Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Panggung para Raksasa NBA, Houston Rockets

23 November 2021   17:01 Diperbarui: 24 November 2021   18:43 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Houston Rockets. Sumber: nba.com

Buat yang tidak tahu NBA sama sekali, mungkin ini kali pertama kita mendengar nama Moses Malone (208 cm), Hakeem Ulajuwonm (213 cm) dan Ralph Sampson (224 cm), Yao Ming (229 cm), Dwight Howard (208 cm),  dan Clint Capela (208 cm).

Nama-nama barusan merupakan center kenamaan NBA yang minimal membawa Houston Rockets hingga putaran pertama babak playoff. 

Bahkan, di luar Yao Ming, nama-nama tersebut, minimal mengantar Rockets hingga semifinal NBA.

Kita tilik kiprah mereka satu per satu dimulai dari almarhum Moses Malone yang bermain untuk Rockets antara tahun 1976 sampai 1982.

Berduet dengan point guard Allen Leavell, center Moses Malone keduanya turut  mengantarkan Rockets melaju ke Final NBA   tahun 1981, meski harus diakui sebagian serangan justru dirancang oleh  forward Robert Reid yang mengumpankan bola Moses Malone atau penembak jitu Mike Dunlevey Jr.


Lima musim berselang,  posisi center Rockets justru makin menjulang lantaran memainkan duet menara kembar Hakeem Olajuwon (213 cm) dan Ralph Sampson (224 cm) di mana Sampson yang lebih tuinggi dan langsing justru kerap mendribel bola dari lapangan sendiri ke pertahanan lawan terutama saat berhasil mengambil rebound.

Dengan memiliki menara kembar yang sama-sama dominan di bawah jaring, gaya permainan Rockets mudah ditebak. Guard Otis Thorpe  atau small forward Robert Reid tinggal memberi umpan pada salah satu di antara keduanya dan biarkan mereka menyelesaikan serangan saat membelakangi center lawan.


Channel: the throwback

Kalaupun ingin lebih bervariasi Thorpe tinggal mengumpan ke shooting guard roodney McRay yang bergerak memutar mencari ruang tembak di sekitar area lemparan bebas untuk mencari ruang tembak,

Gaya permainan seperti ini masih mungkin dilakukan di era itu karena permainan NBA masih cenderung statis dan mayoritas pemain bertumpuk di bawah jaring.

Uniknya meski sama-sama berposisi sebagai center, dua menara kembar ini sama sekali tidak egois, Mereka berdua kerap melepaskan umpan ke area tiga angka ketika tengah membelakangi jaring.

Sayang, pada final NBA tahun 1986, permainan seru mereka masih kalah atraktif dari permainan Boston Celtics yang sulit ditebak lantaran tiap kali pemain Celtics ingin menembak di hadapan para pemain Rockets, mereka tiba-tiba mengumpan pada sesama rekan.


Channel: The throwback lagi

Ulajuwon akhirnya berkesempatan memperoleh cincin juara NBA dua kali yaitu pada tahun 1994 dan 1995 sewaktu ia bermain bersama point guard mungil Kenny Smith dan shooting guard berkecepatan tinggi Clyde Drexler.

Keduanya guard tersebut punya gaya yang menarik yang sudah jarang dilihat di NBA era sekarang, Smith dan Drexler kerap mendribel bola membelakangi pemain lawan baik itu di area tiga angka maupun di dekat area lemparan bebas karena punya kecepatan memutar yang luar biasa.

Ketika mendribel di dekat area lemparan bebas, Drexler bisa tiba-tiba mengirim umpan ke Horry yang siap berjaga di area tiga angka.

Ketika hendak dikejar, Horry sudah siap menembak atau berlari memberi umpan pada Olajuwon yang sudah siap berada di bawah jaring.

Robert Horry termasuk pemain langka di NBA bahkan sampai saat  ini karena berhasil menjadi juara sebanyak tujuh kali bersama tiga tim berbeda berkat tembakan tiganya yang sering hadir di detik-detik menentukan

Keempat pemain tadi membawa Rockets menjadi juara NBA dua kali yaitu tahun 1994 dan 1995 di mana gelar kedua akan senantiasa dikenang karena mereka menjadi juara setelah hanya berada di peringkat kelima wilayah barat babak reguler.

Dengan prestasi tersebut, Rockets menjadi satu-satunya tim NBA yang berhasil menjadi juara meski berada di luar peringkat empat besar saat babak reguler.

Mereka melaju ke babak final setelah mengandaskan San Antonio Spurs, yang diperkuat David Robinson, di putaran pertama dan  mengalahkan tim Shaquille O'Neal muda, Orlando Magic, 4-0 tanpa balas di putaran selanjutnya. 

Shaq sempat membalas kelahan tersebut tahun 1999, di playoff terakhir Olajuwon bersama Rockets.

Setelah era Ulajuwon berakhir, Rockets kembali bermain dengan kombinasi guard/forward dan center produktif lima tahun berselang. Bersama center Yao Ming dan Tracy McGraddy, sepupu Vince Carter raja slam dunk di eranya.

Kehadiran Yao Ming di Houston Rockets bukan hanya menghadirkan investor dari Tiongkok ke Houston Rockets (dan juga NBA), tetapi juga, prestasi lumayan lantaran Yao Ming setidaknya membawa Rockets empat kali lolos ke putaran pertama babak playoff wilayah barat

Duet Ming McGraddy baru sempat membawa Rockets lolos ke perempat final NBA pada tahun 2009 sebelum dikalahkan duet Lakers Paul Gasol dan Kobe Bryant dengan skor 4-3, yang sayang harus dilewati tanpa kehadiran McGraddy yang cedera.

Prestasi tersebut menjadi kesempatan terakhir McGraddy dan Yao Ming bermain di babak playoff bersama-sama. Musim berikutnya McGraddy hengkang dan Yao Ming tidak sempat lagi membawa  ke babak playoff sampai akhir kariernya di NBA yang lumayan singkat karena cedera.

Rockets baru berhasil melaju ke babak playoff dua tahun berselang, tepatnya setelah mereka mendatangkan pemain cadangan Oklahoma City Thunder. James Harden

Harden langsung membawa Rockets ke putaran pertama babak playoff meski harus dikalahkan tim lama Harden dengan skor 4-1.

Selama Harden bermain untuk Rockets, Harden ikut menjaga partisipasi Rockets di babak playoff selama tujuh musim beruntun.

Selama bermain untuk Rockets, Harden berduet dengan dua center bagus yaitu Dwight Howard (2013-2016) dan rookie Rockets Clint Capela (2014-2020)

Bersama Howard, pelatih Kevin McHale memainkan duet produktif yaitu James Harden di posisi shooting guard dengan Dwight Howard di posisi center selama tiga musim dan berhasil membawa Rockets menembus semifinal wilayah barat, terutama sejak Rockets mendatangkan Trevor Ariza  small foward jago tembak, yang punya defense bagus mengisi peran Chandler Parson yang terkenal ofensif dan jago tembak.

Sayang di musim ketiga, Rockets harus kandas lebih awal dari babak playoff di putaran pertama sehingga Rockets memutuskan untuk tidak memperpanjang kerja sama dengan Howard dan McHale.

Di bawah asuhan pelatih baru Mike D'antoni, Harden lebih sering dimainkan sebagai point guard yang bukan cuma bertugas mengiris pertahanan lawan, tetapi juga menyuplai bola matang ke tiga shooter yaitu guard produktif Eric Gordon yang juga jago slamdunk/atau pemain mungil yang jago bertahan Pat Beverley, defender Trevor Ariza, serta forward jangkung Ryan Anderson. Serangan Rockets makin berbahaya karena center muda Clint Capela bisa sewaktu-waktu menyambar umpan lob Harden.

Kalaupun operan Harden tidak langsung dieksekusi shooter, mereka bisa mengumpankannya dulu ke shooter yang lebih bebas, kalau perlu ke Capela kalau memang posisinya memang lebih bebas.

Skema permainan tersebut bisa berjalan lantaran saat mengiris pertahanan lawan lewat penetrasi atau pick and roll akan ada setidaknya satu pemain yang akan menutup gerak Harden sehingga satu shooter dipastikan bebas tanpa kawalan.

 


Kebetulan, pertahanan Rockets juga lumayan kokoh lantaran Capela jago menutup ruang gerak guard lawan yang mencoba memasuki area pertahanan mulai dari area tiga angka dengan langkah kakinya yang lincah.

Meski tampil memikat, mereka mesti kandas di babak perempat final melawan San Antonio Spurs yang lebih berpengalaman di partai-partai playoff dengan skor 4-2.

twitter houston rockets
twitter houston rockets

Musim berikutnya, Rockets memperkuat komposisi pemain dengan mendatangkan point guard mungil berpengalaman Chris Paul yang juga jago bertahan dan menembak tiga angka untuk mengisi peran Pat Beaverly dan forward mungil PJ Tucker yang bukan hanya jago tembak tapi juga menjaga pemain lawan di lima posisi mulai dari point guard sampai center.

CP3 bertugas mengisi peran Bevearly di posisi point guard sedang Tucker di posisi power forward.

Kehadiran keduanya praktis memperkokoh pertahanan sekaligus mempertajam aliran serangan karena CP3 bukan hanya bisa berbagi peran playmaker bersama Harden tapi juga melepaskan tembakan tiga angka.


Channel HNB Media

Jika ingin pergerakan bola lebih luwes, Rockets bisa menggantikan posisi Capela dengan Tucker yang bisa bermain sebagai center dan posisi Capela bisa diisi shooter lincah Gerald Green atau Eric Gordon.

Di era ini, Rockets jadi tim paling sedikit mencetak angka dari jarak lemparan bebas, sekaligus jadi tim dengan upaya tembakan tiga angka pualing banyak di NBA.

Skema tersebut membuahkan hasil. Mereka nyaris mengalahkan Warriors di partai semifinal wilayah andai CP3 tidak cedera di partai-partai krusial.

Musim berikutnya, Rockets sedikit menurun seiring rentan cederanya CP3 dan dilepaskan Ariza yang mulai menua. Sayang posisi Ariza diisi Carmelo Anthony yang cenderung egois dan kerap memaksakan diri menembak.


Channel Bridget Maggard

James Ennis memang lumayan. Permainannya setipe Ariza. Hanya saja, kemampuan bertahannya kurang menggigit serta tembakannya kerap luput meski dilepaskan saat berposisi bebas.

Belum lagi, di luar lapangan, manajemen juga harus menghadapi protes investor yang sebagian besar di antaranya berasal dari cina lantaran general manager rockets daryl morey mengomentari protes yang tejadi di hong kong lewat tweetnya.

Terlebih pemilik baru Rockets Tillman Fertitta (2017- ) yang dikenal sebagai pemilik beberapa kasino, restoran, dan hotel amat berorientasi bisnis sebagaimana tercermin dari usahanya yang justru kian melesat saat pandemi.

Alih-alih fokus pada hotel, resto dan, kasino, dan NBA, bisnis Ferlitta justru makin berkembang setelah mendirikan Landcadia, perusahaan yang bergerak dalam bidang akuisisi perusahaan. 

Singkatnya, Landcadia membeli sekaligus menyeponsori perusahaan potensial yang sedang berkembang namun kurang punya jam terbang di bidang tersebut.

Rockets sendiri, meski senantiasa menjadi bisnis yang menguntungkan, jelas terpengaruh terhadap twit tersebut, terlebih beberapa investor Rockets berasal dari Tiongkok.

Dengan suasana yang agak kurang mendukung,  mereka lagi-lagi kalah dari Warriors dengan  skor 4-2 setelah gagal mencuri dua kemenangan pertama di kandang Warriors, dalam format best of seven, di mana tim yang memenangi empat pertandingan lebih dulu berhak maju ke babak selanjutnya

Kekalahan tersebut memicu ditukarnya CP3 dengan Russell Westbrook, rekan Harden di OKC, yang tidak bisa menembak di musim berikutnya, yang mau tidak mau mengubah skema permainan Rockets. 

Karena Westbrook tidak bisa menembak, aliran bola akan terhambat jika coach D'antoni memainkan skema seperti biasa.

Mau tidak mau, D'antoni mengubah Westbrook dari point guard menjadi center karena Westbrook rajin mengemas rebound, assist, dan point di atas sepuluh biji per pertandingan. 

Raihan statistik apa pun di atas 10 biji dalam tiga kategori, termasuk blockshot atau bahkan turnover disebut triple double.

NFH Ball

Turnover sendiri merupakan istilah basket yang berarti berpindahnya bola ke penguasaan tim lawan sebelum tim kita berhasil memasukkan bola lantaran bola keluar, umpan tidak akurat, pemain melakukan gerakan yang berlebihan dan sebagainya.

Channel: Chris Smoove

Posisi Capela diisi small forward Robert Covington, defender tangguh yang jago menembak tiga angka. Covington mudik ke Rockets setelah sebelumnya tampil bagus sebagai penembak jitu dengan akurasi tembakan tiga angka kurang lebih 45% di awal-awal musim bersama Philadelphia 76ers.

Dengan masuknya Covington, coach D'antoni bisa tetap memainkan skema permainan yang sama seperti sebelumnya, sekaligus memaksimalkan kelebihan Westbrook di bawah jaring.

Hasilnya lumayan, mereka berhasil mengalahkan Oklahoma City Thunder di putaran pertama yang tampil bagus sejak diperkuat Chris Paul, meski hanya satu musim, padahal Thunder musim tersebut sama sekali tidak diunggulkan melaju ke babak playoff.

Sayang di babak perempat final skema permainan tersebut tidak berjalan menghadapi para raksasa Lakers seperti Lebron James, Dwight Howard, dan Antony Davis bisa mengimbangi kecepatan sekaligus menutup ruang para shooter Rockets.

Di tangan Lakers, Rockets kandas dengan skor 4-1 di putaran pertama babak playoff.

Dengan penurunan prestasi tersebut, Rockets memutuskan memulai lembaran baru berintikan pemain muda, dimulai dengan bertukar seragamnya Westbrook dengan John Wall dari Washington Wizard, yang juga seperti Westbrook, sama-sama pelari cepat yang bisa mengumpan tapi tidak bisa menembak.

Bukan hanya itu, kepindahan Westbrook juga memicu kepindahan Harden ke Brooklyn Nets.

 

Dari perpindahan dua pemain tersebut, Rockets juga mendapatkan beberapa draft yang mereka gunakan untuk memilih rookie musim ini salah satunya Alperen Sengun yang didatangkan dari draft milik Wizard.

Dengan kepindahan dua pemain tersebut, praktis musim ini mereka mulai membangun tim berintikan mayoritas pemain muda yang rata-rata cepat, betenaga, dan jago mengirimkan umpan. Terlebih beberapa pemain senior berkeinginan berganti tim yang lebih kompetitif musim ini seperti Gordon. Wall, dan Christian Wood.

Wall sendiri meminta manajemen untuk tidak dimainkan sejak awal musim agar lebih mudah mendapat tim baru kelak.

Melihat bagaimana tipe pemain muda yang didatangkan Rockets musim ini seperti Jalen Green, Josh Cristopher, Usman Garuba, dan Elperen Sengun. Tidak sulit menebak gaya bermain Rockets akan seperti apa.

Kebetulan keempatnya dikenal tidak egois dan mampu mengirim umpan akurat di antara celah sempit pada pemain yang tidak terkawal.

Skema tersebut secara teori bisa berjalan efektif karena DJ Augustin, Jalen Green, Kevin Porter, Ja'Sean Tate, Eric Gordon, dan Danuel House punya dribel, visi dan akurasi tembakan tiga angka lumayan.

Dengan memiliki dribel dan tembakan tiga angka  yang lumayan, berarti nyaris semua pemain Rockets bisa bermain sebagai playmaker kecuali power forward atau center mereka Daniel Theis. Bahkan power forward atau center mereka Christian Wood punya visi dan dribel yang lumayan, meski tidak bagus-bagus amat. 

 

Tanpa Wall, kandidat playmaker utama sebenarnya jatuh pada DJ Augustin yang meski mungil, kemampuannya sebagai guard terbilang lengkap. Akselerasi, umpan tajam, serta finishing di bawah jaring dalam posisi sulitnya bagus, apalagi jumpshotnya, baik itu dari area lemparan bebas maupun tiga angka.

Sayang, dengan usianya yang tidak lagi muda, posisi point guard justru akan lebih sering dipegang oleh Jaylen Green. Dengan memainkan Green sebagai playmaker,  pelatih Stephen Silas menjadikan Rockets sebagai tim Jalen Green, terutama mengandalkan tembakan tiga angka Green  begitu mendribel bola memasuki pertahanan lawan.

 Kebetulan selain tembakan tiga angka lumayan, Green juga  kuat dan tangkas Penetrasi dan akselerasinya juga bagus. 

Pemain lawan biasanya akan terdorong ke belakang belakang ketika Green berpenetrasi dan membuka ruang untuk memberi umpan matang pada point guard Kevin Porter Jr, small forward Jae' Sean Tate, power forward Christian Wood, dan center Daniel Theis yang biasa bermain sebagai starter musim ini.

tabel-abal-abal-rockets-png-619b663cc26b770f135742a2.png
tabel-abal-abal-rockets-png-619b663cc26b770f135742a2.png
  


Jika ingin memainkan kombinasi pemain yang lebih muda, posisi salah satu atau kedua menara kembar tersebut juga bisa diisi oleh power forward cepat dan bertenaga yang punya drive and kick bagus Usman Garuba atau power forward lincah Elperen Sengun.

Bukan hanya punya drive and kick bagus, Garuba juga bisa mengirim umpan pendek pada pemain yang bergerak tanpa bola seperti juga Sengun.

Sayang, meski sama-sama punya umpan bagus, kekuatan fisik mereka masih kalah dengan kekuatan fisik mayoritas pemain NBA, bahkan yang tidak terlihat bertenaga sekalipun.

Untung Sengun cukup cerdas menyiasati kelemahan fisiknya. Alih-alih memaksakan diri berduel dengan pemain lawan karena tenaganya yang belum terlalu besar, Sengun lebih suka bersabar, menunggu pemain lawan bergerak sebelum melepaskan tembakan di bawah jaring.  


Channel: Hooper Highlight


Di posisi shooting guard, pemain mula (starter) Kevin Porter Jr. yang musim lalu didapat dari Cleveland Cavaliers memang punya permainan pick and roll yang bagus. Selain bertindak sebagai pengumpan pada pemain yang lebih besar, ia juga punya tembakan dan finishing yang bagus meski kurang bertenaga

Guard atau Forward muda Rockets, Jae'Sean Tate juga masih punya kekurangan yang masih harus diperbaiki. Meski punya umpan pendek serta umpan tajam yang bagus,  akurasi jumpshot Tate tidak begitu akurat, baik itu di area tembak tiga angka atau lemparan bebas, terutama ketika berada satu atau dua langkah di belakang pemain lawan

Selain itu, meskipun cepat, kekuatan  fisik Tate tidak sedominan Green, jadi wajar jika beberapa kali, dribelnya kadang terlepas ketika diserobot pemain lawan yang lebih bertenaga.

Dari bangku cadangan, posisi salah satu dari ketiga bisa diisi sesama pemain muda, Josh Cristopher, yang punya pergerakan tanpa bola, tembakan tiga angka serta slam dunk bagus.

Sayang, dribel Christopher tidak terlalu bagus. Dribelnya lebih sering terlepas dan direbut pemain lawan apabila diberi tugas memulai serangan.

Jika Christopher belum mampu beradaptasi ritme permainan NBA yang cepat dan bertenaga, posisinya bisa diisi Kenyon Martin jr. yang seperti ayahnya Kenyon Martin Sr,, small forward legendaris New Jersey Nets era Jason Kidd, yang juga memiliki pergerakan tanpa bola dan Slam dunk lumayan, meski tenaganya masih kalah jauh dari Senior.

Kalaupun Rockets butuh tukang angkut air yang punya pergerakan tanpa bola dan slamdunk bagus, mereka tinggal memainkan David Nwaba yang tugas utamanya menutup ruang gerak pemain lawan dengan kecepatan dan tenaganya.

Melihat kekuarangan  mayoritas pemain muda Rockets yang masih kentara di sana-sini, wajar jika pemain senior Rockets mendapat waktu bermain yang cukup banyak dari bangku cadangan, sebut saja shooter tajam dengan finishing bawah jaring bagus  Eric Gordon atau Danuel House, pemain yang sewaktu NBA buble di Orlando dikeluarkan dari arena pertandingan serta tidak diizinkan bermain pada sisa pertandingan Rockets karena memasukkan tamu tanpa seizin NBA ke tempat para pemain Rockets menginap.

Kebetulan, selain punya akurasi tembakan tiga angka lumayan, penetrasi serta kekuatan fisik House juga masih lebih bagus dari mayoritas pemain muda Rockets.

Meski terlihat menjanjikan dan punya banyak stok pemain muda bagus, Rockets belum ingin terburu-buru memainkan yang mengandalkan pergerakan tanpa bola. Terlebih ketika dimainkan pun gaya permainan mereka masih mudah dibaca mayoritas tim NBA lantaran kecepatan, akurasi tembakan, dan kekuatan fisik mereka belum terlalu mendukung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun