Gaya bermain yang kurang lebih mirip ditunjukkan tim muda Toronto Raptors yang kental aroma New York Knicks era sebelum Jalen Brunson, lewat alumni Knicks, guard cepat Immanuel Quickley yang melayani sesama playmaker yang kurang jago tembak namun terhitung produktif seperti RJ Barret, Scottie Barnes, serta mantan forward Utah Jazz Ochai Agbaji, serta big man Jakob Poetl yang terbilang center tradional NBA.
Yang justru punya skill lebih beragam justru para pelapis mereka yang meski tidak menonjol terbilang langka untuk era sekarang, sebut saja defender mungil, yang membuat Steph Curry mati kutu Davion Mitchel, penembak jitu rada jangkung Gradey Dick, pemain dengan pergerakan tanpa bola bagus Bruce Brown, serta jaminan spacing sebuah tim  Kelly Olynyk yang senantiasa bergerak tanpa bola begitu memberikan umpan pada pemain lain di seputar area tiga angka.
Melihat pengalaman panjang para pemain senior Raptors wajar jika para pemain senior ini mungkin berganti seragam di awal atau pertengahan musim sembari menanti proses rebuilding yang mungkin terbilang rada butuh waktu mengingat kita belum bisa melihat arah gaya permainan Raptors jika memang mereka ingin berpijak pada pemain muda, meski gaya bermain rookie mereka JaKobe Walker 11-12 dengan Scottie Barnes yang lebih banyak berpenetrasi ke jantung pertahanan lawan.
Gaya bermain yang lebih kekinian ditunjukkan oleh Charlotte Hornets yang proses rebuilding terbilang lambat, meski mereka sudah memulainya sejak tahun 2020, terhitung sejak rookie mereka Lamelo Ball (Melo) bermain.
Channel: NBA G LeagueÂ
Boleh dibilang tim yang dikenal dengan falsafah run and gun-nya ini diperkuat starter dan rotasi reguler yang cukup masuk akal jika dimainkan bersama, meski mayoritas dari mereka merupakan pemain cadangan reguler di tim mereka sebelumnya.
Di posisi starter, praktis mereka dipekuat para rookie Hornets sendiri seperti Lamelo Ball atau fotokopiannya rookie terkini mereka Tidjani Selaun yang bakal melayani  big man Mark Williams yang lebih luwes atau Nick Richards yang lebih kekar bertenaga, serta beberapa pemain yang dari gaya bermainnya amat cocok dengan kebutuhan tim NBA terkini, seperti halnya Miles Bridges yang seperti juga mantan rekan satu timnya PJ Washington, punya pergerakan luwes bertenaga, yang identik dengan permainan Miami Heat, New York Knicks, serta terkini Dallas Mavericks. Belum lagi Hornets diperkuat defender kaku jago tembak khas para pemain Boston Celtics, Grant Williams, serta penembak jitu yang makin paten Josh Green, meski dari sisi defense belum semenonjol 3 and D kebanyakan.
Produktivitas dan gaya permainan Run and Gun yang mengandalkan serangan balik cepat disertai tembakan akurat makin terasa berkat peran rookie mereka lainnya forward jangkung Brandon Miller yang finishing bawah jaringnya makin menjanjikan beserta pelapisnya, penembak jitu Seth Curry, yang kini mendampingi sang ayah, Del Curry, komentator tetap Hornets
Jika ingin bermain lebih lambat, Hornets bisa memainkan playmaker Vasilije Micic yang lebih stylish dan skillful khas eropa atau Cody Martin yang meski terbilang lambat punya keluwesan yang bisa tiba-tiba menghanyutkan.
Boleh dibilang, dari tim-tim muda yang berkiprah musim ini, mungkin baru Hornets yang arah permainannya menjanjikan, itu pun jika Hornets memang lebih serius menatap musim baru. Pistons, meski kalah dalam tiga game awal, mereka teruji sempat saling berkejar-kejaran angka dengan tim-tim yang mereka hadapi dan baru tertinggal tipis di menit-menit akhir pertandingan, termasuk ketika bertemu dua tim yang sama-sama sedang memimpin klasemen Boston Celtics dan Cleveland Cavaliers.Â