Mohon tunggu...
Candra D Adam
Candra D Adam Mohon Tunggu... Lainnya - The Man From Nowhere

Pecinta Sepak Bola - Penulis (ke)Lepas(an)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Nasionalisme Nusantara": Dari Madagaskar sampai Suriname

20 November 2021   03:10 Diperbarui: 28 Januari 2022   04:20 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebelah selatan Afrika, ada Bangsa Cape Malay yang mendiami beberapa wilayah di Cape Town, provinsi Western Cape, Afrika Selatan.
Cape Malay (melayu cape) pada dasarnya hanyalah penyebutan untuk keturunan Orang-orang dari Nusantara yang dijadikan budak, buruh, dan tahanan yang diasingkan oleh kolonial Belanda di Tanjung Harapan dan sekitarnya dari sekitar abad 18 hingga 19, setelah itu mereka membentuk koloni-koloni orang Melayu cape, diperkirakan saat ini ada sekitar 200.000 warga Melayu Cape di Cape Town.

Beberapa diantara mereka bahkan adalah para Tokoh-tokoh politik dari berbagai daerah di Nusantara yang sengaja diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda, sebagai Contoh adalah Syaikh Yusuf Al Makassari, Ulama besar dan berpengaruh dari Makassar yang diasingkan Belanda ke Tanjung Harapan dan kemudian melahirkan sebuah "peradaban" dalam pemikiran orang-orang keturunan Nusantara bahkan orang-orang Afrika Selatan pada umumnya. Syaikh Yusuf memang kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di Afrika Selatan, tetapi hingga hari ini Syaikh Yusuf tetap hidup dalam pikiran dan hati orang-orang Makassar dan Afrika Selatan.

Syaikh Yusuf tidak hanya ada di hati dan pemikiran orang-orang Sulawesi, khususnya Makassar. Syaikh Yusuf bahkan dianugerahi gelar pahlawan oleh Nelson Mandela sebagai Tokoh Besar dan Berpengaruh di Afrika Selatan. Semangat dan perjuangan Syaikh Yusuf dalam melawan kolonialisme dari Makassar hingga ke Afrika Selatan tak pernah surut, Mandela memahami Syaikh Yusuf tidak hanya sebagai Tokoh dan Ulama Besar tapi juga seorang Nasionalis Sejati. Makamnya hingga kini tetap ramai diziarahi tidak hanya oleh kaum muslimin, bahkan nama 'Macassar' dikenang oleh pemerintah Afrika Selatan sebagai Nama dari sebuah distrik di daerah Western Cape.

Sama seperti orang Madagaskar, Saat ini, orang Melayu Cape mengidentifikasi dirinya sebagai "campuran" dari berbagai macam suku-suku bangsa dari Nusantara, seperti Bugis, Melayu, Jawa, dan sebagainya.
Syaikh Yusuf dan para keturunan Nusantara di Afrika Selatan adalah bukti bahwa perjuangan untuk kemerdekaan manusia ada diatas segalanya. Manusia yang merdeka adalah keinginan bagi semua Orang-orang di seluruh penjuru Bumi, merdeka dari penindasan fisik, merdeka dari penindasan pemikiran.

Demikian halnya dengan Diaspora orang-orang Nusantara di Sri Lanka atau Ceylon, bersamaan dengan dikirim dan dibuangnya buruh dan tokoh-tokoh Nusantara ke Afrika Selatan, koloni Melayu (Indonesia) di Sri Lanka justru dibangun oleh Tentara-tentara yang dikontrak dan dibawa oleh Kolonial Belanda. Saat ini ada sekitar 50.000 orang Keturunan Indonesia (Nusantara) di Sri Lanka, atau 0,5% dari jumlah penduduk Sri Lanka.

Orang-orang Nusantara tercatat datang ke Sri Lanka ketika negeri tersebut  masih menjadi bagian dari koloni Belanda, Gelombang pertama datang sekitar 1640--1796 disusul gelombang selanjutnya 1796--1948.
Bahkan jika mau ditarik lebih jauh, orang Nusantara sudah ada di Sri Lanka sekitar abad 13 Masehi pada saat Chandrabanhu Sridamaraja, Seorang Melayu sekaligus Raja dari Tambralinga datang dan menaklukkan bagian Utara pulau Sri Lanka pada 1247, para pengikutnya kemudian hidup dan berasimilasi dengan penduduk setempat.

Keturunan orang-orang Nusantara di Sri Lanka sama halnya dengan di Afrika Selatan, mereka adalah gabungan dari berbagai macam suku bangsa di Nusantara. Orang-orang yang disebut Melayu Ceylon atau Ja-Minissu (Orang Jawa) juga sama halnya dengan para Cape Malay yang berjuang untuk sebuah Peradaban di tempat tinggal mereka yang "baru", keluar dari penindasan dan cengkraman kolonialisme.

Hingga hari ini ada banyak tokoh-tokoh penting keturunan Nusantara (Indonesia) yang "bersinar" di negeri-negeri nun jauh di sana.
Selain Syaikh Yusuf, Soetinah Joemat Peterson (Tina Joemat) adalah salah seorang Menteri di Afrika Selatan. Ada nama Soewarto Moestadja, Raymond Sapoen, Willy Soemita, Paul Salam Soemohardjo (Mantan Ketua Parlemen Suriname), dan masih banyak Tokoh-tokoh keturunan Jawa yang bersinar di Suriname.

Di Srilanka ada nama
Tuan Samayraan Buhary Sally, mantan Kepala Staf Angkatan Darat Sri Lanka. Kemudian ada nama Tuan Burhanuddin Jayah, mantan menteri, diplomat, guru besar, dan politisi serta pemimpin organisasi muslim di Sri Lanka, ada juga nama Jacqueline Fernandez (kontestan Miss Universe 2006 dari Sri Lanka), dan masih banyak lagi tokoh-tokoh besar Keturunan Indonesia di Sri Lanka.

Corine Voisin (walikota La Foa), dan Emmanuelle Darman, seorang model dan Putri Kecantikan, adalah contoh dari beberapa keturunan Diaspora Jawa di Kaledonia Baru.

Pada akhirnya, mimpi menyatukan Indonesia dari Madagaskar, hingga Kepulauan filipina dan sampai ujung timur Papua, terhalang oleh fakta bahwa Madagaskar telah memilih dan memiliki kedaulatan sendiri atas negara dan bangsanya, begitupun Filipina dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya yang ada dalam Nusantara Archipelago.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun