Mohon tunggu...
Candra D Adam
Candra D Adam Mohon Tunggu... Lainnya - The Man From Nowhere

Pecinta Sepak Bola - Penulis (ke)Lepas(an)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

PSSI: Antara Kebijakan Pragmatis dan Regenerasi di Timnas

26 Januari 2022   05:50 Diperbarui: 28 Januari 2022   03:29 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo PSSI. (Dok. Bola.com/Dody Iryawan)

Sudah barang tentu, komentar dari Ketua Umum PSSI tadi, memantik banyak respon dari para netizen cum pecinta sepak bola Indonesia. Tak sedikit dari respon tersebut yang bernada sumbang dan sekaligus sebagai kritikan, baik untuk Ketua Umum PSSI sendiri maupun PSSI sebagai Federasi.

Respon yang bernada sumbang dan kritis ini diantaranya mempertanyakan kembali kebijakan-kebijakan dari PSSI sebagai induk sepak bola Indonesia. Dalam hal ini, banyak dari respon tersebut menilai bahwa PSSI terlalu pragmatis dalam mengambil kebijakan, khususnya untuk pembinaan dan pengembangan pemain muda.

Selain Pragmatis, banyak pula yang melontarkan kritikan terhadap cara pandang Ketua Umum PSSI yang dinilai terlalu konservatif dalam pengelolaan sepak bola Indonesia. Banyak yang menilai bahwa PSSI terlalu “Haus Gelar”, karena kompetisi yang sedianya ditujukan untuk pembinaan dan pengembangan pemain muda, justru malah dijadikan kesempatan untuk “mengumpulkan” Trofi, seperti pada Gelaran AFF Cup U-22.

Baca Juga: Sikap "Kontra-revolusioner" Haruna Soemitro, hingga Saran Franz Beckenbauer untuk PSSI

Padahal, seperti yang sudah saya sebut di awal, bahwa banyak negara yang menjadi peserta turnamen ini, mengirim tim mudanya bukan dengan misi untuk meraih Trofi Juara. Turnamen ini justru ditujukan sebagai ajang untuk “mengasah” pembinaan dan pengembangan pemain muda.

Kita bisa melihat bagaimana Prancis, sebagai “pemilik” kompetisi Toulon Turnament, menjadikan Turnamen ini sebagai “Laboratorium” untuk meguji para pemain muda mereka. Sehingga kedepannya, para pemain muda ini terasah secara Taktik, Teknik, Mental, Fisik serta Filosofi dalam perkembangan karirnya di lapangan hijau.

Dalam penglihatan saya, kebijakan-kebijakan pragmatis dalam PSSI memang acap kali nampak dari komentar dan sikap para Stake Holder di PSSI sendiri. Padahal menurut saya, yang diperlukan oleh sepak bola Indonesia sekarang adalah kebijakan-kebijakan yang bersifat sistematis dan revolusioner.

Bukankah kita sudah bosan membahas dan mendengar bahwa bagaimana kualitas Kompetisi Sepak bola kita? yang saat ini saja masih ada di urutan 25 dalam update terakhir AFC Club Competitions Ranking 2022. Indonesia masih ada di bawah Thailand (13), Malaysia (20), dan Filipina (23), dalam AFF Club Competitions Ranking 2022. Bahkan untuk jatah slot klub yang bermain di Asian Champions League (ACL) saja kita harus melalui babak kualifikasi.

Selain pembangunan Infrastuktur Utama dan Infrastruktur Pendukung, kebijakan yang bersifat sistematis dan revolusioner yang bersifat teknis, juga dibutuhkan agar sepak bola Indonesia berkembang menjadi lebih baik. Kegagalan demi kegagalan yang dilalui Timnas Indonesia di berbagai ajang, tidak direspon dengan perbaikan kompetisi dan pembinaan pemain muda, justru malah direspon dengan kebijakan-kebijakan yang pragmatis oleh PSSI.

Saya sendiri setuju, jika banyak yang menilai bahwa kebijakan-kebijakan Para Stake Holder di PSSI cenderung pragmatis dan konservatif. Fakta Sejarah memang sudah berbicara bahwa Timnas Indonesia minim raihan gelar juara, khusunya dalam kompetisi resmi FIFA dan kompetisi regional Asia Tenggara.

Terakhir kali Timnas Indonesia Senior juara yaitu pada ajang SEA Games 1991 di Manila. Sedangkan untuk Timnas U-22, terakhir kali menjadi juara pada AFF U-22 LG Cup 2019 di Kamboja. Lalu di Timnas U-19, Indonesia terakhir kali juara pada gelaran AFF Cup U-19 2013 di Indonesia. Sedangkan untuk Timnas U-16, Indonesia terakhir kali juara pada kejuaraan AFF Cup U-16 2018 di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun