Terhitung dari playoff tahun 1980 hingga sekarang, otomatis ada 176 tim yang melaju ke babak final wilayah (atau saya lebih suka menyebutkan babak semifinal atau empat besar).
Sejak Charlotte Bobcats menjadi kontestan ke 30 pada tahun 2004, menggantikan Charlotte Hornets yang pindah ke New Orleans pada tahun 2002, meski akhirnya Charlotte Kembali menyandang nama Hornets sedangkan New Orleans menjadi Pelicans, praktis tinggal New Orleans Pelicans, Charlotte Hornets, Washington Wizard yang belum mencicipi babak empat besar sejak musim 1979-1980 tersebut.
Memphis Grizzlies yang sebelumnya dikenal sebagai Vancouver Grizzlies (1995-2001) akhirnya melaju ke babak semifinal wilayah untuk pertama kalinya pada tahun 2013 sedangkan Los Angeles Clippers harus menunggu 51 tahun untuk mencapai babak empat besar untuk mencapai babak empat besar pada tahun 2021 yang lalu.
Menariknya, dari 176 tim yang melaju ke babak semifinal wilayah sampai saat ini, mungkin hanya sekitar 104 tim yang memainkan rotasi pemain dengan wajah yang berbeda dari musim-musim sebelumnya.
Sebagai gambaran, meski tiap tim diperkuat 14 sampai 16 pemain pada tiap musim, tiap tim biasanya hanya menurunkan delapan hingga maksimal 12 pemain pada tiap pertandingan sesuai ketentuan NBA, di mana dua atau tiga pemain terakhir biasanya baru dimainkan di menit-menit pertandingan ketika pertandingan sudah tidak lagi begitu ketat.
Rotasi delapan hingga 12 pemain tersebut bisa menjadi hanya sembilan pemain per pertandingan pada babak playoff lantaran lima starter biasanya mendapat waktu bermain pada babak playoff yang menggunakan sistem gugur best of seven hingga partai puncak tersebut, di mana tim yang meraih empat kemenangan terlebih dahulu dalam berhak melaju ke babak berikutnya.
Boston Celtics era Larry Bird yang melaju ke babak semifinal wilayah dari tahun 1980 hingga 1988, di mana mereka meraih gelar pada tahun 1981, 1984, dan 1986 setidaknya memainkan tiga komposisi rotasi pemain yang berbeda, meski dalam kurun waktu tersebut Boston Celtics senanatiasa diperkuat mantan center Golden State Warriors Robert Parish (draft no.8 tahun 1976), power forward Larry Bird (draft no.6 tahun 1984) dan pelapisnya Kevin McHale (No.3, 1980), small forward Cedric Maxwell yang bermain antara tahun 1978 hingga 1985 bersama Boston Celtics serta pelapisnya ML Carr, alumni Detroit Pistons yang bermain untuk Boston Celtics dari tahun 1979 sampai 1985, shooting guard pelapis Danny Ainge yang mulai mengabdi untuk Celtics sejak tahun 1982, serta playmaker pelapis binaan Boston Celtics Gerald Henderson yang setia menjadi pelapis playmaker senior Nate “Tinny” Archibald sampai tahun 1983.
Boston Celtics bisa dibilang melaju ke semifinal wilayah dengan setidaknya tiga wajah berbeda lantaran Celtics memainkan tiga tim yang berbeda dalam kurun waktu tersebut. Pada era awal, Larry Bird didampingi Archibald dan alumni Detroit Pistons, Chris Ford, pada posisi shooting guard, sedang posisi center utama masih diisi oleh draft asli Celtics, Dave Cowens serta pelapisnya Eric Robey (draft no. 3 tahun 1978) dari Indiana Pacers.
Komposisi pemain Celtics Kembali berubah begitu Robert Parish masuk pada tahun 1981 dan posisi Ford dimainkan oleh almarhum Dennis Johnson yang sempat menjadi juara bersama Seattle Supersonics pada tahun 1979.
Meski akhirnya, Danny Ainge dan Kevin McHale akhirnya menjadi starter pada tahun 1986, bersama Johnson, Bird dan Parrish, komposisi pemain cadangan Celtics jelas sudah berbeda dari sebelumnya lantaran muncul nama-nama pemain yang lebih segar seperti Jerry Stitching, shooting guard Rick Carlisle, pelatih Indiana Pacers saat ini, rookie Greg Kite yang melapis McHale, serta almarhum Bill Walton, juara NBA 1975 bersama Portland Trail Blazers yang menjadi pelapis Robert Parish.
Bukan hanya Boston Celtics, tim yang komposisi pemainnya tumpang tindih lainnya adalah Phoenix Suns era Steve Nash.
Meski Steve Nash melaju ke final wilayah bersama Phoenix Suns dalam tiga kesempatan (2003, 2006, dan 2011), ketiganya nyaris menampilkan wajah yang berbeda. Pada kesempatan pertama draft asli Phoenix seperti point guard Steve Nash dan pelapisnya Leandro Barbosa, power forward Shawn Marion, dan center Amare Stoudemire didampingi shooting guard utama mereka Quentin Richardson (Los Angeles Clippers), alumni Boston Celtics small forward Joe Johnson yang memulai petualangan NBA di tahun keduanya (atau dalam dunia pendidikan lazim dikenal dengan istilah sophomore) dan pelapisnya Jim Jackson (yang sebelumnya bermain untuk Houston Rockets), atau Walter McCarty yang biasa mengisi posisi Marion dari bangku cadangan.
Meski masih diperkuat para rookie yang sama, pada tahun berikutnya, posisi Richardson sudah diisi Raja Bell, dan Jim Jackson menjadi pelapis rookie Phoenix lain, penembak jitu James Johnson yang senantiasa meraih cincin NBA ketika bermain bersama Lebron James.
Pada tahun yang sama, Boris Diaw menjadi pelapis Marion, sedang Stoudemire yang cedera digantikan perannya oleh alumni New York Knicks, Kurt Thomas.
Berbeda dengan Boston Celtics era Larry Bird atau Phoenix Suns era Steve Nash, New Jersey Nets era Jason Kidd yang melaju ke final NBA pada tahun 2002 dan 2003, memiliki komposisi yang relatif tidak begitu berbeda lantaran point guard Jason Kidd dan pelapisnya Anthony Johnson senantiasa masih melayani shooting guard Lucious Harris (dan Kerry Kitles), small forward Richard Jefferson dan Donny Marshall , power forward Kenyon Martin serta duo center Aaron Williams < Utah Jazz, 1993> dan Jason Collins .
Perbedaan mencolok antara komposisi pemain tahun 2003 dan tahun sebelumnya tersebut adalah dilepasnya Keith Van Horn, draft no.2 pada tahun 1997, demi mendapatkan jasa big man senior Dikembe Mutombo (draft no. 4 tahun 1991).
Dari komposisi pemain New Jersey Nets (dan tim-tim yang namanya disebut sebelumnya), terdapat beberapa fakta menarik.
Meski mayoritas starter Nets era tersebut mayoritas dihuni rookie mereka sendiri (Kittles, Martin, Jefferson, dan Collins), Harris, Marshall, Johnson yang melengkapi rotasi sembilan pemain Nets bukanlah draft Nets sendiri (atau setidaknya bermain bersama Nets pada tahun kedua).
Seperti halnya, New Jersey Nets, Boston Celtics era (awal) Paul Pierce dan Antoine Walker juga nyaris diperkuat delapan hingga sembilan pemain yang merupakan rotasi reguler yang setidaknya terdiri dari tiga starter dan tiga pemain cadangan yang sama-sama memulai karier NBA bersama tim yang mereka bela saat itu, atau setidaknya sejak tahun kedua mereka di NBA, lantaran playmaker Kenny Anderson (draft New Jersey Nets no.2 tahun 1991) atau pelapisnya Eric Strickland (Dallas Mavericks, 1996) melayani para rookie Celtics seperti shooting guard Paul Pierce dan Joe Johnson, small forward Eric Williams dan small forward alumni Denver Nuggets Rodney Rogers, power forward Antoine Walker (no.6 tahun 1996) dan sophomore Celtics Walter McCartney, serta big man Tonny Battie yang hijrah dari Denver Nuggets ke Boston Celtics pada tahun keduanya di NBA, beserta pelapisnya, center Cleveland Cavaliers asal Ukraina Vitaly Potepenko.
Menariknya, meski point guard sophomore Celtics Milt Palacio dan power forward Mark Blount termasuk rookie asli Celtics, jumlah game dan menit bermain mereka belum sebanyak pelapis para starter lain.
Beruntung, beberapa alumni Celtics tersebut sempat merasakan atmosfer final NBA kelak, sebut saja Rodney Rogers bersama New Jersey Nets, Walker bersama Miami Heat 2006, serta Battie pada playoff NBA 2009 bersama Orlando Magic.
Tim yang benar-benar mempercayakan mayoritas rotasinya pada para rookie atau setidaknya sophomore yang melangkah jauh hingga babak final wilayah memang tidak banyak. Mungkin kurang lebih hanya sepuluh tim, antara lain sebut saja Dallas Mavericks era Mark Aguirre, Houston Roockets era Hakeem Olajuwon dan Ralph Sampson, atau Indiana Pacers era Reggie Miller dan Rik Smith (draft no. 2 tahun 1988).
Untuk Dallas Mavericks era Mark Aguirre, meski Rolando Blackman, Mark Aguirre, Derek Harper atau pelapis mereka Adrian Dentley, Detlef Schrempf, Uwe Blab, dan Bill Wennington sudah bermain setidaknya dari tahun 1985-1989, kedelapan pemain tersebut hanya sekali membawa Dallas Mavericks melaju hingga babak final wilayah yaitu pada playoff tahun 1988. Beruntung, beberapa di antara mereka sempat melaju babak final NBA (bahkan menjadi juara) bersama tim-tim baru mereka di kemudian hari meski hanya bermain dari bangku cadangan.
Tim Houston Rockets era Ralph Sampson juga kurang lebih sama. Bermain bersama sejak tahun 1984 hingga 1987, para pemain muda Houston Rockets seperti playmaker John Lucas dan pelapisnya Allen Leavell, small forward Rodney McCray dan pelapisnya Robert Reid, atau Ralph Sampson dan Jim Petterson yang biasa mengisi posisi power forward berhasil membawa Houston Rockets mengimbangi permainan Boston Celtics era Larry Bird di final NBA 1986.
Chicago Bulls era Michael Jordan dan Scottie Pippen pun kurang lebih sama. Michael Jordan, Scottie Pippen, Bill Cartwright, dan Horace Grant membawa Chicago meraih gelar juara 1990 hingga 1992 ketika bermain bersama Will Purdue, BJ Amstong, dan Stacey King. Sayang pada era Pippen dan Jordan yang kedua, praktis mungkin hanya Tony Kukoc dan Jason Caffey rotasi rutin Bulls yang merupakan draft Bulls sendiri mengingat Ron Harper (Los Angeles Clippers) dan Bill Wennington (Dallas Mavericks) lebih dulu matang di tim mereka sebelumnya.
Tidak seperti Houston Rockets atau Chicago Bulls yang membangun tim bermaterikan mayoritas draft mereka sendiri dalam satu periode yang berdekatan, Indiana Pacers baru bisa melakukan hal yang sama selepas para starter mereka seperti Reggie Miller, Rik Smith, atau Antonio Davis yang rata-rata dipilih pada draft tahun 1987 hingga 1990 sudah terbilang matang.
Point guard Travis Best (yang melapis Mark Jackson), atau shooting guard Fred Hoiberg yang melapis Reggie Miller) serta Austin Croshere yang biasa melapis Dale atau Antonio Davis pada posisi power forward merupakan draft Angkatan 1994 ke atas.
San Antonio Spurs serta Oklahoma City Thunder juga baru bisa memadukan pemain matang dengan pemain muda selepas para pemain mereka matang bahkan hingga mencapai final NBA.
Pemain seperti Dion Waiters (draft no. 4 tahun 2012), Cameron Payne (no. 14, 2015), serta Steven Adams (no.12 tahun 2013) turut membawa OKC melaju ke final wilayah tahun 2016 selepas para senior mereka Russell Westbrook, Kevin Durant, Serge Ibaka dan mantan center utama OKC, Nick Collison mencapai final NBA 2012.
Kawhi Leonard, Danny Green, Corry Joseph, dan Tiago Splitter lebih beruntung . Keempatnya ikut membawa San Antonio Spurs meraih cincin juara pada tahun 2014 setelah Tim Duncan, Manu Ginobilli, dan Tony Parker melakukan hal yang sama pada tahun 2007.
Setelah cukup lama absen, seiring bertambahnya draft NBA yang dimiliki tim-tim muda lewat pertukaran pemain senior (yang terkadang setara dua draft atau lebih), munculnya tim yang mempercayakan starter dan cadangannya pada pemain muda juga makin banyak contohnya adalah Boston Celtics musim lalu yang diperkuat alumni San Antonio Spurs, point guard Derick White, dan beberapa draft asli Celtics seperti shooting guard Marcus Smart, small forward Jaylen Brown, dan power forward Jayson Tatum serta alumni Atlanta Hawks, draft no. 3 tahun 2007, Al Horford yang bermain sebagai center.
Bersama kelimanya, point guard Payton Pritchard, penembak jitu Sam Hauser, defender Grant Williams serta big man Rob Williams bahu membahu membawa Celtics mencapai babak final wilayah musim lalu.
Sayang, komposisi mayoritas pemain muda Celtics tersebut sedikit luntur dengan hijrahnya Grant Williams serta Marcus Smart, yang perannya mampu diperankan dengan baik oleh Jrue Holiday musim ini.
Denver Nuggets yang melaju pada final wilayah 2020 juga bisa disebut tim yang mempercayakan rotasi pemainnya pada draft mereka sendiri mengingat trio playmaker Jamal Murray dan pelapisnya Monte Morris melayani defender Garry Harris dan penembak jitu Malik Beasley pada posisi shooting guard, alumni Portland Trail Blazers, small forward Will Barton serta dua pelapisnya Torrey Craig dan starter Nuggets kemudian hari, Michael Porter Jr. yang sama-sama bermain untuk Nuggets dari awal karier mereka, dua power forward bepengalaman Paul Millsap serta Jerami Grant, serta maskot Nuggets saat ini Nikola Jokic dan alumni Portland Trail Blazers, Mason Plumlee.
Pada musim-musim berikutnya, komposisi pemain Nuggets makin berasa matang dengan hadirnya Jeff Green, DeAndre Jordan, serta Reggie Jackson (yang bertukar seragam Los Angeles Clippers dengan Bones Hyland) untuk mendampingi rookie mereka Christian Braun.
Meski terkesan banyak diperkuat banyak pemain muda, Golden State Warriors yang meraih cincin NBA setidaknya pada tahun 2015 dan 2016, lewat barisan pemain seperti kuartet starter mereka Steph Curry (PG), Klay Thompson (SG), Harrison Barnes (SF), Draymond Green (PF) serta center Milwaukee Bucks Andrew Bogut, rotasi reguler Warriors pada saat itu didominasi pemain berpengalaman sebut saja Shaun Livingston (Los Angeles Clippers), Leandro Barbosa (Phoenix Suns), Andre Iguodala dan Marresse Speight (Philadelphia 76ers), David Lee (New York Knicks). James McAddo, Festus Ezeli, atau Kevon Looney yang hadir semusim setelahnya, baru mendapat menit bermain lebih banyak pada musim-musim berikutnya.
Tim terkini yang boleh dibilang diperkuat oleh para pemain binaan tim itu sendiri tentu saja Indiana Pacers era Tyrese Haliburton (Hali). Hali sendiri mulai bergabung bersama Indiana Pacers pada sepertiga bagian akhir musim 2021-2022 setelah menjalani musim perdananya bersama Sacramento Kings.
Bersama pelapisnya, TJ McConell mantan point guard Philadelphia 76ers, draft NBA no.12 tahun 2020 tersebut memimpin barisan pemain muda Pacers yang rajin menjadi rotasi reguler musim ini sebut saja starter Myles Turner (PF) dan pelapisnya Isaiah Stewart (juga bisa mengisi posisi power forward/center Pascal Siakam), Andrew Nembhard (SG), yang perannya bisa diisi oleh rookie Ben Shepard atau bahkan Ben Mathurin, yang biasa mengisi peran Haliburton atau defender merangkap playmaker yang sempat bermain untuk Boston Celtics Aaron Nesmith. Bahkan jika posisi power forward Pacers tidak terlalu penuh, mereka masih bisa mempercayakan rookie Jarace Walker (draft no. 8 tahun 2023) bermain secara rutin dari bangku cadangan mengingat di posisi tersebut masih ada alumni New York Knicks Obi Toppin atau alumni Phoenix Suns Jalen Smith.
Ketika diamati sekilas, meski diperkuat mayoritas rookie mereka sendiri, tidak satu pun pemain Pacers merupakan draft urutan lima besar.
Boleh dibilang, tiap musim, mayoritas tim NBA senantiasa diperkuat draft lima besar. Musim ini praktis hanya New York Knicks, Milwaukee Bucks, dan Indiana Pacers, tim yang komposisinya tidak diperkuat draft lima besar.
Knicks masih diperkuat draft urutan lima besar andai kata RJ Barret, draft no. 3 tahun 2019, tidak pindah ke Kanada memperkuat tim kampung halamannya, Toronto Raptors.
Seperti halnya saat menjadi juara pada tahun 2021, Milwaukee Bucks musim ini juga tidak diperkuat draft urutan lima besar mengingat Dario Gallinari, draft urutan no.6 merupakan draft urutan tertinggi Bucks saat ini, yang kebetulan merupakan rekan seangkatan Brook Lopez, draft tertinggi Bucks saat itu, yang dipilih pada urutan kesepuluh.
Toronto Raptors pun sejatinya agak mirip dengan Milwaukee Bucks. Dengan bertukar seragamnya Marc Gasol dengan Jonas Valinciunas, draft no. 5 tahun 2012, ketika musim reguler tengah berjalan, Raptors praktis tidak diperkuat draft urutan lima besar ketika menjadi juara NBA 2019.
Raptors 2019 dan Bucks 2021 dan Pacers 2024 menjadi tiga dari setidaknya sepuluh tim yang juga minimal mencapai babak final wilayah tanpa diperkuat draft lima besar.
Kebetulan Pacers juga hobi melakukan hal serupa setidaknya pada era Paul George yang mencapai final wilayah tahun 2013 mengingat draft tertinggi Pacers pada saat itu adalah DJ Augustin, draft no 9 tahun 2008. Beruntung semusim berikutnya wajah draft lima besar Pacers diisi oleh pemain serbabisa draft no 2. Philadelphia 76ers tahun 2010, Evan Turner, pemain yang nyaris bisa melakukan apa pun kecuali menembak.
Utah Jazz era John Stockton dan Karl Malone juga sempat tidak diperkuat draft urutan lima besar yaitu pada tahun 1992 ketika Jazz masih diperkuat draft asli mereka yaitu power forward pelapis Thurl Baley (No.7 tahun 1983) serta Tom Chambers (draft no.8 tahun 1981), yang mengisi peran Baley pada musim berikutnya.
San Antonio Spurs yang era Johny Moore dan George Gervin yang melaju ke babak final wilayah pada tahun 1982 dan 1983 dengan komposisi pemain yang tidak jauh beda juga tidak diperkuat draft urutan lima besar kala itu mengingat draft tertinggi Spurs pada tahun 1982 adalah pemain veteran Ron Brewer (no.7 tahun 1978) yang pindah ke Cleveland Cavaliers saat musim reguler sedang berjalan dan Dave Corzine (no. 18 tahun 1978) yang perannya sebagai big man diisi oleh Artis Gilmore, draft no. 117 tahun 1971.
Denver Nuggets juga setidaknya tercatat dua kali lolos ke babak semifinal tanpa diperkuat draft urutan lima besar. Sebut saja Denver Nuggets era Fat Laver (1985), yang juga draft no. 11 tahun 1982, sedang draft tertinggi Nuggets pada saat itu adalah Calvin Natt (no.8 tahun 1979), atau Denver Nuggets pada playoff 2020 di mana draft tertinggi Nuggets era awal Jamal Murray dan Nikola Jocic tersebut adalah Jamal Murray, draft no. 7 tahun tahun 2016.
Pada tahun yang sama, Miami Heat era Jimmy Butler juga tidak lagi diperkuat draft urutan lima besar setelah Dion Waiters (draft urutan mo. 4 tahun 2012 meski pindah ke Los Angeles Lakers dan bertemu Miami Heat di final NBA 2020.
Terkait draft urutan lima besar, biasanya rookie yang dipilih pada urutan-urutan awal dianggap punya potensi lebih serta lebih mampu beradaptasi dengan iklim kompetisi NBA. Hanya saja fakta kadang berkata sebaliknya, sebagaimana sekilas draft urutan no.5 yang meraih cincin NBA justru lebih banyak dari draft urutan no.3.
Bobby Jones (1974) yang meraih juara bersama Philadelpia 76ers (1983), Scottie Pippen (1987) bersama Bulls pada tahun 1991, Mitch Richmond (1988) dan Isaiah Rider (1993) bersama Lakers (2002), atau Kevin Garnett (1995) bersama Boston Celtics serta trio Miami Heat Juwan Howard (1995), Mike Miller (2000), dan Ray Allen (1996) menjadi draft urutan lima yang menjadi juara NBA dalam beberapa tahun terakhir menemani generasi yang lebih baru Kevin Love (Cleveland Cavaliers) atau Jeff Green yang baru saja meraihnya tahun lalu bersama Denver Nuggets.
Rodney McCray (1983), Michael Jordan (1984) dan Bil Cartwright (1979) menjadi rombongan draft urutan nomor 3 yang sempat meraih cincin juara NBA bersama Chicago Bulls era Michael Jordan. Sedang, Pau Gasol (2001) dan Adam Morrison (2006) meraihnya bersama Los Angeles Lakers pada tahun 2009. Kelimanya mengikuti jejak Chauncey Billups yang meraih juara bersama Detroit Pistons (2003) serta Sean Elliot bersama San Antonio Spurs pada tahun 1999.
Konon draft urutan kesepuluh yang meraih cincin juara NBA juga lebih banyak dari draft urutan kedelapan.
Bahkan draft urutan 27 dan 29 yang meraih cincin juara NBA, nyaris sama banyaknya dengan draft urutan no.3. Hal tersebut bisa terjadi lantaran tim-tim matang biasanya memilih draft putaran pertama (urutan 1-30) pada urutan-urutan akhir, sebut saja Dennis Rodman (Detroit Pistons), Elden Campbell, Sasha Vujacic, atau Kyle Kuzma (Los Angeles Lakers) , Jacque Vaugnn (san Antonio Spurs), Kendrick Perkins, serta Pascal Siakam yang mewakili draft urutan 27 yang beruntung meraih cincin NBA, mengikuti nama-nama beken seperti Derrell Arthur, Rob Williams, serta Rudy Gobert yang minimal mencapai babak semifinal NBA.
Nazr Mohammed, Tony Kukoc, John Long, Travis Knight, dan PJ Brown menjadi beberapa nama draft urutan ke-29 yang beruntung melaju hingga final NBA mendahului beberapa nama dari generasi kekinian yang mungkin segera menyusul seperti trio San Antonio Spurs Corey Joseph, Dejounte Murray, serta Derrick White
Draft NBA terkadang memang tidak terduga. Siapa sangka Sacramento Kings, Detroit Pistons, atau Washington Wizard bisa rutin mengirimkan wakilnya ke partai puncak, meski saat para pemain tersebut singgah di Sacramento Kings misalnya, saat tim yang bersangkutan lolos putaran pertama babak playoff pun tidak, seperti Sean Elliot yang memperkuat Detroit Pistons pada musim 1993-1994, atau Antoine Carr (Sacramento Kings yang melaju ke final 1997 bersama Utah Jazz, serta Corliss Williamson, draft asli Sacramento Kings yang meraih cincin juara bersama Detroit Pistons pada tahun 2004.
Kebetulan Sacramento Kings (sebelumnya dikenal sebagai Kansas City Kings) sejak berusia empat tahun pada tahun 1985 senantiasa mengirim alumninya ke partai puncak setidaknya hingga tahun 2008, sebut saja nama Otis Thorpe dan Kenny Smith yang melaju ke final NBA bersama Houston Rockets, Bill Wennington, Dennis Hopson, hingga terakhir Matt Barnes (2004) dan Ron Artest (2005) yang kelak meraih cincin NBA bersama Los Angeles Lakers.
Detroit Pistons pun sama. Mereka senantiasa mengirimkan wakilnya ke partai puncak, sebut saja John Long dan Bob McAddo ke partai puncak, hanya saja beberapa di antaranya seperti Isiah Thomas cukup beruntung meraih gelar juara bersama Detroit Pistons.
Uniknya lagi, beberapa alumni Detroit Pistons sempat bermain untuk Washington Wizard, entah Wizard terlebih dulu atau sebaliknya seperti halnya power forward Wizard Rick Mahorn, Rasheed Wallace, Jeff Ruland, Charles Jones, Steve Blake, Michael Curry, Jerry Stackhouse (draft no.3, 1995) yang memperkuat Wizard terlebih dahulu atau Kentavious Cadwell Pope, Jodie Meeks, atau Ish Smith yang memilih sebaliknya.
Meski tidak atau belum memperkuat Wizard, Bruce Brown menjadi alumni terakhir Pistons sejauh ini yang membawa timnya menjadi juara NBA sedangkan musim ini Svi Mykhailuk (2020) wakil Pistons yang melaju ke final musim ini.
Praktis, sejak era Cade Cunningham belum ada lagi wakil Pistons yang melaju hingga partai puncak NBA.
Menariknya lagi, Pistons kadang jadi tempat singgah draft urutan-urutan awal yang juga belum beruntung bisa mencapai final wilayah sampai ujung karier seperti sesama draft urutan pertama pada angkatannya masing-masing Danny Manning (1988) pada semifinal NBA 2003 atau Derrick Coleman (1990) atau Antonio McDyess, draft no. 2 Los Angeles Clippers tahun 1995 pada final NBA 2005. Jerry Stackhouse sendiri cukup beruntung lantaran sempat mencapai final NBA bersama Dallas Mavericks era Dirk Nowitzki-Devin Harris pada tahun 2006.
Berbeda dengan Detroit Pistons, meski sempat absen mengirim wakilnya ke partai puncak pada musim 1993-1994, Washington Wizard senantiasa mengirimkan wakilnya ke partai puncak, setidaknya sejak musim 1979-1980 hingga saat ini termasuk Darrell Walker (1987-1991) yang turut membawa Chicago Bulls meraih cincin NBA pada tahun 1993 atau Brendan Haywood (2001-2009) yang sempat membawa Dallas Mavericks meraih cincin juara pada tahun 2011.
Menarik dinanti, fakta unik apa lagi yang kira-kira bisa muncul dari para finalis NBA, yang kadang luput dari pengamatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H