AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome yaitu sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV).Â
HIV adalah virus yang merusak sistem imun atau kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan berkurang atau hilangnya daya system imun tersebut sehingga tubuh mudah terjangkit oleh penyakit.Â
Sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndroms (AIDS) merupakan kumpulan berbagai gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV.
AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987. Namun peningkatan kasus ini meningkat sangat drastis dari tahun ke tahunnya.Â
Berdasarkan data dari kementerian kesehatan Permasalahan HIV dan AIDS menjadi tantangan kesehatan hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.Â
Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan Juni 2018, HIV/ AIDS telah dilaporkan keberadaannya oleh 433 (84,2%) dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia.Â
Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2018 sebanyak 301.959 jiwa (47% dari estimasi ODHA jumlah orang dengan HIV AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443 jiwa) dan paling banyak ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun.Â
Adapun provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi adalah DKI Jakarta (55.099), diikuti Jawa Timur (43.399), Jawa Barat (31.293), Papua (30.699), dan Jawa Tengah (24.757). Data Kementerian Kesehatan tahun 2017 mencatat dari 48.300 kasus HIV positif yang ditemukan, tercatat sebanyak 9.280 kasus AIDS.Â
Sementara data triwulan II tahun 2018 mencatat dari 21.336 kasus HIV positif, tercatat sebanyak 6.162 kasus AIDS. Adapun jumlah kumulatif kasus AIDS sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 sampai dengan Juni 2018 tercatat sebanyak 108.829 kasus.
HIV/ AIDS menular melalui kontak seksual yaitu terdapat pada cairan sperma dan cairan vagina, alat suntik yang terkontaminasi seperti penggunaan narkoba suntik, dan juga penularan melalui ibu ke janin .Â
Perempuan lebih mudah terserang virus HIV yang berdampak epidemik dibandingkan laki-laki karena alasan biologis, sosiokultural, dan ekonomi.Â
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti pada tahun 2013 dikatakan bahwa dalam berhubungan seksual dengan suaminya perempuan tidak dapat menolak hubungan atau tidak dapat meminta suami untuk menggunakan kondom ketika melakukan hubungan tersebut, sehingga penyebaran menjadi lebih luas ketika suami telah terinfeksi oleh HIV.Â
Pada penelitian di Kecamatan Purwokerto Selatan, menunjukkan bahwa 74 persen ibu atau istri merasa tidak mudah tertular HIV dan AIDS. Hal tersebut disebabkan istri merasa tidak mungkin tertular dari suami (16,0%).Â
Selain itu, hampir setengah perilaku istri (44,0%) dalam pencegahan HIV dan AIDS terkategori kurang baik. Menurut Hasil penelitian oleh Setiyawati, Shaluhiyah, dan Cahyodi di Yogyakarta pada tahun 2014 didapatkan bahwa sikap ibu pada kelompok ibu yang memiliki suami yang tidak berisiko terkena HIV masih kurang peduli.Â
Ibu menyatakan tidak mungkin tertular HIV dari suami sedangkan pada wilayah yang terkategori Desa Peduli AIDS, ibu lebih memahami definisi, penyebab, penularan, pengobatan dan perawatan serta tes HIV AIDS.Â
Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara keterbukaan antara hubungan suami istri sangat berpengaruh dalam penyebaran infeksi pada keluarga. semoga dengan adanya kesadaran terhadap pentingnya keterbukaan serta komunikasi antara suami dan istri ini dapat menekan lajunya angka penyebaran infeksi HIV AIDS ini.
Referensi :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Laporan Situasi Perkembangan HIV/ AIDS dan PIMS di Indonesia Januari-Maret 2017. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ; Jakarta.
Setiyawati, N.,Shaluhiyah, Z., & Cahyo, K. (2014). Sikap ibu rumah tangga terhadap tes HIV AIDS di Sleman Yogyakarta. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.9(1): 56-66
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H