Mohon tunggu...
Canggi Makmur
Canggi Makmur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pelajar

Artikel sederhana dan simple

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesibukan Saat Natal

18 Maret 2017   16:56 Diperbarui: 19 Maret 2017   02:00 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat menjelang Natal, sebagai umat kristiani saya merasa tidak banyak yang dipersiapkan umat Kristiani di Indonesia.

Mendekor Gereja mungkin hanya dilakukan segelintir aktivis-aktivis gereja yang orangnya hanya itu-itu saja. 

Para panitia Natal Sibuk mempersiapkan gereja supaya saat umat makin membludak di Malam Natal, umat tetap bisa mengikuti misa/ kebaktian dengan suasana khusyuk ( semoga benar pengucapan khusyuk saya :D ). Sepengetahuan saya, saya tidak punya teman yang memasang pohon natal di rumahnya. 

Teman-teman saya di Luar Negeri pun tidak mengidentikan kekristenan dengan pohon Natal. Itu hanya tradisi perayaan natal yg tetap dipertahankan hingga sekarang. Dan itu memang tidak ada hubungannya dengan agama. Mungkin ini seperti tradisi makan ketupat saat lebaran ( maaf bila saya salah ).

Sebagai umat Katolik selain saya memaknai Natal secara Rohani saya memaknai Natal sebagai hari libur keluarga, saat saya bisa santai dan berkumpul bersama keluarga. Mungkin juga teman-teman. ( Natal adalah hari santai )

Namun ternyata hari raya umat Kristiani justru terasa lebih menyibukan bagi sebagian ormas islam yg sibuk melakukan razia Natal.  WOWW..

Mereka menganggap orang yang memakai atribut Natal yang bagi kami tidak memiliki arti apa-apa sebagai bentuk mencampur"kan agama.

Sebenarnya saya menulis ini bukan untuk mencela pemikiran orang-orang itu, hanya saja saya tidak suka karena razia dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang dengan aksi yang sangat mengganggu dan menakutkan.

Dan seperti biasa polisi tidak dapat bertindak tegas, namun mereka mungkin tidak berani tegas karena takut dianggap menghalangi para pembela agama / atau mereka takut dianggap tidak pro dengan fatwa MUI.

Padahal saya kenal banyak teman muslim yang dengan sukarela memakai topi santa dan bando rusa tanpa paksaan dari bos.

Dan setelah kasus ini jadi pemberitaan media, MUI segera memberikan statement kalau ormas-ormas itu janganlah mengatas namakan fatwa MUI. 

MUI hanya memberikan Fatwa yang pelaksanaannya tergantung tiap muslim mau mengikutinya atau tidak.

Dalam hal fatwa saya tidak mau berkomentar benar atau salah nanti saya bisa-bisa dicoment AA Gym Jangan melampaui batas. ( Iya AA saya tidak mau melampaui batas )

Saya hanya merasa kalau MUI terlalu naif dalam memberikan fatwa. Naif ?? Karena sebagai Bapaknya Umat Islam di Indonesia,  mestinya mereka bisa memprediksi tentang razia natal yang dilakukan Ormas ( FPI dan GNPF ) apalagi saat" politiik memanas seperti ini.

Wong saya saja sudah mengira masa situ enggak.

Mestinya saat memberikan fatwa sebagai ( orang tua ) MUI bisa mengedukasi masyarakat untuk tidak menghakimi umat islam yang lain. Soalnya bila ada salah paham saya rasa MUI sedikit banyak juga salah dong, wong salah anak, bapak sedikit banyaknya juga ikut menanggung.

Dan apabila memang terjadi pemaksaan mestinya pelanggaran itu dilaporkan kepada pihak yang berwenang.

Sebagai umat kristiani bila saya boleh jujur saya tidak masalah bila saat Natal saya tidak mendapat selamat Natal dari teman-teman muslim, saya juga tidak masalah bila mereka menganggap memakai topi santa adalah dilarang dalam Islam. 

Saya hanya tidak suka bila ada segerombolan orang yang pake baju koko ( baju Cina ) tiba-tiba datang ke Mall melarang orang pake topi santa dan bando rusa. Jujur saya takut dan kaget karena akhirnya itu terjadi di Surabaya yang identik dengan NU. ( hidup NU ).

Akhir kata Selamat Natal 2017 nanti buat teman" yang merayakan nndan buat yang masih semangat razia, selamat sibuk saja. :D 

sekian dulu tulisan saya, semoga bisa ditanggapi dengan bijak dan tanpa mencaci. bila ada yang salah mohon maaf. kritik dan saran monggooo. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun