Begitulah makna sepak bola piala dunia yang kemarin sama-sama berlangsung dengan pilkada, ada yang menang dan ada pula yang kalah, itu adalah hal yang biasa. Tugas mereka sebagai orang dewasa tentu saja bagaimana merima segalanya secara sportif dan bijaksana apapun hasil yang diterima.Â
Apalagi dalam beberapa hari ini, para kontestan yang secara quick count dinyatakan sebagai peraih suara terbanyak dan karenanya diprediksi memenangkan pilkada, tentu bersama pendukungnya menyambut gembira hasil perhitungan suara, penuh suka ria. Nah lalu bagaimana dengan mereka yang kalah?Â
Jerman tidak murka karena Korea berpesta didepan mata mereka, begitu juga Korea memahami suasana hati lawan tandingnya. Lalu hasilnya kita lihat, kalah dan menang, kedua tim masih sama-sama menjaga tali rasa. Begitulah mental bijak sang para jawara.Â
Hendaknya seperti itu pula yang dipertontonkan para kontestan peserta pilkada, ulurkan tangan, raih dengan lembut tangan mereka yang kalah dalam pertarungan pilkada, rangkullah mereka sambil menyambung tali rasa dan memahami rasa kecewa yang ada.Â
Dengan cara demikianlah Indonesia ini bisa berjaya. Bahkan bukan tidak mungkin sepuluh atau dua belas tahun mendatang kita dapat meramaikan pesta sepak bola piala dunia. Timnas Garuda akan merumput bersama tim-tim Eropa, Amerika, Afrika, Asia, Australia, Parsia dan Saudi Arabia. Itulah pelajaran berharga dari sepak bola dan pilkada.Â
Salam.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H