Sehingga untuk mengimbangi Sandiaga Uno yang terlihat gesit, muda, energik, dan smart. Lalu Jokowi pun menjatuhkan pilihannya pada Erick Thohir yang sekaligus sahabat Sandiaga Uno yang juga muda, sukses, pengusaha, dan lulusan luar negeri.
Kriteria itu dipertimbangkan untuk mengimbangi Sandiaga Uno dan juga untuk kepentingan menyasar pemilih muda, pemula atau dikenal dengan pemilih millennial. Selain itu karena Jokowi juga memiliki target untuk dapat terpilih lagi sebagai Presiden RI periode 2019-2024.
Kecerdikan Jokowi dalam konteks tersebut patut mendapatkan jempol. Jokowi sangat paham kalau cawapresnya (Ma'aruf Amin) tidak seusia Sandiaga Uno. Dari sisi millennials Jokowi-Ma'ruf Amin tentu tidak masuk kriteria.Â
Petahana menyadari kelemahan ini. Nah untuk menutupi "lobang" kelemahan itulah Erick Thohir diharapkan bisa menambalnya dengan berbagai tips dan trik marketing ala pebisnis kreatif yang ia miliki.Â
Maka logika Jokowi dengan mengatakan bahwa Ketua TKN tidak harus berlatar belakang politik sangat masuk akal, karena yang diharapkan dari Erick Thohir adalah menyulap pasangan petahana menjadi lebih keren di mata para anak muda sebagaimana kerennya film action Jokowi dan letusan kembang api saat pembukaan Asian Games yang lalu, bukan cara berpolitik praktis.
Jadi salah besar jika publik mengira bahwa Erick Thohir sebagai Ketua TKN akan diminta untuk menyusun strategi politik agar mampu mengungguli strategi politik Prabowo-Sandi. Yang benar adalah strategi politik itu kuncinya ada pada partai koalisi pengusung terutama PDIP. Sedangkan Erick Thohir mengemas jualan politik koalisi sesuai dengan kebutuhan pasar.
Dengan memilih Erick Thohir, publik Indonesia terutama yang kemarin aktif mengikuti perhelatan Asian Games pasti sangat terkesan dengan cara kerjanya sebagai Ketua INASGOC.Â
Ia dipuji oleh media karena dianggap sukses meng-organize even akbar tersebut. Meskipun keberhasilan tersebut merupakan kerja tim, peran multistakeholder, TNI, Polri, Gubernur, Volunteer, masyarakat, pemerintah daerah, dan elemen lainya.
Artinya bukan hanya hasil kerja seorang Erick Thohir semata. Namun apa boleh dikata, media terlanjur tidak berimbang dalam memberitakan.
Dari nama besar Erick Thohir dan sukses besar pada Asian Games itulah Jokowi ingin mengambil keuntungan untuk biaya politiknya. Di sini terkesan bahwa Erick Thohir dimanfaatkan untuk kepentingan petahana dan koalisi pendukung.Â
Sadar atau tidak, sebenarnya Erick Thohir sudah terperangkap dalam permainan cerdik politik Jokowi. Namun jika ini yang diharapkan oleh Erick Thohir sendiri, maka dia berhasil memperolehnya.