Mohon tunggu...
Setyo Yavadvipa
Setyo Yavadvipa Mohon Tunggu... lainnya -

Kuli Bangunan\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Balada Gareng dan Petruk

15 April 2011   13:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:46 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terik matahari siang itu sangat menyengat. Debu debu berterbangan tanpa arah diterpa hembusan angin. Daun mengering berjatuhan berserakan ke segala arah. Hutan tak tampak hijau lagi. Sungai pun mengering tak mengalir,kegersangan tanah meretak tak karuan. Bumi terasa panas seakan membakar apa pun yang ada di atas nya.

Di dalam gubuk di atas gunung terdengar dialog menarik antara Gareng dengan adik nya Petruk.

Dengan suara parau dan terisak menangis Petruk berkata " Kang,aku menderita,aku tersiksa dengan keadaan ku dan keadaan negri ini kang. Tidak kuat lagi rasa nya aku bertahan Kakang ". Dia berkata sambil menunduk mengusap air mata nya.

Gareng pun bertanya " Apa sebenar nya yang membuat mu menderita dan apa sebenar nya yang membuat mu menangis wahai adik ku?". Gareng orang nya bijaksana berkata dengan lemah lembut pada adik nya. Petruk pun menjawab " Kakang,aku menderita bukan karena sebab ".

Lirih Petruk menjawab."Jiwa ku hampa Kakang,aku merasa tidak sanggup lagi menjalani kehidupan ini kakang. Aku sengsara,segala yang ku ingin kan enggan menghampiri ku,segala yang kuangan kan tidak pernah tercapai kakang ". Petruk kembali terisak,sementara Gareng tetap menatap nya dengan tenang,dengan tatapan penuh kasih sayang.

"Aku ingin mati kakang,aku ingin kembali ke Nirwana".

"Kau bicara apa adik ku?'. Gareng bertanya dengan tegas.

"Sungguh aku tidak sanggup lagi kakang". Semakin keras suara tangis Petruk. " Segala macam penderitaan ku alami saat ini kakang. Kemarin aku menolong orang tapi nyata nya aku malah di tipu kakang,aku kecewa ". Kembali Petruk terisak. "Seminggu yang lalu hasil panen ku hilang di curi monyet monyet hutan. Dua minggu yang lalu istriku pergi meninggal kan aku. Sebulan yang lalu aku di pecat oleh Pandawa. Tiga bulan yang lalu aku di fitnah merampok di negri sebrang. lima bulan yang lalu........ Enam bulan yang lalu..... Setahun yang lalu...... ". Petruk terisak isak menceritakan kejadiaan kejadiaan yang telah dia alami hingga membuat nya merasa menderita. Dia menangis keras,sementara di hadapan nya Gareng mendengar dan menatap wajah nya dengan tatapan lembut penuh kebijaksanaan. Isak tangis adik nya menggetar kan hati nya.

Di sela sela isak tangis nya kembali Petruk berbicara tersengal sengal " Jiwaku hancur kakang,kacau sekacau negri ini kakang". Semakin deras air mata Petruk bercucuran.

" Aku ingin menegak kan kebenaran tapi malah kebenaran itu di bolak balik kakang,aku juga ingin menegak kan keadilan kakang tapi yang tumbuh subur malah ketidak adilan,kemunafikan,kesewenang wenangan kakang. yang benar malah di salah kan yang salah malah merajalela. Mereka yang mengerti hukum malah melanggar hukum. Mereka yang mengerti aturan malah berbuat tanpa aturan. Mereka yang berkuasa malah menginjak nginjak. Mereka yang mengaggap diri nya suci malah tidak menghargai arti kesucian itu. Kacau kakang,kacau ". Petruk meraung raung menangis keras.

Demikian lah seterus nya Petruk berbicara pada kakang nya,tentang kehancuran nya. Tampak jelas keputus asaan Petruk,kekecewaan nya pun semakin terlihat jelas.

Gareng yang sedari tadi menjadi pendengar bagi nya,menarik nafas panjang. Raut muka nya tampak tenang menandakan tipikal bijaksana. Sedikit sedikit mata nya terpejam sebentar mendengar adik nya berkeluh kesah. Sembari menatap wajah adik nya yang duduk bersimpuh berlinang air mata di hadapan nya. Petruk yang ada di hadapan nya sekarang beda dengan Petruk yang dulu,bertahun tahun dulu dia melihat adik nya adalah sosok yang kuat,tangguh,gagah,tegas dalam berbicara tapi sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. Dia melihat Petruk yang sekarang seperti anak kecil yang di tinggal ibu nya.

" Petruk adik ku,sesungguh nya penderitaan yang kau alami adalah berasal dari dalam diri mu sendiri. kehidupan ini damai adi,negri ini makmur. Penderitaan mu sebenar nya adlah karma mu adi. Cobalah kau renung kan perbuatan perbuatan mu di kehidupan yang lalu adi". Gareng berkata dengan tenang sementara Petruk masih terisak.

" kau menolong orang tapi kau malah tertipu,bukankah dulu kau juga pernah menipu?. Istri mu meninggal kan mu,bukan kah dulu kau juga pernah meninggal kan nya?. Hasil panen mu di curi monyet hutan,bukan kah dulu kau juga pernah mencuri harta monyet monyet hutan itu?. Kau di fitnah,bukan kah dulu kau pun juga pernah memfitnah?. Kau di pecat karena kau dulu sewenang wenang dalam menjadi abdi. Ingat lah kehidupan mu dulu adi. Penderitaan ini adalah hasil karma mu adi." Sang adik masih terisak mendengar kakang nya berbicara.

" Lalu kau ingin menegak kan kebenaran di negri ini,bukan kah kehidupan mu sekarang penuh dengan ketidak benaran?. Keadilan yang kau impikan di negri ini sesungguh nya hanyalah mimpi tidur mu saja adi,karena yang sering kau lakukan sekarang jauh dari keadilan,kau sewenang wenang adi,kemunafikan pun masih bersemayam dalam hati mu Di. Negri ini adil adi,negri ini makmur. Ego mu lah yang merasakan ketidak adilan,kesewenang wenangan dan kemunafikan". Gareng tegas berbicara.

" Jika kau ingin menegak kan kebenaran dan keadilan di negri ini,tegak kan lah dulu kebenaran dan keadilan itu dalam diri mu sendiri dulu adi,lalu kau bisa melang kah ke luar". Petruk masih duduk di hadapan nya dengan nafas tersengal sengal sisa sisa tangisan nya. Kata kata dari sang Kakang sangat dalam makna nya lalu dia coba menatap wajah kakang nya.

" Kakang tuntun lah aku kakang".

" Adik ku Petruk cah bagus,rasa kecewa,rasa sakit hati mu adalah berasal dari dalam diri mu sendiri sendiri Adi,itu adalah karena ego mu yang besar. coba lah kau perhatikan ke dalam diri mu,instropeksi diri. Jangan terpengaruh oleh hal hal dari luar diri mu. Ada dunia yang luas dalam diri mu adi. Ada kedamaian yang kau lupakan. Merenung dan terus lah merenung adik ku. Terima lah kenyataan yang ada sebagai wujud tanaman mu yang tumbuh dari kehidupan mu yang lalu adi. Penderitaan mu ini akan segera berakhir adik ku,karena segala macam penderitaan yang ada akan berpotensi menjadi kebahagiaan. Begitu pun juga dengan ketidak adilan yang kau rasakan pada saat nya nanti pun akan berakhir dengan keadilan. Berjalan lah dan mengalir dalam hidup ini bagai air di sungai,semua pasti akan ada akhir nya. Jalani kehidupan mu sekarang dengan sebaik baik nya karena di kehidupan mu yang akan datang akan di tentukan oleh hasil perbuatan perbuatan mu di saat ini. Lepas kan ego mu adi,berhentilah mengeluh. Lihat kah terus ke dalam diri mu adi. Jangan menyalah kan atau memvonis keadaan di luar diri mu,carilah kesalahan yang ada dalam diri mu sendiri adik ku.

Petruk menangis keras meraung raung menjatuhkan tubuh nya ke pelukan Gareng. " kakang jangan berhenti menuntun ku kakang".

Langit tiba tiba gelap,menggelegar terdengar suara petir memekik telinga mereka. Hujan pun turun mengguyur bumi mereka. Memberi kesegaran menghapus kegersangan. Benih benih kesuburan telah turun. Tata tentrem loh jinawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun