Selain menahbiskan diri sebagai Kampiun Primeira Divisao 2019, bersama Lalenok, Pria kelahiran Halong 10 Maret 1964 ini, juga berhasil meraih Trofi di Turnamen 12 November Cup 2019, kemudian LFA Super Cup 2019, dan Copa FFTL 2020.
Nama terakhir yang pernah menangani Klub Luar Negeri adalah Muhammad Yusup Prasetiyo. Nama ini mungkin asing di telinga Publik Sepak bola Indonesia. Pria kelahiran Tangerang 21 April 1990 ini, pada 2017, tepatnya di usianya yang baru 26 Tahun, Yusup sudah mengawali karir Kepelatihannya bahkan di salah satu klub Luar Negeri.
Lijiang FC U-16, Tim kelompok usia 16 yang berlaga di China Super League U-16, adalah Tim pertama yang ia latih. Pelatih muda yang sudah mengantongi Lisensi Kepelatihan AFC B ini, juga tidak punya latar belakang sebagai Pesepakbola Profesional.
Awalnya, Yusup ditugaskan oleh Lijiang untuk melatih Tim U-18 Lijiang FC. Namun karena aturan dari Federasi Sepak Bola China (CFA) yang mengharuskan Tim U-18 harus dilatih oleh Pelatih yang minimal punya Lisensi AFC A, pada akhirnya menjadikan Yusup digeser untuk menangani Tim U-16 Lijiang FC. Namun, Karir Yusup di Negeri Tirai Bambu ini harus selesai hanya dalam waktu satu musim, setelah kemudian kembali ke Indonesia dan bergabung dengan PSMS Medan sebagai Asisten Pelatih dari Djadjang Nurdjaman di Tahun 2018.
Dari beberapa Pelatih yang mencoba peruntungannya di Mancanegara tersebut, bisa dilihat bahwa hanya sedikit yang mampu menunjukkan Taji-nya sebagai Juru Taktik di lapangan. Bahkan beberapa diantaranya harus mengakhiri kontrak karena ketidakmampuannya dalam meningkatkan performa Klub yang dilatih. Durasi Kontrak para Pelatih ini dengan Klub Luar yang mereka besut juga bisa dibilang singkat-singkat.
Ada beberapa faktor yang dinilai menjadi hambatan para Pelatih asal Indonesia yang berkarir di Luar Negeri. Selain karena faktor keluarga dan faktor adaptasi terhadap iklim negara setempat, beberapa dari Pelatih ini juga terhalang oleh Lisensi Kepelatihan yang dimiliki. Padahal, setiap Kompetisi di Liga-liga Luar Negeri punya aturan sendiiri-sendiri terkait Lisensi Kepelatihan yang dipersyaratkan dalam menangani sebuah Klub.
Jika kita bicara Kompetisi-kompetisi Level Asia, beberapa Federasi Sepak Bola di Negara-negara Asia mensyaratkan minimal Lisensi AFC Pro yang harus dimiliki oleh Pelatih dalam menangani sebuah Klub di Liga-liga Asia maupun Asian Champions League (ACL). Seperti pada ketentuan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Sepak Bola Asia (AFC), ada empat lisensi kepelatihan yang harus dilalui oleh Pelatih berlisensi AFC Pro, yaitu Grassroots (Lisensi D Nasional), C AFC, B AFC, dan A AFC.
Sama halnya dengan AFC, UEFA sebai induk dari Federasi-federasi Sepak bola Eropa, juga mensyaratkan hal yang sama. Untuk Klub-klub yang bermain di Kompetisi teratas Liga-liga Eropa sekaligus UEFA Champions League (UCL), harus memiliki Pelatih yang berlisensi UEFA Pro. Setidaknya ada 2 Lisensi Kepelatihan yang harus diambil sebelum seorang Pelatih memiliki Lisensi UEFA Pro, yaitu UEFA B Licence dan UEFA A Licence.
Tentunya, bagi para Pelatih asal Indonesia yang ingin melanjutkan dan melebarkan karirnya ke Luar Negeri, minimal harus punya Lisensi AFC Pro jika ingin melatih Klub-klub di Liga Asia, dan harus memiliki Lisensi UEFA Pro jika ingin melatih Klub-klub dari Liga-liga teratas Eropa.
Di Kompetisi Liga 1 Indonesia musim 2021/2022 sendiri, setidaknya hampir semua Pelatih Lokal sudah berlisensi UEFA Pro, diantaranya adalah Aji Santoso (Persebaya Surabaya), Rahmad Darmawan (Barito Putera), Widodo Cahyono Putro (Persita Tangerang), dan Liestiadi (Persikabo 1973). Sedangkan dua pelatih Lokal lainnya, yaitu Jafri Sastra (Persela Lamongan) dan I Putu Gede Dwi Santoso (PSS Sleman), ternyata baru memiliki Lisensi A AFC.
Padahal PSSI sendiri sudah membuat Regulasi terkait Lisensi Kepelatihan yang harus dimiliki oleh Pelatih di sebuah Klub Liga 1, yaitu minimal harus sudah mengantongi Lisensi AFC Pro. Artinya para Pelatih yang memiliki Lisensi UEFA Pro sangat diperbolehkan untuk melatih Klub Liga 1, namun untuk Pelatih dengan Lisensi A AFC ke bawah tidak diperkenankan untuk menjadi Pelatih Kepala di Klub Liga 1.