Sebagai catatan pengingat, Jokowi memilih Ma'aruf Amin karena ingin menargetkan suara dari NU dan ummat Islam secara umum. Ma'aruf Amin dianggap sebagai "nabi" ummat Islam Indonesia yang apapun dikatakan oleh Ma'aruf Amin ummat islam akan setuju-setuju saja dan ikut, apalagi waktu itu Ma'aruf Amin menjabat sebagai Rais Am NU dan Ketua MUI.Â
Tapi apakah benar ummat Islam akan menerima begitu saja "sabda" Ma'aruf Amin? Jokowi memang cerdik dalam menimbang selera politik. Meskipun keputusan menjadikan Ma'aruf Amin sebagai cawapres menjadi kejutan politik, sebagaimana kejutan juga yang dibuat oleh Prabowo dengan menggandeng Sandiaga Uno bukan UAS.
Tampaknya adu strategi pemenangan antar kedua kubu akan terus berlangsung. Jika diilustrasikan seperti petandingan sepak bola, maka strategi Jokowi menunjuk Erick Thohir memiliki indikasi target bahwa ingin mencuri poin di kandang lawan. Apa maksudnya?
Sederhananya adalah pertama; Jokowi ingin memecah konsentrasi Sandiaga Uno dalam memainkan isu pemilih millennial. Untuk itu Sandiaga kemudian diadu dengan Erick Thohir yang head to head sangat sepadan. Apalagi diketahui bahwa mereka sudah bersahabat sejak lama. Sangat kebetulan ini seperti kita mengadu domba dua sahabat baik yang sebelumnya mereka selalu bersama dalam suka dan duka.Â
Strategi ini bagaikan memberi racun kepada musuh namun melalui tangan sahabatnya. Jadi kita akan mengambil keuntungan besar tanpa perlu tangan kita kotor. Apakah dalam politik dibolehkan? Jawabannya sah-sah saja. Beretikakah politik semacam itu? Jawabanya ada di kalian masing-masing.
Kedua; Jokowi ingin memecah konsolidasi suara calon pemilih millennial yang sedang dibangun oleh Sandiaga Uno. Memang tidak dapat dipungkiri kalau nama Sandiaga Uno memiliki tempat tersendiri dihati para anak muda Indonesia.
Bahkan sebelum dirinya terjun ke dunia politik dan sukses menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno sudah sering memberikan kuliah umum dan menghadiri seminar-seminar di kampus-kampus. Sehingga nama Sandiaga Uno sudah sangat dikenal oleh para mahasiswa dan anak muda.Â
Apalagi Sandiaga Uno sering dicontohkan sebagai anak muda yang sukses berwirausaha bagi anak-anak muda Indonesia. Artinya memang dia sudah dekat dengan generasi millennial. Belum lagi gaya hidupnya yang sangat dikagumi oleh generasi yang aktif menerapkan pola hidup sehat, berolah raga, dan berprestasi.
Nah, tentu saja hal itu merupakan ancaman bagi kubu Jokowi-Ma'ruf Amin dalam mempertahankan suara pemilih millennial yang sudah mereka miliki, misalnya dari para ahoker, partai PSI, dll. Maka di sinilah Jokowi memainkan seorang Erick Thohir untuk merebut suara calon pemilih millennial dari kubu Sandiaga.
Dengan begitu, Jokowi dan kubunya dapat menggerus suara dari kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan masuk menjadi pemilih dirinya. Mungkinkah? Selalu ada kemungkinan.
Salam.[]