjana pengangguran. Sehingga mereka menyimpulkan bahwa kuliah adalah ikut teman saja.

Karena memiliki teman yang memilih sebuah jurusan tertentu, lalu ia pun melakukan hal yang sama, meskipun tidak bertentangan dengan nuraninya namun keputusan tersebut bukanlah karena sebuah pilihan terbaik. Melainkan karena tidak ingin berpisah dengan teman-teman mereka saja.

Beragam alasan dan dorongan yang muncul dari siswa-siswi yang bakal mau masuk ke perguruan tinggi untuk kuliah. Memang yang paling ideal adalah pendidikan itu untuk mencerdaskan, mengembangkan potensi diri, dan mampu menjadi manusia yang bijaksana.

Akan tetapi belakangan yang banyak kita dapati yaitu orientasi pendidikan justru menciptakan manusia sebagai alat bagi perusahaan. Mereka didik menjadi karyawan ataupun pekerja. Dengan dalih pekerja profesional, perguruan tinggi kelihatan terjebak pada orientasi industri kapitalis.

Padahal hakikat dari pendidikan adalah mengubah manusia supaya seperti yang diinginkan oleh Tuhan sebagai sang pencipta. Artinya outcome pendidikan tidak sesempit seperti hanya untuk menjadi calon tenaga kerja, yang mungkin bagus dari skillnya namun gagal dari sisi moralitas dan intelektualitas.

Lagi pula apa hubungannya seseorang menempuh pendidikan lalu mereka dikait-kaitkan dengan lapangan kerja di perusahaan, atau harus siap menjadi seperti yang diinginkan oleh perusahaan. Saya rasa itu orientasi yang keliru dalam pendidikan kita.

Lantas? Kita mesti kembali pada orientasi yang benar dalam soal mengapa kita harus kuliah, apa itu?

Pendidikan membantu mencapai impian dan cita-cita

Pendidikan atau kuliah adalah sarana untuk menambah pengetahuan. Meskipun demikian pengetahuan yang diperoleh tersebut sangat bervariasi, tetapi hal itu dapat membantu seseorang untuk meraih cita-citanya.

Pengetahuan yang didapat dari bangku kuliah biasanya berupa ilmu-ilmu tentang sain, ilmu sosial, dan metode berpikir ilmiah.Selain memperoleh ilmu, pendidikan juga sebagai cara untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan kata lain, pendidikan berguna untuk membangun jaringan yang lebih luas.

Hubungan pengetahuan, ilmu, dan kemampuan bersosialisasi dengan cita-cita adalah mereka dapat menggunakan seluruh potensi tersebut secara optimal untuk menggapai impian mereka. 

Karena menurut salah satu referensi yang saya baca, zaman sekarang orang bisa menjadi sukses disebabkan karena kemampuan membuat hubungan dengan orang lain sangat baik. Artinya bukan hanya kemampuan intelektualitasnya saja.

Membentuk pola pikir

Yang paling tepat untuk menciptakan SDM yang handal adalah dengan membentuk sebuah pola pikir suskes pada diri mereka. Adapun pengetahuan dapat diasupi kemudian.

Merubah atau membentuk pola pikir berarti perguruan tinggi berusaha menanamkan sebuah perangkat lunak pada mahasiswanya untuk memiliki sebuah sistem berpikir yang logis, sistematis dan komprehensif. Dengan memiliki master mind yang dapat diandalkan, mahasiwa akan melahirkan cara pandang baru terhadap berbagai persoalan.

Jadi disinilah peran perguruan tinggi dalam menjalankan proses. Melakukan transformasi berpikir mahasiswa-mahasiswa menuju pada sebuah titik perubahan. Sehingga ia memiliki kesadaran diri yang menyeluruh untuk berbuat sesuatu dan mengambil sebuah inisiatif tindakan.

Dengan begitu, nilai-nilai intelektualitas, pengetahuan, dan ilmu-ilmu yang dimiliki akan membantu dirinya, lingkungan, dan orang lain untuk melakukan berbagai perubahan yang lebih baik, lebih maju dan menghasilkan peradaban-peradaban baru.

Belajar adalah ibadah

Dalam Islam perintah pertama yang turun adalah "Iqrak" artinya bacalah. Kata kerja bersifat perintah. Makna bacalah disini bukan hanya dalam bentuk tekstual namun juga kontekstual dan bukan hanya simbolis tetapi juga filosofis.

Sehingga mengartikan makna bacalah sama dengan adalah perintah belajar. Lalu apa yang harus dibaca (belajar)? Ya apa saja, tidak terbatas. Belajar tentang alam, bumi, makhluk hidup, tentang hewan, tumbuh-tumbuhan, dan bermacam lainnya.

Maka dalam konteks perintah Tuhan itulah siswa perlu memposisikan diri untuk melanjutkan kuliah. Bahwa ada perintah agama yang mengharuskan setiap orang untuk belajar setinggi-tingginya. Dalam agama disebutkan, melaksanakan perintah Tuhan ada ibadah.

Dengan meletakkan konteks kuliah sebagai bagian dari ibadah, maka apapun yang dipelajari berarti berdasarkan niat pengabdian yang tulus kepada Tuhan YME. Ya, tentu saja pada akhirnya akan ada konsekuensi logis dari sebuah tindakan atau pun kegiatan.

Hendaknya dengan didasari niat beribadah, seharusnya siswa-siswi tentu harus memiliki sikap ikhlas, berusaha sekuat tenaga, sambil memanjatkan doa atas segala upaya yang dilakukan sehingga akan memperoleh hasil terbaik dalam study-nya.

Amin.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun