Mohon tunggu...
Dwi Candra Loka Saputra
Dwi Candra Loka Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Malang

Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi UM

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Apa Kabar Filsafat Timur?

16 Oktober 2024   21:51 Diperbarui: 16 Oktober 2024   21:57 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar patung Bhikku (Lucas Tan/Pexels.com)

Filsafat Timur

Di sisi dunia yang lain, cara berpikir dan cara pandang terhadap kehidupan ternyata memiliki perbedaan. Wilayah-wilayah yang disebut timur, seperti India, Tiongkok, Jepang, dan Nusantara memiliki corak pemikiran yang lain dari cara pikir barat.

Timur menempatkan kehidupan batiniah, harmoni dengan alam, kebijaksanaan, dan hubungan manusia dengan semesta sebagai sesuatu yang penting dan krusial. Aspek batin dan hubungan dengan Tuhan adalah sesuatu yang secara praktis dapat menciptakan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup. Konsep-konsep yang dihadirkan, tetap menyentuh aspek empirik dan logis, meskipun dengan pendekatan yang berbeda.

Hinduisme: konsep-konsep akan karma (hasil perbuatan), dharma (kebaikan), reinkarnasi (lahir kembali), dan moksha (pembebasan sejati) memberikan pemahaman terhadap realitas tertinggi, Brahman (Tuhan). Dalam perspektif Hindu, kebenaran dapat diperoleh dari tiga hal (Tri Pramana) yaitu pratyaksa (pengalaman pribadi, empiris), anumana (pertimbangan yang logis, logika), dan agamaha (kata-kata orang yang tercerahkan, korespondensi).

Budhisme: Buddha menekankan pentingnya menguji sendiri suatu ilmu melalui meditasi dan refleksi batin. Pencapaian spiritual tidak dapat diwakilkan, melainkan harus dialami sendiri.

Taosime: Intuisi terhadap alam semesta dianggap dapat menjelaskan sesuatu yang tak terjelaskan bila dijelaskan dalam kerangka logika formal yang statis, sedangkan intuisi memiliki spektrum yang luas.

Nusantara: menenankan aspek hubungan sosial yang terwujud dalam norma dan etika sosial. Etika tersebut bersumber dari pembelajaran reflektif terhadap alam.

Lalu?

 Adalah hal yang cukup penting untuk tidak terkurung dalam kerangka berpikir barat. Pada aspek-aspek tertentu filsafat timur dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap realitas dengan lebih majemuk dan beragam. Terlalu ilmiah akan mengurangi aspek ruh, perasaan, dan kedalaman makna, sebaliknya terlalu batiniah dapat membawa kita pada keterlelapan kedamaian palsu. Sehingga dua metode berpikir ini harus digunakan secara seimbang, tergantung pada konteks yang dihadapi. Dalam konteks Nusantara, memberi perhatian pada pemikiran-pemikiran lokal akan sangat membantu dalam memahami manusia Indonesia sendiri, kepribadian luhur, dan hubungannya dengan alam sekitar. Pemahaman terhadap negara sendiri seperti ini dapat membantu dalam pengembangan setiap aspek kehidupan secara praktis pada berbagai sektor seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, riset, dan pendidikkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun