Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Mahoro Ekimae Tada Benriken", Mereka yang Bersedia Jadi Apa Saja

24 Juli 2020   17:41 Diperbarui: 24 Juli 2020   18:02 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Intinya sih, Tada bukan orang yang suka nyari ribut. Kita sendiri bisa perlahan mengetahui kenapa Tada punya sifat sehalus itu seiring berjalannya cerita.

Beda dengan Gyoten yang bersedia pasang badan ketika klien mereka menjadi bulan-bulanan orang lain. Gyoten  pun lebih galak pada anak yang dipercayakan orang tuanya untuk dijaga para Benriya ini andai kata anak tadi emang bikin gemesh. Itulah yang kita liat dari Gyoten  ketika mengasuh Yura. 

Ketika Tada cuman bisa ngelus dada padahal gedeg setengah mati melihat Yura berulah, Gyodai lebih ekspresif, dan lebih berani bertindak meski dalam batas yang wajar.

Jalinan cerita yang sederhana dipadu dengan karakter yang saling mengisi inilah yang bikin saya betah nonton dari awal, Meskipun makin ke sini, saya tetap bisa menemukan beberapa kejutan-kejutan kecil yang bisa bikin saya ngga bisa berkata banyak,  termasuk masa lalu Gyoten yang unik, yang walaupun menyentuh, mungkin agak sulit diterima kebanyakan penonton kita di sini.

Dari film yang sama, kita juga diajak untuk melihat bagaimana beruntungnya masyarakat kita karena masyarakat kita bisa menyewa pengasuh atau meminta bantuan orang tua kita sendiri untuk mengasuh anak kita.

Bagi masyarakat Jepang, tugas seperti ini diserahkan pada pihak taman kanak-kanak/ sekolah atau benriya ini. Mereka inilah yang ikut bertanggung jawab ketika anak yang bersangkutan demam misalnya.

Terlepas dari semua cerita tadi, METB bisa dibilang emang cerita yang beda. Beda bukan dalam arti sekedar jual kecap, tapi kita bisa melihat fiksi sekaligus budaya Jepang dari sudut pandang yang beda. 

Bukan hanya jepang yang kita kenal dengan budaya tradisional dengan kimono dan pintu gesernya atau jepang yang identik dengan kemajuan teknologinya, tapi juga jepang yang kadang kumuh, penuh  asap rokok di mana-mana, serta sesekali menyorot tumpukan sampah yang menggunung.

Itulah salah satu sisi Jepang yang jarang dilihat orang di dorama atau film-filmnya. Kesan itu makin kentara karena dua karakter utamanya, bersama pemain lainnya tentu saja, bermain secara sederhana. Dua orang tadi, maksud saya,  aktor favorit saya Nagayama Eita, serta aktor yang tiga tahun berselang bermain dalam berandal 2, Matsuda Ryuhei.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun