Mohon tunggu...
Candra Ningrum
Candra Ningrum Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja

Hai, aku candraningrum dengan nama pena Chaniezs. Aku seorang pekerja yang mempunyai dua orang anak. Hobi ku adalah membaca. Senang berkenalan dengan kalian.

Selanjutnya

Tutup

KKN

Danyang Pleret

30 Juni 2024   08:56 Diperbarui: 30 Juni 2024   16:07 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Gemericik air dari tanggul memecah hening dari air jernih yang mengepung diri. Aku yang enggan membuka mata mulai terbuai dari suara air mengalir mengisi rongga kecil pada gendang telinga. Terlena dalam air tenang yang mulai bergejolak saat gerombolan tangan berbau anyir menarik tubuh ke dasar tanggul tak berujung. 

Oksigen yang mengisi tubuhku terperangkap. Meski terus meronta sekuat tenaga, tangan dari makhluk tak kasat mata itu semakin kuat menarik badan yang mulai lemah. Jerat dari mereka membawaku ke tempat gulita. Hingga akhirnya tubuhku terkulai lemas tak berdaya.

Mati. Inikah rasanya mati? Suhu tubuh yang tadinya hangat mulai terasa dingin. Denyut nadi melemah, rasa takut mulai menyelimuti. Kelopak mata tak lagi terbuka, terlintas sepotong kenangan yang membekas di benakku.

Jika waktu dapat ku putar kembali, aku masih bisa melihat mentari di esok hari.- pikiranku berkecamuk.

Dalam kacau kala itu aku melihat sorot cahaya dari atas yang membuatku terbebas hingga mampu menggapai cahaya terang. Aku mengerjapkan iris netra pinggala untuk mengatur cahaya yang masuk ke kornea. Lamat ku melihat sesosok makhluk tak kasat mata yang berada tepat di depan wajahku. 

Terbaring di atas ranjang tempat tidur dengan makhluk yang berada tepat di atas tubuhku. Rambut acak merambah lantai, matanya merah menyala, dan mulut dengan gigi tajam penuh darah yang terbuka lebar membuatku takut. Beberapa bagian tubuhnya terkelupas bahkan ia memiliki bau seperti bangkai yang membuatku menahan napas. 


Rasa ngeri bercampur dengan marah lantaran sekujur tubuh yang tak mampu bergerak sama sekali membuatku semakin panik. Kata demi kata keluar dari gerakan mulut makhluk itu seakan tersusun rapi menjadi sebuah kalimat pembawa petaka.

Kau akan binasa!

Aku masih menahan napas beberapa saat setelah melihat makhluk yang terus mengulang gerakan mulut seakan mengutukku menghilang. Setelah terbebas, pikiran rasionalku mulai terkendali. Dengan cepat aku menyeruak keluar kamar meski tetap mengedarkan pandangan ke beberapa sudur ruang karena takut jika makhluk itu kembali.

Aku mengingat jelas kejadian teror ini bermula, aku tengah menjalankan kegiatan KKN di suatu desa terpencil. Hal itu terjadi malam setelah diriku memakan sesaji yang disediakan seorang nenek tua untuk penghuni pleret¹ yang kerap dianggap sebagai tempat para lelembut bersemayam. Aku ditugaskan untuk menemani kegiatan pemberian sesaji dalam kegiatan KKN kali ini. Nenek tua itu ialah sesepuh yang dianggap dapat berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata, beliau selalu menyediakan sesembahan kemenyan, dupa, bunga tujuh rupa, dan makanan serta buah pelengkap yang disusun dalam piring gerabah dengan alas daun pisang. Hari ini adalah hari ke 12 aku menemani beliau untuk memberi sesembahan. Biasanya beliau akan membaca mantra unik.

Kaki mong nyai mong seng momong wargo desa, sedulur kang katon lan sedulur kang ora katon, nyuwun pitedah supados warga desa saged dados warga ingkang makmur lan aman saking bebaya.²

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun