Mohon tunggu...
Candra D Adam
Candra D Adam Mohon Tunggu... Lainnya - The Man From Nowhere

Pecinta Sepak Bola - Penulis (ke)Lepas(an)

Selanjutnya

Tutup

Bola

Liverpool FC vs Manchester United: Bumi (Bola) Itu Bundar, Kadang di Bawah Kadang di Atas!

15 November 2021   23:07 Diperbarui: 28 Januari 2022   04:26 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Liverpool FC dan Manchester United. (Dok. fandom.id)

Penunjukan Solksjaer sebagai manajer United tidak hanya memperpanjang derita United di kancah liga Inggris maupun Eropa, tetapi juga puncak dari rasa frustasi fans United terhadap nasib klub yang diidolakan. Bagaimana tidak, Solksjaer yang bahkan belum bisa digolongkan sebagai pelatih medioker awalnya sempat mendapat dukungan penuh dari mayoritas fans United, dengan jargonnya "percaya proses".

Hingga hari ini, nasib Solksjaer dengan ketidakpastian performa united seolah masih aman-aman saja bagi Direksi Klub. Padahal manajer seperti  Ronald Koeman pun sudah dilengserkan kursinya, tidak hanya Koeman, Nuno Espirito Santo juga didepak dari kursi kepelatihan Tottenham Hotspur. Padahal keduanya belum lama meneken kontrak dengan klubnya.

Sekali lagi, tagar #oleout sebagai kampanye untuk menyuarakan pelengseran Solksjaer dari kursi kepelatihan United seakan antiklimaks dengan tetap "stay-nya" Solksjaer di posisinya sebagai "boss" United.

Sudah menjadi rahasia umum sejak kembalinya Cristiano Ronaldo ke United, "perlawanan" dan "pembangkangan" di looker room dari para pemain United terhadap Solksjaer semakin mencuat.

Kemiskinan taktik dan strategi, ketidakmampuannya sebagai motivator tim, dan jeleknya komunikasi dengan pemain adalah bukti bahwa Solksjaer bukanlah "Messiah" yang akan menyelamatkan United dari keterpurukan yang berkepanjangan.

Sulit untuk memahami sikap dan pemikiran direksi dan manajemen klub United ketika mereka masih mempertahankan Solksjaer hingga sekarang.

Hari ini, setidaknya rivalitas LFC Vs United adalah gambaran nyata bahwa Bola adalah layaknya Bumi, bundar, semua yang ada di dalamnya tidak pernah bisa selamanya kekal di atas atau di bawah.

Ejek mengejek, remeh-meremehkan sebagai rival, seperti halnya Manusia yang hidup di bundarnya Bumi, adalah hal yang lumrah.

Proses adalah keniscayaan, tetapi proses yang tidak "berprogres" adalah pintu gerbang "kemunduran".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun