Jika hal ini dapat dilakukan dan berjalan dengan sistematis, maka tidak mustahil jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini akan berdampak positif pula terhadap perekonomian daerah dan nasional. Para pelaku UKM dapat menjual produk-produk mereka kepada para pengunjung.
Efek ganda kemajuan parawisata diyakini akan berpengaruh terhadap banyak sektor yang lain. Industri perhotelan, transportasi, kuliner, semua akan bergerak mengikuti perkembangan industri parawisata.Â
Dengan begitu, rakyat bawah dapat merasakan secara langsung dampak positif secara ekonomi, terbuka peluang-peluang kerja baru, dan yang paling penting adalah hadirnya kesejahteraan kepada rakyat karena termanfaatnya potensi alam Indonesia.
Secara makro ekonomi kedatangan turis asing merupakan "berkah" untuk mencetak devisa sebanyak-banyaknya. Kalau melakukan ekspor lalu baru bisa menghasilkan devisa, maka justru 'mengimpor' wisatawan asing tidak akan mengurangi devisa.Â
Oleh sebab itu industri parawisata nasional harus menjadi leading bagi pertumbuhan ekonomi dan faktor pendukung untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Namun demikian kedatangan wisman tiap tahunnya belum menunjukkan angka yang fantastis. Hal ini tidak lain karena Indonesia masih belum serius dalam mempromosikan aneka ragam destinasi atau objek-objek wisata yang ada di negeri ini, bahkan even-even internasional yang diikuti oleh Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan negara lainnya.
Hanya sesederhana itu, memang untuk menghadapi persaingan dengan negara-negara lain, tentu Indonesia harus berbenah diri. Membangun berbagai sarana dan prasarana fisik untuk memberikan kenyamanan bagi para turis. Lihatlah bagaimana Malaysia, Thailand, Philipina, bahkan negara kecil Singapura sekalipun mampu menciptakan destinasi wisata kelas dunia. Padahal negera tersebut tidak seindah Indonesia.
Rendahnya kedatangan wisman di berbagai objek wisata di tanah air dapat dilihat pada traffic jumlah pengunjung. Candi Borobudur misalnya, pengunjung yang datang ke objek wisata ini hanya 250 ribu orang saja tiap tahunnya, jika dibandingkan dengan Angkor Wat di Kamboja yang dinilai lebih indah dari  Candi  Borobudur, mampu menarik wisman tiap tahunnya mencapai 2,5 juta orang.
Hal ini tentu saja bisa menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia terutama Kementerian Parawisata, perlu meningkatkan lagi kegiatan promosi wisata ke negara-negara tujuan.Â
Kemenpar harus kreatif merancang berbagai terobosan untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia. Dengan demikian target pemerintah untuk mendatangkan 20 juta wisatawan pada tahun 2019 bisa terwujud.