Lantaran kelima starter kedua tim sama-sama jago tembak, alih-alih dijaga oleh dua pemain terjangkung, bawah jaring kedua tim justru dipercayakan pada forward bertipe petarung seperti Jaylen Brown untuk Boston Celtics dan Josh Hart dan Mikal Bridges untuk New York Knicks.
Menariknya, meski tidak dikenal sebagai pengeblok bola, mayoritas pemain Knicks dikenal sabar dan ulet menutup pergerakan pemain lawan sekaligus piawai memotong umpan. Gaya defense seperti ini jugalah yang juga diterapkan Oklahoma City Thunder yang entah kenapa bisa tiba-tiba sigap mengurung pemain lawan yang sudah berada di bawah jaring.
Dari sisi offense, gaya bermain OKC juga mirip New York Knicks, di mana bola lebih banyak mengalir lewat playmaker mereka. Perbedaan paling mencolok, jika para starter Knicks cenderung bermain untuk membuka ruang gerak untuk playmaker Jalen Brunson, untuk Oklahoma City Thunder, playmaker mereka Shai Gilgeous Alexander (SGA), justru kerap menusuk pertahananan lawan untuk membuka ruang para pemain di sekelilingnya sebut saja big man Isaiah Hartenstein di bawah jaring, penembak jitu Cason Edward, defender kekar  Lu Dort, serta pemain serbabisa Jalen Williams yang kerap menjadi secondary playmaker andai kata SGA rehat sejenak.
 Bukan kebetulan juga jika tim-tim yang saat ini rutin berada di papan atas ini memiliki komposisi pemain  yang tidak jauh dari musim sebelumnya mengingat mayoritas tim yang kompetitif musim ini tidak bisa terlalu banyak bergerak di bursa perpindahan pemain lantaran anggaran gaji mereka di atas salary cap yang bejumlah 141 juta dolar.
Di antara semua tim yang kompetitif musim ini, praktis hanya Detroit Pistons, tim yang anggaran gaji para pemainnya di bawah salary Cap.  OKC, Houston Rockets, San Antonio Spurs dan Orlando Magic menjadi tim kompetitif berikutnya yang anggaran gajinya terbilang kecil (antara peringkat 24-30 dari keseluruhan tim NBA) jika dibandingkan anggaran empat tim teratas Phoenix Suns, Minnesota Timberwolves, Boston Celtics, dan Milwaukee Bucks.
Tidak heran prioritas tiap tim NBA saat ini adalah tetap berusaha kompetitif sembari memangkas anggaran sampai maksimal 6 juta dolar (sesuai aturan NBA) untuk tiap transksi yang mereka lakukan seperti halnya Lakers yang melepas D'Angelo Russell  yang bergaji 18,7 juta dolar  yang kontraknya akan habis musim ini dan mendatangkan  penembak jitu merangkap defender Dorian Finney Smith (DFS) (14,9 juta dolar)+ Shake Milton (2,9 juta dollar) yang masih punya kontrak hingga musim depan.
Bukan hanya mengurangi penalti yang harus dibayarkan pemilik tim, kehadiran DFS juga memberi keseimbangan dari sisi defense untuk Lakers lantaran meski diperkuat Lebron James dan Anthony Davis yang sama-sama jago ngeblok, mayoritas starter mereka di awal musim termasuk D'angelo Russell (yang perannya kelak diisi Max Christie), Austin Reeves, dan Lebron James tidak dikenal telaten menutup ruang pemain lawan, meski harus diakui kreativitas dan pergerakan tanpa bola Lakers sedikit berkurang tanpa kehadiran Russel yang punya pergerakan, jumlah rataan tembakan tiga angka, dan gaya menembak yang luwes, meski dari presentase tembakan belum setinggi Milton yang lebih bertipe penembak jitu pasif di pojokan (tapi secara sekilas lebih banyak keliatan luputnya #eh)
 Apa yang disampaikan di atas dan coretan unfaedah NBA sebelum-sebelumnya, lebih banyak terinspirasi dari komen-komen fans tiap tim yang bersahut-sahut di situs forum masing-masing tim. Meski kadang sama (dan bertolak belakang), benang merahnya cenderung berakar dari penjelasan tentang komposisi pemain yang dalam basket dikenal dengan istilah "team construction"Â
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI