Factory, Dealer dan Customer
Karena sumber contaminant dapat berasal dari factory, dealer dan customer, maka semua pihak harus bertanggung jawab dalam menciptakan kondisi yang bersih untuk mengurangi contaminant. Penjelasan berikut ini merupakan aturan dan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh masing-masing pihak untuk menjamin kondisi alat dapat beroperasi sebagaimana mestinya.
Tanggung jawab dari masing-masing pihak adalah :
1. Factory
Aturan dan tanggung jawab yang harus dilakukan adalah:
a. Mendesain alat yang dapat terhindar dari masuknya contaminant kedalam sistem serta mudah bagi dealer maupun customer untuk menjaga kebersihannya seperti:
-Valve SOS sampel pada tempat yang mudah dijangkau dengan aliran oli yang baik.
-Tersedianya Valve pembuangan fluida seperti oli dan air .
b. Membuat dan mengirim alat yang terjamin kebersihannya yang dilakukan dengan membentuk standar dan team contamination control .
c. Membuat tool yang dibutuhkan untuk menjaga dan memonitor kebersihan sistem seperti Kidney loops, Hose Plug beserta petunjuk penggunaannya.
d. Menerbitkan dan mempebaharui petunjuk pengaturan fasilitas kerja (Facility Layout Guide).
e. Menyediakan panduan tentang penyebab, akibat dan solusi dari contamination control bagi pabrik pembuat, supplier, dealer dan costumer.
f. Menyediakan target tingkat kebersihan bagi dealer dan customer.
2. Dealer
Dealer bertanggung jawab mengimplentasikan proses contamination control dengan cara:
a. Menciptakan budaya kebersihan melalui pendidikan tentang penyebab, akibat dan solusi dari contamination control kepada karyawan (part, service dan sales) dan customer.
b. Membangun rencana kerja dan prosedur untuk mengimplementasikan  contamination control.
c. Menjadikan teknologi particle counter sebagai bagian dari program analisa fuel, oli dan coolant.
d. Menyediakan peralatan dan fasilitas contamination control.
e. Meningkatkan fasilitas kerja dengan mengutamakan aspek contamination control yang dapat dicontoh oleh customer.
3. Customer
Tanggung jawab customer dalam hal contamination control adalah:
a. Menciptakan budaya kebersihan melalui pendidikan tentang penyebab, akibat dan solusi dari  contamination control kepada karyawan (part, service dan operator).
b. Menciptakan suatu standar contamination control pada proses operasional seperti:
- Penyimpanan fluida seperti oli dan fuel
- Penyimpanan hose dan spare part lainnya
- Pengambilan sampel oli dan mengikuti program  SOS secara berkala.
- Pekerjaan perawatan dan perbaikan.
c. Pengoperasian alat
Pengoperasian alat seharusnya diperhatikan sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek-aspek berikut ini :
- Mengikuti rekomendasi Factory maupun dealer tentang interval penggantian oli dan menyesuaikan jadwal penggantian oli dengan kondisi operasi alat dan hasil analisa sampel oli.
- Mengoperasikan alat sesuai petunjuk yang dikeluarkan pabrik.
- Melakukan pemeriksaan tingkat kebersihan fluida seperti oli, setelah melakukan perbaikan dan perawatan mesin yang mengacu kepada standar pabrik dan dealer.
Pengukuran Contaminant
Standar Factory (Caterpillar) dalam pengukuran tingkat contaminant pada suatu sistem dilakukan dengan dua metode yaitu :
1. Spectrographic analisis
Proses ini adalah proses pengukuran jumlah partikel pada sampel oli menggunakan peralatan pada lab SOS yang dapat mengukur partikel minimal sebesar 10-15 micron. Alat ini mengidentifikasi jenis-jenis partikel yang terkandung dalam fluida seperti metal atau logam campuran.
2. Partikel counter
Metode ini adalah pengukuran partikel dengan menggunakan Pamas S2 Particle Analyzer (gambar 14) Â sebesar 1-200 micron
Bagaimana cara penggunaan alat ini, dapat dibaca pada Tool Operating Manual Using Particle Analyzer?????
Pengukuran tingkat contaminant yang dilakukan mengacu pada standar internasional ISO 4406 Â dengan 28 tingkat pengkodean.
Standar kode ISO yang dipakai berupa nilai tertentu seperti 17/13, 16/13 dan lain sebagainya. Maksud dari pengkodean ini dijabarkan dengan mengasumsikan nilai pertama pada kode dengan huruf X dan nulai kedua dengan huruf Y sehingga nilai baku pengkodean ini adalah X/Y dimana:
X adalah jumlah partikel yang lebih besar dari 6 micron.
Y adalah jumlah partikel yang lebih besar dari 14 micron.
Dari tabel diatas terlihat bahwa jika standar ISO code adalah 16/13 maka  jumlah partikel yang lebih besar dari 6 micron berjumlah 320-640 partikel/mL dan jumlah partikel yang lebih besar dari 14 mikron adalah 40-80 partikel/ml.
Standar minimal jumlah partikel pada sistem yang diperbolehkan Factory (Caterpillar) adalah:
Hydraulic System (Implement & Steering) ........................................ ISO 18/15
Vehicles With Electronic Transmission.............................................. ISO 18/15
Vehicles With Mechanical Transmission ........................................... ISO 21/17
Oli yang akan diisikan ke sistem....................................................... ISO 16/13
Â
Setengah sendok teh debu yang mencemari 55 gallon oli sudah mencapai batas maksimal contaminant yang diperbolehkan untuk alat-alat berat Caterpillar. Dari ilustrasi diatas terlihat jelas betapa pentingnya kesadaran kita untuk menjaga supaya contaminant jangan sampai mencemari sistem.
Pemeriksaan kebersihan oli ini dilakukan dalam beberapa kondisi yaitu:
a. Memeriksa kebersihan sistem setelah melakukan perbaikan dilapangan atau setelah melakukan penambahan perlengkapan.
b. Memeriksa kebersihan sistem sebelum serta setelah perawatan atau perbaikan.
c. Memeriksa kebersihan sistem pada unit sebelum dan setelah digunakan
Demikianlah implementasi yang setidaknya perlu dilakukan oleh 3 pelaku utama di dalam industri alat berat
Semoga bermanfaat
Sumber:
https://id.scribd.com/document/574546952/CCM011-SGD-Contamination-Control
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H