Adalah Desa Agusen Kacamatan Blang Kejeren, Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Desa ini terletak di kaki Gunung Leuser Aceh Tenggara.Â
Menurut Kepala Kampung, desa ini dihuni oleh 205 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 746 jiwa.Â
Mata pencaharian penduduk pada umumnya sebagai petani. Bahkan desa ini dikenal sebagai lumbung ganja, tanaman yang dilarang keras oleh pemerintah Indonesia.
Bercocok tanam pohon ganja sudah menjadi komoditas turun temurun yang dilakukan oleh seluruh warga desa Agusen. Sehingga julukan desa ini adalah desa ganja.Â
Mengkonsumsi daun ganja bagi warga desa Agusen sudah lumrah dan biasa saja, sejak dipanen lalu di bawa pulang untuk dijemur lalu disimpan ditempat yang telah dibuat khusus, itu adalah hal yang lumrah dilakukan oleh mereka.Â
Setiap pendatang yang berkunjung ke desa ini baik tamu luar kota maupun bukan urusannya tentu soal ganja. Banyak penampung ganja datang ke desa Agusen untuk membeli barang tersebut dari petani.Â
Menurut para cukong, kualitas ganja Agusen sangat bagus kualitasnya bahkan termasuk yang terbaik di dunia. Tak heran jika distributor ganja sangat berminat dengan ganja asal desa tersebut.Â
Kesuburan tanah gayo lues secara umum dan khususnya Desa Agusen, secara ilmiah sangat masuk akal jika ganja yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang sangat baik.Â
Meskipun berkualitas tinggi, konon harga jual ganja yang ditawar pun tidak terlalu tinggi sehingga masih sangat kompetitif jika dijual secara eceran (ritel). Dengan modal murah namun mendapatkan keuntungan berlipat. Begitu kata para agen ganja.Â
Untuk mencapai Desa Agusen membutuhkan waktu sekitar 10 jam dari Banda Aceh. Dengan menempuh kenderaan darat (mobil), dan jalan berliku Anda bisa sampai ke lokasi tersebut.Â
Namun itu dulu, sekarang Desa Agusen telah berubah signifikan. Dari julukan desa ganja telah berubah menjadi desa wisata. Ya, wisata alami.Â
Desa yang dibelah oleh sungai Agusen ini ternyata memiliki panorama alam yang sangat indah. Dengan cuaca alamnya yang masih sejuk membuat para wisatawan betah berlama-lama di kawasan ini.Â
Bermain arung jeram adalah salah satu potensi wisata gunung yang ditawarkan oleh Desa Agusen. Dengan air yang dingin dan bersih mencerminkan bahwa alam pegunungannya masih perawan.Â
Petani yang dulu jadi penanam ganja, kini mulai menjadi petani kemiri, kakao, durian dan berbagai jenis palawija lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi.Â
Bercocok tanam pohon cabai merah, serai wangi, nilam, tembakau dan jagung adalah jenis palawija yang sangat digandrungi masyarakat Agusen.Â
Para wisatawan pun kini mulai menikmati wisata kebun kopi, jenis kopi arabika Gayo lues sudah diakui sebagai kopi terbaik ketiga di dunia setelah kopi Ethiopia di Afrika dan Brazil. Maka wajar jika Starbuck yang menguasai hampir sebagian besar pasar kopi dunia, kini mengincar kopi Gayo dari Aceh.Â
Kini budaya taman ganja mulai benar-benar ditinggalkan oleh Desa Agusen dan Gayo pada umumnya, berganti dengan menanam kopi dan desa wisata sebagai mata pencaharian utama mereka.Â
Menurut Bupati Gayo Lues suksesnya mengalihkan kebiasaan buruk warganya tersebut tidak terlepas karena jasa Pak Budi Waweso yang kala itu memimpin Badan Narkotika Nasional (BNN) yang kini menjadi Kepala Bulog.Â
Bahkan untuk mengingat jasa beliau, Bupati Gayo Lues H. Muhammad Amru menabalkan nama Budi Waseso sebagai salah satu nama jalan di desa tersebut.
Kedepan Pemkab Gayo Lues bekerja keras untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung Desa Agusen menjadi desa wisata yang menjadi model pengembangan desa potensial sebagaimana harapan Gubernur Aceh Bapak Irwandi Yusuf.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H