Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Potensi Kejutan Tim-Tim Urutan Bawah Babak Playoff NBA

11 April 2023   17:03 Diperbarui: 11 April 2023   17:19 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tankapan Layar/Dok Pribadi

Terhitung mulai besok 11 april 2023, NBA akan memasuki babak play in untuk menentukan tim yang berhak menempati posisi tujuh dan delapan babak playoff.

Sejak babak play in diperkenalkan dua musim lalu, turnamen play in selalu memberi kejutan karena tim berperingkat lebih baik kadang harus mengakui keunggulan tim berperingkat di bawahnya seperti Memphis Grizzlies (peringkat 9) yang menjinakkan Golden States Warriors (peringkat 8) pada tahun 2001 dan New Orleans Pelicans yang mengungguli Los Angeles Clippers yang kala itu tidak diperkuat Kawhi Leonard dan Paul George yang cedera musim lalu.

Pada kesempatan kali ini, tim dengan peringkat lebih baik juga tidak otomatis diunggulkan, contohnya Miami Heat (peringkat 7), yang meski unggul head to head atas Atlanta Hawks (peringkat 8), kalau belum berhasil melewati hadangan Hawks untuk memperebutkan posisi ketujuh, boleh jadi harus berhadapan dengan Toronto Raptors yang punya rekor pertemuan lebih baik kala bertemu Heat.

Bertemu empat kali pada babak reguler, Raptors berhasil unggul di tiga pertemuan di mana pada saat itu Heat jarang diperkuat komposisi terbaik karena cedera.

Di wilayah barat pun situasinya kurang lebih sama. Meski berperingkat lebih baik di babak reguler, Los Angeles Lakers harus mengakui keunggulan Minnesota Timberwolves pada dua kesempatan pertama karena Timberwolves diperkuat komposisi pemain yang lebih merata, baik dari sisi postur, kebugaran,  maupun skill pemain.

Terlepas dari tim mana yang kelak akan melaju di peringkat tujuh atau delapan kelak, musim ini, tim-tim yang berada di peringkat lebih rendah justru diyakini bisa mempersulit tim-tim dengan peringkat lebih baik, terutama di wilayah barat.

Sejak mengadopsi sistem delapan besar pada tahun 1984, klo tidak salah hanya ada lima tim dari peringkat tujuh dan delapan yang berhasil lolos di peringkat pertama, salah satunya adalah Denver Nuggets yang berhasil mengungguli Seattle Supersonics pada tahun 1994 lewat penampilkan apik Dikembe Mutombo di bawah jaring.

Alasan kenapa tim-tim peringkat bawah bisa mempersulit tim-tim dengan peringkat lebih baik bisa dilihat dari cara tim membangun komposisi pemainnya.

Para penikmat NBA biasanya melihat tim dari komposisi lima pemain yang bermain di lapangan. Meski bukan istilah pakem yang dipakai dalam dunia basket NBA, boleh dibilang tim yang lebih diunggulkan biasanya menggunakan komposisi 1-3-1.

Komposisi ini menjadi standar minimal nyaris pada semua tim NBA mungkin pada tiga sampai empat tahun kebelakang (dengan komposisi dan gaya yang sangat masih bisa berkembang pada musim-musim berikutnya).

Pada komposisi 1-3-1 ini, tim-tim NBA setidaknya diperkuat oleh satu playmaker yang memiliki penetrasi dan finishing bagus di bawah jaring, tiga defender tangguh dengan tinggi minimal 201 atau 203 cm yang mampu meredam serangan lawan mulai dari area tiga angka, dan satu big man setinggi minimal 210 cm dan jago block shot.

Komposisi dari kacamata inilah yang biasanya dipakai oleh para fans dan analis NBA ketika melihat komposisi pemain Lakers yang rajin kalah di awal-awal musim yang lebih sering dipekuat tiga defender bertinggi kurang dari 201 cm di atas lapangan, 

Skema yang sama kerap dipakai analis dan fans NBA untuk memahami alasan kenapa playmaker Russell Westbrook cenderung tampil  lebih padu ketika bermain di Los Angeles Clippers, 

Menurunnya penampilan Dallas Mavericks setelah Kyrie Irving bergabung, dan menjanjikannya penampilan Brooklyn Nets sejak diperkuat tiga defender baru Cam Johnson, Dorian Finney Smith, dan Mikal Bridges juga bisa dilihat dari kacamata yang sama meski mungkin tidak ada satu fans pun yang menduga Bridges akan menjadi pemain yang sangat produktif sejak bermain untuk Nets.

Embiid condong harus berusaha lebih keras ketika berhadapan dengan pemain berpostur mirip Embiid seperti Brook Lopez dan Steven Adams  (Statspot.com)
Embiid condong harus berusaha lebih keras ketika berhadapan dengan pemain berpostur mirip Embiid seperti Brook Lopez dan Steven Adams  (Statspot.com)

Tim-tim wilayah timur seperti Milwaukee Bucks (peringkat 1 babak reguler musim ini), Boston Celtics (peringkat 2), dan Philadelphia 76ers (peringkat 3) cenderung diunggulkan karena membangun tim dengan konsep di atas.

Untuk Bucks, yang menjadi pembeda adalah posisi playmaker yang ditempati oleh keponakan saya Giannis Antetokoumpo (211 cm) yang bukan hanya tidak terhentikan ketika sudah berpenetrasi, melainkan dikenal sebagai defender yang bisa menjaga nyaris semua tipe pemain NBA yang ada di atas lapangan secara satu lawan satu. 

Dengan kemampuan Giannis menarik perhatian lawan, penembak jitu merangkap defender seperti Joe Ingles, Grayson Allen, Jrue Holiday, Jae Crowder, bahkan center besar nan lambat seperti Brook Lopez bisa menembak dengan lebih bebas.

Dengan banyaknya defender dan playmaker tangguh seperti Holiday dan Giannis, kelemahan center jago block shot seperti Brook juga Lopez tidak terlalu kentara.

Philadelphia 76ers kurang lebih juga menggunakan skema yang sama di mana center besar dengan tembakan akurat Joel Embiid, dikelilingi oleh banyak defender tangguh merangkap penembak jitu seperti PJ Tucker (196 cm), Tobias Harris (201 cm), Tyler Maxey/D'anthony Melton (188 cm), seta playmaker James Harden yang tidak terlalu jago defense.

Meski tidak terlalu tinggi, Tucker, Harris, atau Melton sudah teruji sebagai defender. Belum lagi dengan kekuatan fisik, tembakan akurat, dan block shotnya, Embiid (dan juga Harden) menjadi pemain yang dengan mudah mem-bully mayoritas center NBA yang tidak sebesar dekade-dekade lalu, termasuk duo center jangkung Cleveland Cavaliers (Cavs), Jaret Allen dan Evan Mobley, yang bukan hanya dikenal jago block shot, tetapi juga menutup ruang pemain lawan mulai dari area tiga angka yang membuat Cavs dikenal sebagai tim dengan defense nomor 1 di NBA.

Bukan hanya lantaran diperkuat dua center tangguh beserta pelapisnya Robin Lopez, defense Cavs cenderung kokoh lantaran Cavs juga diperkuat defender tangguh seperti Isaac Okoro atau Dean Wade yang memastikan keseimbangan tim ketika dua guard produktif Cavs, Darius Garland dan Donovan Mitchell (185 cm) atau pelapisnya Caris Lavert (198 cm) mencetak angka.

Bukan kebetulan jika tim yang mengandalkan defense dan tembakan tiga angka ini diperkuat setidaknya dua playmaker di satu lapangan, di mana Embiid (Sixers), Holiday (Bucks), bahkan Mobley atau Allen bisa sesekali berperan sebagai playmaker.

Meski tidak terlalu mengandalkan tembakan tiga angka, peran ini jugalah yang sesekali diisi peringkat lima wilayah timur Julius Randle yang sayang harus menepi karena cedera di putaran pertama babak playoff kali ini. Beruntung, Knicks masih diperkuat leader mereka Jalen Brunson yang mungkin sedikit dipertanyakan lantaran kurang tampil meyakinkan tiap kali bermain di babak playoff.

Jika lolos jalur play in, Miami Heat bisa membuat kejutan, terutama lewat kerja keras para defender yang dalam beberapa musim ke belakang bisa menyulitkan tim-tim seperti Toronto Raptors dan Boston Celtics. Sayang stamina, usia, dan kebugaran Kyle Lowry dan Jimmy Butler tidak seperti musim-musim sebelumnya, meski Bam Adebayo, menjalani salah satu musim terbaiknya di NBA, terutama dari sisi rataan raihan angka.

Channel: The Assylum

Meski tidak sebugar sebelumnya, bukan tanpa alasan Miami Heat lebih diunggulkan dari Atlanta Hawks atau Toronto Raptors. Meski beberapa pemain Hawks dikenal sebagai defender tangguh, dari segi postur DeAndre Hunter, John Collins, dan Clint Capela cenderung kalah kokoh dan bukan tipe pemain yang cenderung rajin jatuh bangun merebut bola ketika bertahan.

Belum lagi, dari sisi gaya permainan tiap individu, sebagian besar pemain Hawks tidak dikenal sebagai penembak jitu yang konsisten. Tidak heran akurasi tembakan tiga angka Trae Young cenderung makin menurun seiring makin mudah ditebaknya permainan Hawks. Tidak heran jelang akhir kompetisi, selain mendatangkan pelatih baru Quinn Snyder, Hawks juga mendatangkan shooter Detroit Pistons, Saddiq Bey, untuk menambah variasi serangan. 

Heat atau Hawks juga tidak bisa memandang sebelah mata Toronto Raptors yang sejak beberapa musim belakangan diperkuat oleh lima pemain yang rata-rata satu inci lebih pendek komposisi  mayoritas tim NBA saat ini seperti Fred Vanvleet (185 cm), Gary Trent (196 cm), OG Anunoby (201 cm), Scottie Barnes (203 cm) atau Pascal Siakam (203 cm).

Meski tidak terlalu jangkung, seperti juga musim-musim sebelumnya, musim lalu, Raptors tetap mampu memainkan defense yang agresif, lewat steal dan kesedian para pemain jatuh bangun memperebutkan bola. 

Entah kenapa musim ini, mereka tidak tampil sengotot sebelumnya yang berpengaruh pada defense bawah jaring yang lebih mudah ditembus penetrasi pemain lawan. Defense dan Offense mereka cenderung membaik sejak Raptors memanggil pulang center jangkung mereka Jakob Poetl. 

Jika dari sisi postur dan komposisi pemain tim peringkat atas wilayah timur lebih diunggulkan, di wilayah barat, tim-tim seperti Phoenix Suns, Los Angeles Clippers, Golden State Warriors, bahkan Los Angeles Lakers bahkan New Orleans Pelicans (jika lolos play off) dinilai bisa mempersulit tim-tim peringkat di atasnya

 Denver Nuggets  (Peringkat 1) dan Sacramento Kings (Peringkat 3) memiliki komposisi dan gaya bermain yang hampir sama di mana aliran bola lebih banyak dirancang oleh center, baik itu Nikola Jokic (Nuggets) dan Domantas Sabonis (Kings), meski mereka juga punya point guard dengan visi dan akurasi tembakan lumayan yaitu Jamal Murray (Nuggets) dan DeAron Fox (Kings).

Kebetulan dua tim ini sama-sama merupakan tim produktif yang kurang jago defense, meski secara individu pemain seperti Kevin Huerter, Keegan Murray, dan Harrison Barnes (Kings) atau Aaron Gordon, Kentavious Cadwell Pope, dan Michael Porter Jr. (Nuggets dikenal sebagai defender tangguh).

Sayang, meski dikenal sebagai defender tangguh Jokic dan Sabonis tidak dikenal sebagai shot blocker. Beruntung Barnes dan Gordon bisa berperan sebagai petarung bawah jaring.

Sejak putaran pertama, Nuggets bukan hanya harus berhadapan dengan serangan langsung bawah jaring tetapi juga penetrasi langsung pemain lawan yang kemungkinan akan diarahkan pada Jamal Murray yang ketangkasannya agak menurun selepas cedera ACL.

Kebetulan calon lawan mereka Oklahoma City Thunder (OKC) atau mungkin New Orleans Pelicans (Pels) punya dua guard yang hobi menerobos ke pertahanan lawan lewat Shai Gilgeous Alexander (OKC) dan Brandon Ingram (Pels), meski tenaga penetrasi keduanya belum semantep keponakan saya Zion Williamson (Pelicans) yang kemungkinan belum bisa pulih di babak play in kali ini.

Bukan rahasia umum, lewat penetrasi bertenaga Zion, Pels sempat berada di papan atas (bahkan tanpa diperkuat Ingram di awal-awal musim).

Tidak seperti Grizzlies yang mungkin memainkan skema 1-3-1, Kings akan menghadapi juara bertahan, Golden State Warriors  yang diperkuat tiga defender tangguh Klay Thompson dan Draymond Green (198 cm) dan Gary Payton II (188 cm),  atau Andrew Wiggins  yang dikenal sebagai defender berfisik prima meski tidak dikenal sebagai pengeblok bola. 

Dari sisi offense, para penembak jWarriors seperti Klay, Curry, dan Jordan Poole bisa membantu membuka ruang para pemain yang bergerak bebas seperti Green, Payton, dan Kevon Looney begitu pula sebaliknya. Skema yang sama bisa diterapkan para penembak jitu Kings seperti  yang bisa saling melayani satu sama lain mengingat Kevin Huerter dan Keegan Murray (atau DeAron Fox) juga punya pergerakan tanpa bola yang bagus

Bukan hanya Nuggets dan Kings, Memphis Grizzlies bisa jadi akan mendapat tantangan serius dari tim yang kelak di peringkat tujuh, baik itu Los Angeles Lakers atau Minnesota Timberwolves.

Meski sempat kalah pada lima game beruntun, Grizzlies mampu bangkit selepas Ja Morant kembali dari masa skorsing dengan tetap menjaga gaya bermain Grizzlies yang mengandalkan defense dan serangan langsung ke bawah jaring (yang otomatis mengurangi potensi serangan balik cepat yang diakhiri tembakan tiga angka).

Terlebih dari sisi defense, meski tidak diperkuat Brandon Clarke dan  Steven Adams yang cedera (Adams musim lalu bahkan nyaris tidak dimainkan di babak playoff karena bertempo lambat), Grizzlies masih punya Xavier Tilman dan power forward jago block shot seperti Jaren Jackson.

Kedua center ini jadi benteng terakhir yang boleh jadi akan meredam penetrasi Edward/ Gobert (Timberwolves) atau Lebron/ Anthony Davis yang kemungkinan besar akan mengincar Ja Morant sebagai defender terlemah sebelum menuju bawah jaring.

Tidak seperti Timberwolves yang bisa mengandalkan penetrasi Mike Conley dan Anthony Edward untuk membongkar pertahanan lawan, gaya permainan Lakers yang tidak hanya mengandalakan penetrasi Lebron tetapi juga umpan (extra pass) Russell kepada penembak jitu lain di sebelahnya meski Russell boleh jadi bebas tak terkawal, rentan terhadap serangan balik lawan yang biasanya langsung mengarah ke jantung pertahanan lawan. 

Terlebih D'angelo Russell dan Dennis Schroder tidak dibekali fisik prima untuk meredam penetrasi lawan, meski terutama Schroder dikenal sebagai defender yang hobi berjibaku merebut bola dari pemain lawan 

Belum lagi keduanya bukan tipe poin guard yang punya finishing bertenaga di bawah jaring.

ZH Highlight

Bukan rahasia umum jika finishing bertenaga condong akan dihadiahi lemparan bebas oleh wasit jika pemain lawan dinilai melanggar. Melihat potensi titik lemah Lakers dari sisi defense tersebut, pelatih Darvin Hamm dan staf pelatihnya kini memercayakan pemain Austin Reaves yang punya defense dan penetrasi cerdik mendampingi Russell. Sekaligus memastikan Schroder tetap manjaga ketajaman Lakers dari bangku cadangan.

Dengan permainan yang lebih seimbang inilah, salah satu fans Lakers menilai bahwa pelatih Lakers bukan Darvin Hamm, melainkan komposisi pemain Lakers itu sendiri.

Ngomong-ngomong soal penetrasi, Gaya bermain yang mengandalkan penetrasi seperti inilah yang menyulitkan Lakers dalam beberapa musim terakhir, bahkan saat mereka menjadi juara NBA 2020. Pemain seperti Kawhi/Westbrook (Clippers), Ja Morant (Grizzlies), dan Damian Lillard (Portland Trail Blazers) seakan bisa mengiris pertahanan Lakers di bawah jaring seperti mentega, meski raihan angka tidak secara otomatis dihasilkan lewat finishing bawah jaring.

Game yang dinilai tidak kalah menarik adalah game antara Clippers vs. Phoenix Suns di mana ketika kedua tim sama-sama diperkuat komposisi terbaik akan sulit menemukan celah keduanya, terutama dari sisi defense.

Seperti opini beberapa fans Suns, kehadiran Kevin Durant yang serbabisa akan menutupi kelemahan Chris Paul yang tidak lagi semuda dulu. Meski tidak lagi muda, pemain tim lawan akan lebih sibuk menjaga Devin Booker dan Kevin Durant yang masih tetap bisa mencetak angka meski dikawal dua pemain.

Begitu juga Clippers yang sayang tidak diperkuat Paul Geoge karena cedera di game-game awal. Kebetulan Kawhi dan George dikenal sebagai pemain serbabisa yang punya akurasi tembakan akurat dan mampu meredam penetrasi dan memotong umpan pemain lawan. 

Meski begitu Clippers masih punya Robert Covington, shooter Nic Batum, atau Terrance Mann yang mengisi posisi tiga defender bergantian dengan Kawhi

Meski dari sisi kemampuan menarik perhatian lawan, komposisi lima pemain Suns lebih diunggulkan, boleh jadi dari sisi kedalaman komposisi  pemain, Clippers boleh jadi lebih unggul karena center Ivica Zubac dilapis Mason Plumlee yang sama-sama punya block shot bagus, dengan di posisi playmaker, Russell Westbrook bisa dilapis oleh Bones Highland/Eric Gordon, dengan catatan Clippers memainkan setidaknya lima pemain dari bangku cadangan saat playoff, karena seperti lazimnya tim di babak playoff, tim pelatih biasanya hanya merotasi delapan sampai sembilan pemain, kecuali tim yang bersangkutan memang sudah unggul atau tertinggal cukup jauh,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun