Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Great Gift, Cerminan Lunturnya Ciri Khas Drama-Drama Profesi Jepang

24 Februari 2024   10:13 Diperbarui: 25 Februari 2024   15:53 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Great Gift (ilustrasi sepenuhnya milik TV Asahi)

Bukan hanya oleh wawasan medis yang tergolong baru buat saya, saya juga dibuat tersenyum dengan cara penulis naskah menyampaikan ide cerita, meski situasinya sama sekali bukan komedik.

Meski terkesan kompleks, cara penyampaiannya tergolong sederhana, mengena, dan tidak terkesan sebagai tempelan semata. Unsur-unsur inilah yang beberapa kali bisa kita temukan dari serial dr. Koto dan beberapa drama medis pada era yang sama atau setidaknya serial medis yang terhitung baru yaitu miniseri "Miyako ga Kyoto ni Yattekita!: Futari no Natsu (2022)" yang bercerita tentang dokter yang hobi bersepeda saat mengunjungi para pasiennya dan cukup protektif terhadap putri yang sudah lama tidak ditemuinya. 

Sayang, meski terkesan wajar dan dekat dengan keseharian sejak awal, serial dokter Koto tidak luput dari beberapa kekeliruan, yang kesan janggalnya justru makin kentara lantaran tempo cerita drama Jepang secara umum dikenal lebih lambat dari serial dari negara lain, sebagaimana adegan seorang intern justru memberikan diazepam, alih-alih epinephrine untuk menurunkan tekanan darah pada pasien gawat, mengingat informasi medis tersebut, menurut mereka-mereka yang pernah mengenyam pendidikan kedokteran di Indonesia, setidaknya dibekalkan pada pertengahan masa kuliah.

Melihat kekeliruan yang entah disengaja atau tidak dari serial dr. Koto. Kita tidak bisa sepenuhnya menelan bulat-bulat wawasan ilmiah, medis, praktis, atau  apa pun istilahnya yang kita tonton dari layar kaca atau layar lebar lantaran meski terkesan masuk akal, beberapa informasi tersebut terkadang sengaja disederhanakan atau malah tidak akurat dengan tujuan menambah gereget cerita, meski secara umum informasi medis dalam drama Jepang, terutama yang berlatar keseharian, lebih sering disampaikan secara bertanggung jawab. 

Menariknya lagi, apa yang disampaikan dalam drama-drama medis Jepang di era-era tersebut sejatinya merupakan cerminan drama profesi secara umum, termasuk juga di dalamnya drama medis, yang marak disajikan pada dekade 2000-an.

Seiring menjamurnya serial berbasis pendekatan ilmiah yang ternyata cukup klop dipadukan cerita drama Jepang yang pada dasarnya sama beragamnya dengan serial dari negara lain, apa pun temanya, mulai dari tema-tema yang umum diangkat di layar kaca seperti medis, detektif-detektifan, hukum (atau kombinasi klasik di antara ketiganya), pendidikan, kuliner, media dan/atau jurnalisme

Bahkan sampai tema-tema yang mungkin terkesan jarang meski keberadaannya dekat dengan keseharian seperti mode, pilot dan bandara, seni merangkai bunga (dan toko bunga), penginapan, bela diri, asisten rumah tangga, penyedia jasa upacara pemakaman, bahkan arsitektur pun mungkin ada, yang harus diakui kerap menggunakan pendekatan yang berulang, terutama serial-serial yang dekat hubungannya dengan misteri dan/atau inovasi seperti halnya serial bertema detektif-detektifan, medis, atau pendidikan.

Meski lebih sering mengangkat tema upaya meningkatkan  potensi para siswa dari kelas biasa (atau bahkan lebih sering dari kelas yang para siswanya doyan bikin ulah), entah itu lewat prestasi akademik atau lewat ekstrakulikuler seperti musik, tari, atau bahkan renang indah-pun ada, serial profesi bertema pendidikan tetap punya banyak peminat, lantaran para siswanya dibintangi talenta muda berwajah segar yang rata-rata kelak punya serial sendiri entah lima atau sepuluh tahun selepas bermain sebagai siswa cupu, kalem, norak, atau bahkan berangasan seperti para pemeran yang bermain dalam serial-serial medis yang judulnya relatif banyak bertebaran di setiap musim tayang serial Jepang (dingin, semi, panas, gugur). 

Bukan hanya wajah-wajah segar dan problematika khas remaja,  dan beberapa tips belajar yang sampai sekarang belum pernah saya praktikkan meski masuk akal, serial profesi Jepang bertema pendidikan seperti Dragon Zakura yang bercerita tentang kelas persiapan masuk perguruan tinggi di sebuah sekolah menengah atas biasa  bahkan dinilai berhasil menginspirasi masyarakat Jepang untuk berkuliah di Universitas.

Meski ujian masuknya terhitung sulit, lantaran kebanyakan lulusan sekolah menengah atas lebih memilih melanjutkan pendidikan ke institusi pendidikan berbasis keterampilan, senmongakko¯ (koreksi jika salah), yang setidaknya terdiri dari delapan bidang di antaranya medis, termasuk di dalamnya pendidikan keperawatan, bahasa dan budaya, termasuk di dalamnya pendidikan juru bahasa, atau industri, termasuk di dalamnya mekanik, di mana bidang yang sekarang sedang naik daun

Setidaknya menurut mbak Victoria Bestor dalam buku Routledge Handbook of Japanese Culture and Society, adalah animator dan mangaka serta perawat masyarakat lanjut usia, yang perlahan tapi pasti menggeser kepopuleran kelas mode atau fesyen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun