Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengembangkan Industri Pariwisata, Ciptakan Devisa dan Stabilisasi Rupiah

18 September 2018   06:54 Diperbarui: 19 September 2018   08:09 2649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika hal ini dapat dilakukan dan berjalan dengan sistematis, maka tidak mustahil jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini akan berdampak positif pula terhadap perekonomian daerah dan nasional. Para pelaku UKM dapat menjual produk-produk mereka kepada para pengunjung.

Efek ganda kemajuan parawisata diyakini akan berpengaruh terhadap banyak sektor yang lain. Industri perhotelan, transportasi, kuliner, semua akan bergerak mengikuti perkembangan industri parawisata. 

Dengan begitu, rakyat bawah dapat merasakan secara langsung dampak positif secara ekonomi, terbuka peluang-peluang kerja baru, dan yang paling penting adalah hadirnya kesejahteraan kepada rakyat karena termanfaatnya potensi alam Indonesia.

Secara makro ekonomi kedatangan turis asing merupakan "berkah" untuk mencetak devisa sebanyak-banyaknya. Kalau melakukan ekspor lalu baru bisa menghasilkan devisa, maka justru 'mengimpor' wisatawan asing tidak akan mengurangi devisa. 

Oleh sebab itu industri parawisata nasional harus menjadi leading bagi pertumbuhan ekonomi dan faktor pendukung untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Namun demikian kedatangan wisman tiap tahunnya belum menunjukkan angka yang fantastis. Hal ini tidak lain karena Indonesia masih belum serius dalam mempromosikan aneka ragam destinasi atau objek-objek wisata yang ada di negeri ini, bahkan even-even internasional yang diikuti oleh Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan negara lainnya.

Sumber: www.dibudpar.acehprov.go.id
Sumber: www.dibudpar.acehprov.go.id
Jika kita boleh katakan, sebenarnya menjual produk wisata justru lebih mudah dan berbiaya murah secara ekonomi. Keindahan alam yang sudah dianugerahkan oleh Tuhan ini hanya tinggal diperkenalkan saja kepada asing. 

Hanya sesederhana itu, memang untuk menghadapi persaingan dengan negara-negara lain, tentu Indonesia harus berbenah diri. Membangun berbagai sarana dan prasarana fisik untuk memberikan kenyamanan bagi para turis. Lihatlah bagaimana Malaysia, Thailand, Philipina, bahkan negara kecil Singapura sekalipun mampu menciptakan destinasi wisata kelas dunia. Padahal negera tersebut tidak seindah Indonesia.

Rendahnya kedatangan wisman di berbagai objek wisata di tanah air dapat dilihat pada traffic jumlah pengunjung. Candi Borobudur misalnya, pengunjung yang datang ke objek wisata ini hanya 250 ribu orang saja tiap tahunnya, jika dibandingkan dengan Angkor Wat di Kamboja yang dinilai lebih indah dari  Candi  Borobudur, mampu menarik wisman tiap tahunnya mencapai 2,5 juta orang.

Hal ini tentu saja bisa menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia terutama Kementerian Parawisata, perlu meningkatkan lagi kegiatan promosi wisata ke negara-negara tujuan. 

Kemenpar harus kreatif merancang berbagai terobosan untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia. Dengan demikian target pemerintah untuk mendatangkan 20 juta wisatawan pada tahun 2019 bisa terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun