Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hindarilah Mengkritik, Maka Anda Akan Mendapatkan Apa yang Anda Inginkan

20 Oktober 2018   20:37 Diperbarui: 20 Oktober 2018   22:28 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Faktanya bahwa sembilan puluh sembilan kali dari seratus, orang tidak mengkritik dirinya sendiri sama sekali, tidak peduli betapa salahnya apa yang sudah dilakukannya. 

Kritik adalah hal sia-sia karena menempatkan seseorang dalam posisi defensif dan biasanya membuat orang itu berusaha mempertahankan dirinya. Kritik itu berbahaya, karena melukai perasaan pentingnya, dan membangkitkan rasa benci.

Dengan mengkritik, kita tidak membuat perubahan yang langgeng dan seringkali menimbulkan rasa benci. Rasa benci yang ditimbulkan oleh kritik dapat menurunkan semangat kerja pegawai, anggota keluarga, dan kawan-kawan, dan tetap tidak dapat memperbaiki situasi terhadap apa yang sudah dikritik.

Dalam hal ini, Hans Selye, seorang psikolog besar  pernah berkata "Kehausan kita akan persetujuan, sama besarnya dengan ketakutan kita kepada kritik." Dari pandangan Hans Selye sesungguhnya menyampaikan kepada kita, tidak peduli apakah kita sendiri dan siapapun tidak bahagia jika dikritik. Sebab itu kritik menjadi sesuatu yang menakutkan bagi siapa saja.

Dalam konteks ini yang perlu kita lakukan adalah bagaimana kita dapat menggunakan suatu pendekatan yang lain untuk meningkatkan kesadaran seseorang dengan tanpa rasa kesal dan benci.

Sikap mengkritik adalah bentuk lain dari menunjukkan kesalahan seseorang. Melalui cara yang tidak etis tersebut, pengkritik hanya mengharapkan dari seseorang yang lain sebuah persetujuan terhadap cara mereka. Namun apakah seseorang suka jika disalahkan. Saya pikir hampir setiap kita selalu menganggap diri kita benar.

Anda dapat mengatakan kepada orang lain bahwa mereka salah dengan pandangan atau intonasi atau gerak isyarat semahir Anda mampu ungkapkan dala kata-kata. Dan bila Anda sampaikan pada mereka bahwa mereka salah, apakah Anda bisa membuat mereka setuju dengan Anda? Tidak pernah! Karena Anda sudah menghantam langsung kecerdasan, penilaian, kebanggaan dan respek diri mereka. Hal itu malah akan membuat mereka ingin memukul balik.

Dari sebagian kecil konsep ini dapat menjelaskan fenomena kompleks yang sedang terjadi di negeri nan indah ini sejak beberapa tahun belakangan. Beberapa kelompok pendukung terjebak pada siasat kebrutalan mengkritik. 

Maka apa yang kita peroleh? Halaman rumah kita, hingga ruang tamu dipenuhi dengan nada sinisme dan satire hingga sarkasme yang membuat negara besar ini menjadi kelihatan seperti sebutir debu.

Mungkin hipotesis saya salah, dan pastinya saya sering salah. Namun tidakkah kita mencoba dengan cara yang sangat diplomatis dan sedikit bijaksana untuk melewati proses ini dengan tidak menghancurkan indahnya taman bunga yang telah dengan susah payah kita bangun?

Begitulah sifat manusia, mereka yang bersalah menyalahkan orang lain selain diri mereka sendiri. Bahkan termasuk saya sendiri. Mungkin kita semua juga seperti itu.

Maka ketika kita tergoda untuk mengkritik seseorang untuk masa yang akan datang. Lalu ingatlah pesan Dale Carnegie, "bahwa kritik itu seperti merpati pos, mereka selalu kembali pulang". Marilah kita sadari bahwa orang yang akan kita koreksi dan caci maki akan mempertahankan dirinya, dan membalas mencaci kita.

Jika pun kita tidak mampu mengingat pesan Carnegie yang barangkali sedikit panjang, mungkin kalimat Abraham Lincoln bisa menjadi pilihan sebagai sebuah kutipan "Jangan menghakimi, maka Anda pun tidak dihakimi." Bagi Anda yang cerdas saya sangat yakin bahwa ungkapan kedua orang sederhana diatas dapat dipikirkan dengan baik.

Sebagai ganti dari mencerca orang, marilah kita coba untuk mengerti mereka. Mari kita berusaha mengerti mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Hal ini jauh lebih bermanfaat dan menarik minat daripada kritik, dan melahirkan simpati, toleransi dan kebaikan hati.

Ketika satu hubungan dalam perasaan yang sama telah terbangun. Maka akan muncul kesadaran kita pada derajat kesetaraan. Sikap ini adalah adalah sebagai sebuah cara pandang bahwa manusia diciptakan dengan kelemahan dan kekurangan masing-masing. 

Dan sekiranya Anda orang yang sangat benar dan selalu benar, lalu mengapa Anda masih perlu melihat jarum jam saat Anda terbangun dimalam hari.

Begitulah, tidak ada yang boleh mengatakan dirinya sangat benar, karena apapun itu akan melahirkan sikap menyalahkan orang lain. Jika sudah demikian, kecenderungan perdebatan tidak dapat dihindari. Tapi apakah itu yang kita cari? Bukankah sebetulnya kita menginginkan persetujuan orang lain?

Mulai sekarang saya membayangkan, kita perlu mencoba cara lain yang lebih baik untuk menyampaikan gagasan kita tanpa perlu mengatakan orang lain telah salah, dan pasti salah. Ibarat kata "tidak perlu memadamkan cahaya orang lain untuk membuat Anda bersinar".

Untuk mencapai keinginan tersebut, salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah tentang bagaimana hebatnya komunikasi persuasif. Model komunikasi yang mengajak, bukan menginjak. Mungkin itulah satu pilihan yang saat ini ada didepan mata kita. Rasanya sangat berharga sekali untuk dibuang. Dengan cara itulah apa yang kita ingin dapatkan dari orang lain akan terwujud.

Salam***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun