Skema permainan tersebut boleh jadi diterapkan  Unseld Jr. lantaran rebounder terbaik Wizard di lapangan terkadang cuma Porzingis (221 cm) yang juga merupakan salah satu penembak jitu terbaik mereka. Tidak heran, jika Porzingis berada di posisi siap tembak,  pemain lain bersiap mengantisipasi bola rebound di bawah jaring.
Boleh dibilang, musim ini Wizard merupakan tim yang perubahannya paling kentara, terutama lantaran tidak lagi diperkuat dua pemain kunci Beal dan Porzingis.
Terus terang, tanpa kehadiran Porzingis, pergerakan para penembak jitu Wizard yang diisi JORDAN POOLE (yang mengisi peran Beal), Kispert, dan Kuzma (atau DARIO GALLINARI dan MIKE MUSCALA) mestinya lebih luwes. Terlebih, meski tidak seproduktif Porzingis, jika fit, Gallinari senantiasa bisa memberi rasa aman lewat konsistensi tembakan tiga angka dan bawah jaring, berbekal posturnya yang besar, seperti yang ditunjukkan saat bermain di Atlanta Hawks dan OKC Thunder.
Sayang, dari posisi playmaker komposisi point guard Wizard kurang meyakinkan lantaran  Delon Wright dan TYUS JONES lebih sering bermain dari bangku cadangan di tim sebelumnya. Beruntung Jones dinilai sebagai salah satu playmaker cadangan terbaik NBA yang dikenal jago mengatur tempo dan tahu benar kapan mengirim umpan tepat sasaran (turnover-nya sedikit) meskipun tidak banyak.
Selain Avdija dan Johnny Davis, fans NBA tentu saja penasaran terhadap rookie termuda tahun ini, Bilal Coulibally. Meski, menunjukkan kemampuan mengeblok bola dan passing yang menjanjikan, skill-nya tersebut mungkin baru matang empat sampai lima tahun ke depan, lantaran masih terlalu mentah untuk ukuran pemain NBA.
Channel resmi NBA
Harus diakui, Coulibaly memang mendapat sorotan karena bermain bareng Victor Wembanyama, meski di tahun pertamanya tersebut raihan poin per pertandingan dari bangku cadangannya masih kurang dari 10 poin per game.
Sebagaimana pada  pertandingan-pertandingan uji coba pramusim, berdasarkan cara bermain dan komposisi pemain yang mereka punya, kurang lebih Wizard memainkan skema run and gun yang pada dasarnya  cukup membutuhkan dua atau tiga umpan sebelum mengeksekusi serangan secara langsung memanfaatkan defense Kispert, Gafford, Coulibally, dan serangan balik cepat Jordan Poole, Kyle Kuzma, atau Muscala. Kebetulan, musim ini, mereka kedatangan banyak shooter produktif seperti Poole, Muscala, Gallinari, hingga alumni Golden State Warriors Patrick Baldwin Jr. yang praktis menggenapi komposisi pemain para shooter yang kurang dikenal jago defense. Bukan kebetulan juga, gaya permainan bertempo cepat ala Wizard, apa pun namanya, bukan hal baru, karena fans Wizard sudah biasa melihatnya di era Westbrook, John Wall, bahkan Gilbert Arenas.Â
Sayang, meski berpotensi menampilkan permainan yang enak dilihat, secara defense Wizard terlihat kurang ngotot menjaga keunggulan. dan terlalu mudah memberikan angka pada tim lawan, meski mereka punya beberapa defender efektif yang mungkin tidak terlalu menonjol, seperti Kispert, atau Kuzma (jika lebih fokus), atau bahkan Tyus Jones yang meski mungil dan tidak terlalu bertenaga, ia dikenal sabar dan punya timing yang tepat untuk merebut bola dari dribel pemain lawan.Â
Gaya permainan  yang bisa dibilang wajar karena memang mereka terlihat ingin membangun tim muda dari awal, yang mungkin baru akan terlihat tiga atau empat tahun ke depan, terutama jika perkembangannya tidak dipercepat sebagaimana Atlanta Hawks (2020) atau Houston Rockets (2023) yang mendatangkan pemain matang berkualitas selepas dua musim rookie mereka berkembang, seiring lapangnya anggaran gaji tim (jika dibandingkan dengan Detroit Pistons, Oklahoma City Thunder, Orlando Magic, atau San Antonio Spurs yang mulai fokus pada pemain muda pada periode dan rentang waktu yang relatif sama. dan mulai tampil terarah dan menyenangkan meski tidak selalu menang). #bisa jadi coretan baru #eh.